Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

CS Pustaka
● online
CS Pustaka
● online
Halo, perkenalkan saya CS Pustaka
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Beranda » Blog » (Cerpen) Menara Masjid

(Cerpen) Menara Masjid

Diposting pada 27 September 2025 oleh Redaksi / Dilihat: 83 kali / Kategori:

DI SEBUAH sekolah menengah Islam terpadu yang berdiri di pinggiran kota, terdapat sebuah masjid yang bermenara menjulang anggun. Menara itu tampak kokoh, dengan puncaknya yang seolah ingin menyentuh langit. Adapun di sekelilingnya, halaman sekolah selalu riuh dengan langkah para siswa. Bagi kebanyakan orang, menara itu hanyalah sebatas arsitektur. Namun bagi Rasyif, menara adalah ruang rahasia.

Setiap kali bel pulang berbunyi dan teman-temannya berlarian meninggalkan sekolah, Rasyif justru berjalan menuju masjid. Ia menaiki tangga sempit yang berputar, satu per satu, hingga mencapai ruang kecil di puncak menara. Dari sana, ia bisa melihat atap-atap rumah, pohon-pohon yang bergoyang ditiup angin, bahkan cahaya matahari sore yang memantul di jendela-jendela kelas sekolahnya.

Tempat itu sunyi. Tidak ada suara selain desau angin dan dengungan samar kehidupan dari kejauhan. Dan di sanalah Rasyif menemukan kedamaian yang tidak bisa ia temukan di tempat lain.

“Kenapa kau sering ke menara sendirian?” tanya seorang temannya suatu kali. Pertanyaan itu disampaikan dengan nada penasaran, bahkan sedikit heran.

Rasyif hanya tersenyum samar. “Karena di atas sana, aku bisa mendengar diriku sendiri.”

Jawaban itu membuat temannya terdiam. Tidak semua orang mengerti bagaimana sunyi bisa lebih berharga daripada keramaian. Di bawah, semua orang tertawa, bercanda, bermain bola, atau sibuk dengan gawai. Tapi di menara, Rasyif belajar berbicara dengan hatinya sekaligus dengan Tuhannya.

Awalnya, Rasyif merasa kesendirian itu adalah pelarian. Sebab, ia sering merasa tidak dianggap di antara teman-temannya. Kata-kata mereka kadang melukai, meski dengan gurauan.

“Ah, si pendiam itu lagi.”

“Jangan harap dia ikut main, dia pasti menolak.”

Dan sebagainya.

Ucapan-ucapan kecil seperti itu perlahan membangun dinding di sekeliling hatinya. Dan menara masjid menjadi tempat ia bersembunyi. Namun semakin lama, ia justru merasakan sesuatu yang berbeda. Di sana, saat angin menerpa wajahnya, saat bayangan langit berubah warna, ia mulai merasa ditemani.

“Mungkin inilah caranya Allah mengajakku bicara,” batinnya.

Suatu kali ia pernah menulis di buku catatannya.

“Kesunyian menara bukan kekosongan. Ia adalah ruang di mana aku bisa menangis tanpa dilihat siapa pun, dan tersenyum karena merasakan Allah begitu dekat.”

Suatu sore, ketika Rasyif duduk termenung di menara, seorang guru agama lewat. Sosok bijak  yang bernama ustadz Rahman itu dikenal dekat dengan murid-murid. Melihat Rasyif duduk sendirian, ia naik dan mendekatinya.

“Apa yang kau cari di sini, Rasyif?” tanyanya lembut.

“Entahlah, Ustadz. Aku hanya merasa… di sini aku bisa tenang. Tapi kadang aku juga merasa kosong.”

Ustadz Rahman tersenyum. “Kosong bukan berarti buruk. Kosong itu seperti wadah. Kau bisa mengisinya dengan apa saja. Jika kau isi dengan keluhan, ia akan menjadi beban. Tapi jika kau isi dengan dzikir dan doa, ia akan menjadi cahaya.”

Rasyif terdiam, meresapi kalimat itu. Ustadz Rahman lalu menambahkan, “Pernah dengar perkataan Buya Yahya? Beliau bilang, ‘Kesepian akan hilang ketika hati terhubung dengan Allah. Jika engkau merasa sendiri, mungkin karena hatimu belum benar-benar mengenal Dia.’ Kau paham maksudnya?”

Rasyif menunduk, menahan haru. Ia mengangguk pelan. “Mungkin… mungkin aku memang belum benar-benar mengenal-Nya.”

Sejak hari itu, setiap kali duduk di menara, Rasyif mencoba mengisi kekosongannya dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Ia mulai membaca surah Yasin, Al-Mulk, atau sekadar mengulang-ulang dzikir sederhana. Dan ia mulai merasakan, sepi tidak lagi menakutkan.

 

WAKTU berlalu, hingga suatu hari ujian yang lebih berat datang. Ibunya jatuh sakit keras, dan keluarganya harus berjuang dengan biaya pengobatan. Rasyif yang biasanya pendiam, tiba-tiba harus menjadi lebih dewasa dari usianya. Ia sering bolak-balik dari sekolah ke rumah sakit, sambil tetap menjaga prestasi belajarnya.

