
● online
Rahasia di Balik Kenikmatan dan Ujian: Kunci Keberlimpahan
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan nikmat yang tak terhingga kepada makhluk-Nya, baik nikmat yang telah diberikan, sedang dirasakan, atau yang akan datang. Tidak ada manusia yang sanggup menghitung nikmat yang Allah limpahkan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya sebagai orang yang beriman, kita harus pandai mensyukuri nikmat-nikmat tersebut. Namun di sisi lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga memberikan ujian kepada hamba-Nya, ujian tersebut tidak lain adalah sebagai tanda kasih dan sayang-Nya.
Saat ujian datang, rasa nikmat hilang dan mungkin sekali terasa menyakitkan. Riwayat menyebutkan bahwa ujian adalah segala sesuatu yang dirasakan tidak enak oleh orang beriman. Tapi itu sama sekali bukan berarti bahwa nikmat benar-benar Allah cabut selamanya. Sebab ketika Allah mengambil sesuatu dari hamba-Nya, Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik.
Ujian dan nikmat yang didapatkannya adalah jembatan untuk mendatangkan nikmat lainnya di dunia dan akhirat. Lalu bagaimanakah cara agar ujian dan nikmat mendatangkan nikmat lainnya, bahkan kenikmatan yang kekal atau kita sebut saja dengan keberlimpahan?
Ujian Adalah Seleksi Amal-Amal Terbaik Seorang Hamba
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
…الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ ٢
“…yaitu yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk [67]: 2)
Di dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan, bahwa ayyukum ahsanu amala ialah siapa yang amalnya lebih baik atau paling baik, bukan paling banyak. Sementara itu dalam tafsir Ar-Razi disebutkan bahwa ahsanu amala yaitu amalan paling tulus dan paling benar. Tulus maksudnya ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dan benar maksudnya sesuai dengan ajaran syariat.
Artinya yang menjadi prioritas utama adalah baik, tulus, dan benarnya amal, baru setelah itu banyaknya amal. Ini tidak serta merta mengartikan bahwa kita tidak perlu memperbanyak amal kalau tidak benar, cukup sedikit amal tapi dilakukan dengan benar. Tidaklah seperti itu. Sebaliknya, justru berusahalah dengan sungguh-sungguh untuk memperbaiki dan memperbanyak amal kebaikan.
Hidup itu sendiri adalah ujian, apakah kita beramal dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan ini. Mereka yang lulus dengan amal-amal baik mendapatkan anugerah agung dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu keridhaan-Nya.
Ujian Sebagai Surat Cinta dari-Nya
Jangan sampai salah paham, ujian adalah bahasa kasih sayang Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ujian itu tanda Allah cinta kepada hamba-Nya. Yakinlah bahwa orang yang diuji tidak akan merugi. Sebab Nabi Salallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda,
إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ، وَإِنَّ اللهَ تعالى إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ، فَمَنَ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ). رواه الترمذي وابن ماجه(
“Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya ujian, dan jika Allah mencintai suatu kaum, Dia pasti menguji mereka: siapa yang ridha maka baginya keridhaan (Allah) dan siapa yang murka maka baginya kemurkaan (Allah)”. (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dari hadis ini kita mengerti bahwa hamba yang diuji tidak akan rugi karena besarnya kadar ujian Allah ganti dengan pahala yang harganya tidak ternilai dengan nilai dunia.
Ujian juga adalah jalan yang Allah berikan kepada hamba-Nya agar selalu dekat dengan-Nya. Agar hati seorang hamba tidak berpaling dari Allah Subhanahu wa Ta’ala atau berharap lebih besar kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sebagai contoh dan teladan, Nabi Adam Alaihissalam ketika berada di surga, saat hatinya mulai terpikat oleh surga, Allah berikan ujian sampai dikeluarkan dari surga. Hingga akhirnya Nabi Adam kembali lebih banyak mengingat Allah. Nabi Ya’qub Alaihissalam tatkala sangat menyayangi anaknya yaitu Nabi Yusuf Alaihissalam, Allah Subhanahu wa Ta’ala pisahkan mereka dalam waktu yang lama. Hingga akhirnya Nabi Ya’qub kembali lebih banyak mengingat Allah. Nabi Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wassalam ketika hatinya penuh harap akan dukungan penduduk Makkah dan berharap mereka menolongnya, justru mereka menjadi orang-orang yang paling keras dalam menentang Nabi Muhammad sampai-sampai Nabi bersabda, “tidak ada satu pun Nabi yang diuji seperti aku”.
Ini tidak berarti para Nabi lalai dari mengingat Allah atau hilang kecintaan kepada Allah, karena para Nabi dijaga dari dosa dan lalai. Akan tetapi, Allah mengingatkan mereka agar tidak terlena akan nikmat yang diberikan dan agar semakin dekat kepada Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala juga sama sekali tidak menyia-nyiakan kesabaran dan keteguhan mereka. Mereka mendapatkan keutamaan dan nikmat yang sangat besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dengan demikian perlu kita pahami bahwa ujian Allah datang bukan untuk menghinakan hamba-Nya, melainkan sarana untuk meningkatkan derajat di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka yang diuji dan bersabar pada hakikatnya adalah orang-orang mulia yang sedang mendapatkan cinta Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Ujian Sebagai Sarana Mengekalkan Nikmat
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ ١٥٥ اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ ١٥٦ اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ ١٥٧
“Kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan ‘innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn’ (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Ciri orang-orang yang mendapat kabar gembira adalah sabar, apabila mereka ditimpa sesuatu musibah mereka mengucapkan ‘innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn’. Dalam tafsir Ar-Razi, pengakuan seorang hamba dalam ucapan inna lillahi menandakan keridhaan sepenuhnya terhadap apa pun ujian dan cobaan yang menimpa mereka. Dan pengakuan dalam ucapan inna ilaihi raji’un menandakan penyerahan urusan kepada Allah ketika diuji dan keridhaan terhadap apa pun balasannya nanti, yaitu pahala yang besar di akhirat kelak.
Adapun kabar gembira yang dimaksud ialah orang yang sabar itu mendapatkan berkah, ampunan, rahmat, dan pujian dari Allah. Dijelaskan juga bahwa shalawatun min rabbihim yaitu pujian dan pengagungan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada mereka. Adapun rahmah yaitu pemberian nikmat-nikmat yang Allah berikan di dunia dan di akhirat. Nikmat Allah di dunia ini sebagai mukadimah nikmat di akhirat yang kekal.
Nikmat Adalah Ujian Syukur dan Kufur
Mungkin saja kita tidak mengira, nyatanya nikmat adalah ujian juga: apakah kita termasuk hamba yang mensyukurinya ataukah hamba yang kufur akan nikmat Allah? Keduanya membawa konsekuensi yang amat besar. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan,
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ٧
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.’”
Mensyukuri nikmat Allah membawa hal besar, yaitu mendatangkan nikmat lainnya. Begitu juga kufur nikmat atau tidak mensyukuri nikmat menjadikan Allah murka.
Syukur akan nikmat setidaknya dapat dilakukan dengan cara
- mengucapan syukur dan terima kasih setulus hati;
- diiringi dengan perbuatan memanfaatkan nikmat dengan benar, yaitu menggunakan rahmat/nikmat tersebut untuk tujuan yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tidak Ada Nikmat yang Benar-benar Allah Cabut dari Hamba-Nya
Dalam sebuah hadis, Nabi Salallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda,
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Sungguh, seluruh urusannya adalah kebaikan. Hal ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Ketika mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya. Ketika ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
Syukur ketika mendapatkan nikmat menjadikan seorang mukmin semakin baik. Sabar ketika mendapatkan ujian juga menjadikannya semakin baik. Ini adalah keuntungan yang besar sekaligus senjata seorang mukmin. Syukur atas nikmat untuk mendatangkan nikmat lainnya dan sabar atas ujian untuk mendapatkan pahala dan derajat setinggi-tingginya. Ini berarti tidak ada nikmat yang benar-benar hilang bagi orang beriman. Ketika diuji lalu bersabar, Allah ganti dengan kebaikan. Ketika diberi nikmat lalu bersyukur, Allah beri lagi tambahan nikmat.
Buya Yahya menyebutkan dalam buku Oase Iman,
“Tidak ada nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dicabut secara sesungguhnya dari seorang hamba yang beriman. Jika karunia harus diambil oleh Sang Pemberi, sesuai janji-Nya, tentu Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik lagi”.
Semoga kita semua termasuk hamba-Nya yang pandai bersyukur dan bersabar. Amin.
Referensi:
Tafsir Al-Qur’anul ‘Adzim karya Ibnu Katsir
Tafsir Mafatihul Ghaib karya Fakhruddin Ar-Razi
Buku Oase Iman karya Buya Yahya
Penulis: Iim Ainunnaim Muhammad
Penyunting: Idan Sahid
Tulisan website Pustaka Al-Bahjah merupakan platform bacaan yang ditulis oleh masyarakat umum sebagai media literasi. Submit tulisanmu dengan cara klik link ini.
Rahasia di Balik Kenikmatan dan Ujian: Kunci Keberlimpahan
Buku “Silsilah Fiqih Praktis Qurban” karya Buya Yahya merupakan sebuah panduan praktis yang memberikan pemahaman mengenai hukum dan tata cara pelaksanaan ibadah qurban. Dalam buku ini, Buya Yahya menjelaskan berbagai aspek yang terkait dengan qurban, mulai dari pengertian dan tujuan qurban, hukum-hukum yang terkait dengan hewan qurban, serta tata cara penyembelihan, pembagian, dan distribusi daging… selengkapnya
Rp 57.000Buku Fiqih Shalat karya Buya Yahya ini berisi pedoman lengkap mengenai hukum fiqih dan tata cara dalam menjalankan ibadah shalat. Sehingga dengan membaca buku ini kita akan mendapatkan pemahaman yang benar mengenai shalat sesuai dengan ajaran Rasulillah Saw. Buya Yahya menghadirkan risalah ini dengan susunan seringkas-ringkasnya. Hal ini dilakukan demi kemudahan para pembaca untuk belajar… selengkapnya
Rp 59.000Penerbit: Pustaka Al-Bahjah Penulis: Maulid Johansyah, M.Pd. Tebal buku: xi+138 Buku saku Kosa Kata (Almufrodat) Sehari-Hari ini merupakan pelengkap untuk buku Pengantar Belajar Bahasa Arab yang menjelaskan secara singkat tentang qoidah-qoidah dasar. Kosa kata (Almufrodat) disebutkan oleh para pakar bahasa sebagai salah satu unsur dalam belajar bahasa Arab selain qoidah. Tanpanya bagaimana mungkin seseorang dapat… selengkapnya
Rp 23.000 Rp 29.900Buku “Oase Iman” memberikan pemahaman yang mendalam namun ringan sebagai siraman hati bagi siapa pun yang membacanya. Berisi catatan buah dari renungan singkat di sepanjang perjalanan penulis dalam menjalankan tugas dakwah di jalan Allah Swt. Dari pengalaman yang berharga tersebut kemudian menjadi hikmah yang bertebaran dan dikumpulkan, kemudian dihadirkan dengan harapan adanya kebaikan dan sesuatu… selengkapnya
Rp 87.000 Rp 93.000Buku Fiqih Jenazah karya Buya Yahya adalah sebuah karya yang membahas secara komprehensif tentang tata cara dan hukum-hukum yang berkaitan dengan jenazah dalam agama Islam. Buku ini memberikan pemahaman mendalam, termasuk tuntutan sebelum seseorang meninggal, hingga pada proses pengurusan jenazah, memandikan jenazah, mengkafani jenazah, pelaksanaan shalat jenazah, penguburan jenazah sampai takziah. Buya Yahya juga menjelaskan… selengkapnya
Rp 58.000Buku Fiqih Praktis Haid karya Buya Yahya memuat tiga bahasan utama, yaitu identifikasi dan ketentuan haid, nifas, dan istihadhoh yang dilengkapi dengan ketentuan mengenai cara serta waktu bersuci. Semuanya dipaparkan dalam buku ini dengan lebih praktis dan mudah dipahami. Karena permasalahan ini sangat erat hubungannya dengan bermacam-macam ibadah, seperti shalat, puasa, thawaf, dan lain-lain. Maka… selengkapnya
Rp 149.000Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Mendidik anak menjadi tantangan besar bagi orang tua di zaman sekarang. Tak sedikit orang tua mengalami kesulitan... selengkapnya
Judul Buku: Fiqih Qurban Penulis: BuyaYahya Penerbit: Pustaka Al-Bahjah Tebal Buku: ix+82 halaman Buku Fiqih Qurban Karya Buya Yahya... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Sering kali muncul pertanyaan mengenai prioritas kepatuhan seorang istri dalam sebuah rumah tangga; apakah harus mendahulukan suami... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Ketika anak sakit, orang tua akan pergi menemui dokter, pusat kesehatan, atau orang yang mengerti tentang kesehatan.... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah Cirebon – Ramadhan akhirnya tiba. Satu bulan yang amat dirindukan oleh umat Islam di seluruh dunia, bulan penuh... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Saat ini, banyak penyimpangan remaja yang disebabkan oleh tontonan anak muda yang semakin liar. Berkomunikasi dengan lawan... selengkapnya
Membaca buku adalah kegiatan yang telah ada selama berabad-abad. Sejak ditemukannya tulisan, manusia telah menjadikan membaca sebagai salah satu cara... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Keceriaan memiliki peran penting dalam kehidupan, bahkan di tengah kesulitan. Tampil ceria adalah salah satu bentuk syukur... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Sahabat Pustaka, malam Lailatul Qadar merupakan malam yang sangat agung dan mulia di bulan... selengkapnya
Pemilu semakin dekat. Kampanye semakin gencar di berbagai tempat dan media sosial. Kemudahan mengakses media sosial ini mewarnai prosesi kampanye... selengkapnya
Saat ini belum tersedia komentar.