Menara masjid kembali menjadi saksi tangisannya. Di sana, ia meluapkan doa, “Ya Allah, aku lelah. Tapi jangan biarkan aku jatuh. Jika kesunyian ini adalah cara-Mu mendidikku, ajari aku agar kuat.”

Tangisnya pecah, tapi di tengah tangis itu ia merasakan sesuatu yang lain. Bukan sekadar perasaan sendiri, tetapi kehadiran yang menenangkan. Ia teringat firman Allah: “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (QS. At-Taubah: 40)

Ayat itu membekas di hatinya. Terngiang-ngiang mengeliminasi pikiran kalutnya. Setelahnya pikiran jernihnya pulih kembali. Belajar menerima ujian bukan sebagai musibah, melainkan sebagai bentuk kasih sayang Allah untuk menguatkannya.

 

TAHUN-TAHUN berlalu. Rasyif tumbuh menjadi pribadi yang matang, tidak lagi sekadar murid yang mencari pelarian. Ia menjadikan menara sebagai gurunya. Dari atas menara, ia belajar bahwa dunia ini luas, bahwa masalah yang ia hadapi hanyalah sebagian kecil dari kehidupan. Dari sana pula ia belajar bahwa doa yang lirih bisa melampaui langit, lebih tinggi dari puncak menara itu sendiri.

Ketika akhirnya ia lulus, teman-temannya baru menyadari bahwa di balik sikap pendiamnya, Rasyif menyimpan kekuatan. Ia menjadi pribadi yang mampu memberi nasihat bijak, meski dengan kata-kata sederhana.

“Kesendirian bukan musuh. Ia bisa menjadi sahabat terbaikmu, asalkan kau mengisinya dengan Allah. Jangan lari dari sunyi, karena dalam sunyi kau akan mendengar suara hatimu, dan di sanalah Allah paling dekat.”

 

Penulis: Syariif Ahmad Ja’far Shoodiq

Penyunting: Idan Sahid

 

Tulisan website Pustaka Al-Bahjah merupakan platform bacaan yang ditulis oleh masyarakat umum sebagai media literasi. Submit tulisanmu dengan cara klik link ini.

 

 

Bagikan ke

(Cerpen) Menara Masjid

Saat ini belum tersedia komentar.

Mohon maaf, form komentar dinonaktifkan pada halaman/artikel ini.
Agar Hidup Bahagia dan Hati Tak Mudah Terluka
13 October 2023

Kunci Hidup Bahagia Berbicara tentang kehidupan yang damai tidak bisa terlepas dari hati. Semua kedamaian yang kita peroleh ternyata sangat... selengkapnya

Buya Yahya Rilis Buku Fiqih Haji dan Umrah: Rahasia Kesuksesan di Tanah Suci
5 October 2024

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Pada hari Ahad, tanggal 3 Rabi’ul Akhir 1446 H/6 Oktober 2024 M, Buya Yahya secara resmiakan meluncurkan... selengkapnya

Tip Sukses Melakukan Iktikaf
4 April 2024

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Banyak amalan yang dapat dilakukan di bulan Ramadan, selain melakukan amalan-amalan yang biasa dilakukan di bulan-bulan lainnya,... selengkapnya

Punya Utang Puasa Wajib? Anda Bisa Dapatkan Pahala Dobel Saat Bulan Syawal! Begini Caranya
1 May 2023

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Ketika memasuki bulan Syawal, umat Islam diberikan kesempatan untuk meraih pahala yang besar dengan cara melaksanakan... selengkapnya

Menjaga Pandangan dan Pendengaran: Dua Pintu yang Bisa Merusak Hati
29 May 2025

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Pada zaman sekarang, setiap orang dapat mengakses apa pun dengan bebas melalui peranti teknologi. Tidak sedikit pula melalui... selengkapnya

Amanah dalam Berutang, Hak-Hak Pemberi Pinjaman, dan Adab yang Seharusnya Dijaga oleh Kedua Belah Pihak
22 January 2025

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Utang piutang adalah salah satu bentuk muamalah yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Islam, kegiatan ini... selengkapnya

Mengapa Kita Harus Menghargai Perbedaan Pendapat Setiap Orang?
19 May 2024

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Dalam pengambilan keputusan, selalu terdapat perbedaan pendapat yang beragam. Hal ini sering terjadi dan sulit dihindari. Tak... selengkapnya

Malaikat-Malaikat yang Jarang Orang Ketahui
20 July 2024

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Malaikat-malaikat yang sudah masyhur diketahui ada banyak. Kita sudah tidak asing lagi dengan Malaikat Jibril, Mikail, dan... selengkapnya

Dari Pikiran Menuju Perbuatan: Sebuah Rantai Kebaikan dan Keburukan
19 July 2025

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali tidak menyadari bahwa segalanya bermula dari satu titik kecil yang tak terlihat;... selengkapnya

Teks Khutbah Iduladha dan Muraqqi 1445 H Majelis Al-Bahjah
17 June 2024

  Berikut kami hadirkan teks khutbah Iduladha 1445 H/2024 M. Silakan mendownload dan menyebarkannya melalui tautan yang ada di bawah... selengkapnya

(Cerpen) Menara Masjid

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: