
● online
Saat Kontak Mata Hilang, Makna Pembicaraan Terbuang
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Sejak manusia mengenal istilah saling menyapa dalam sejarah peradaban, kontak mata atau tatap muka menjadi hal yang bermakna dari proses komunikasi. Pepatah lama menyebutkan bahwa mata sebagai jendela jiwa, dan memang dari sanalah kita belajar membaca rasa, menangkap emosi, serta merasakan kehadiran yang nyata.
Sayangnya, di tengah ledakan era digital, pertemuan tatap muka semakin terpinggirkan dan menjelma barang mewah. Tatapan tulus saat ini sering tergantikan oleh sorot mata hampa yang terpaku pada layar gawai. Kita pernah duduk bersama dengan kerabat atau kolega di satu ruang, tetapi tak jarang batin kita atau orang lain hanyut jauh ke dunia yang maya.
Peristiwa semacam ini menunjukkan bahwa masyarakat tengah menghadapi krisis komunikasi yang meresap hingga ke ranah personal. Kecanggihan berkomunikasi melalui teks, emoji, atau video call terus meningkat. Sebaliknya, kemampuan komunikasi di saat berhadapan langsung justru semakin luntur. Suasana di kafe, restoran, hingga meja makan keluarga adalah salah satu contohnya. Kepala-kepala menunduk, jari jemari terus sibuk menari di atas layar, dan percakapan nyata larut dalam keheningan yang kian asing.
Ketiadaan tatap muka ini berdampak besar pada kualitas interaksi. Tatap muka bukan sekadar melihat, melainkan juga merasakan. Saat bertatap muka, sorot mata kita menangkap bahasa tubuh, ekspresi mikro, dan nada suara yang tidak dapat ditransfer melalui media digital. Semuanya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari makna yang utuh. Tanpa itu, pesan bisa disalahartikan, niat bisa salah dipahami, sehingga tak jarang dari proses komunikasi yang tak utuh tersebut akhirnya menghasilkan hubungan yang retak antarsesama.
Marilah jujur kepada diri sendiri, tak sedikit dari kita yang hanya setengah hadir saat berbicara dengan orang lain, sementara mata terpaku pada layar gawai. Kepala mungkin mengangguk, mulut menggumamkan “oh ya” atau “betul juga”, tetapi pikiran sudah terbang jauh dari percakapan. Pesan-pesan yang disampaikan penutur dan petutur menguap tanpa arah.
Tatap muka juga menunjukkan penghargaan yang tulus dalam berinteraksi. Hanya sekadar tatap muka, berarti kita sedang menyampaikan pesan tanpa suara bahwa seseorang itu berarti dan ucapannya layak untuk didengar. Sementara itu, kontak mata yang minim dalam percakapan sering menimbulkan kesan seolah-olah lawan bicara tidak benar-benar hadir. Perasaan tidak didengar dan kurang dihargai tumbuh dari tatapan yang tak bertemu. Dalam jangka panjang, hubungan antarindividu kehilangan kedalaman dan menjadi rapuh. Jumlah teman kita di media sosial mungkin mencapai ribuan. Namun, rasa sepi tetap menghantui meski berada di tengah keramaian karena tanpa kontak mata.
Kita perlu belajar untuk menempatkan gawai pada tempatnya. Gawai itu alat, bukan tuan. Gawai seharusnya melayani kita, bukan sebaliknya. Mengembalikan tatap muka dalam percakapan adalah salah satu langkah pertama untuk merebut kembali kendali atas interaksi kita.
Lalu bagaimana caranya? Dimulai dari hal-hal sederhana. Saat makan bersama, letakkan semua gawai di tempat yang jauh dari jangkauan. Saat mengobrol, simpan gawai di dalam saku atau tas. Saat ada seseorang yang berbicara, tataplah matanya. Dengarkan dengan sepenuh hati.
Sebagai penegasan, ini bukan seruan untuk kembali ke zaman batu. Bukan pula untuk meninggalkan teknologi dan kemajuan. Ini merupakan seruan untuk bijak dalam menggunakan gawai.
Oleh karena itu, tantangan terbesar kita bukanlah untuk menguasai teknologi. Tantangan terbesar kita sejatinya untuk menguasai diri kita sendiri di tengah gempuran teknologi. Kehilangan tatap muka saat berbicara dengan lawan bicara menjadi cermin dari hilangnya kesadaran kita akan kehadiran orang lain. Tanpa kehadiran, percakapan hanyalah deretan kata tanpa jiwa, dan hubungan hanyalah rangkaian koneksi tanpa makna. Mari kita kembalikan tatap muka atau kontak mata, demi percakapan yang lebih hidup, dan hubungan yang lebih kuat.
Penulis: Andrian Saba (Pemustaka Cirebon)
Penyunting: Idan Sahid
Tulisan website Pustaka Al-Bahjah merupakan platform bacaan yang ditulis oleh masyarakat umum sebagai media literasi. Submit tulisanmu dengan cara klik link ini.
Saat Kontak Mata Hilang, Makna Pembicaraan Terbuang
Buku Pengantar Bahasa Arab Para ahli bahasa menyebutkan bahwa maharoh/kemampuan berbahasa ada empat, yaitu (istima’, kalam, qiroah, dan kitabah). Keempatnya harus dipelajari secara berurutan. Maharoh kalam adalah kemampuan berbicara (speaking) untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Buku ini adalah pengantar bagi yang ingin belajar maharom kalam dari tingkat dasar…. selengkapnya
Rp 29.000 Rp 38.000Buku Fiqih Jenazah karya Buya Yahya adalah sebuah karya yang membahas secara komprehensif tentang tata cara dan hukum-hukum yang berkaitan dengan jenazah dalam agama Islam. Buku ini memberikan pemahaman mendalam, termasuk tuntutan sebelum seseorang meninggal, hingga pada proses pengurusan jenazah, memandikan jenazah, mengkafani jenazah, pelaksanaan shalat jenazah, penguburan jenazah sampai takziah. Buya Yahya juga menjelaskan… selengkapnya
Rp 58.000Buku Indahnya Memahami Perbedaan Para Ulama (IMPPU) Karya Buya Yahya menjelaskan perbedaan keyakinan aqidah dan perbedaan pelaksanaan amalan ibadah-ibadah dalam Islam. Buku ini menghadirkan perbedaan tersebut berdasarkan sudut pandang para ulama secara komparatif. Sehingga segala bentuk perbedaan dan perdebatan yang kerap muncul di masyarakat dapat menjadi salah satu nuansa perbedaan yang harmonis, sehingga ekses negatif… selengkapnya
Rp 89.000Maulid Ad Diba’ merupakan salah satu kitab maulid yang dibaca dalam rangka meneladani sîrah Rasulullah saw sekaligus bershalawat kepadanya. Salah satu bentuk penyebaran agama Islam adalah melalui peringatan hari lahir pembawa risalah Islam, Nabi Muhammad saw. Kitab Maulid Ad Diba’i menjadi kita yang dibaca pada peringatan hari lahir Nabi Muhammad Saw. Sebagai ungkapan syukur perayaan… selengkapnya
Rp 25.000Buku Fiqih Shalat karya Buya Yahya ini berisi pedoman lengkap mengenai hukum fiqih dan tata cara dalam menjalankan ibadah shalat. Sehingga dengan membaca buku ini kita akan mendapatkan pemahaman yang benar mengenai shalat sesuai dengan ajaran Rasulillah Saw. Buya Yahya menghadirkan risalah ini dengan susunan seringkas-ringkasnya. Hal ini dilakukan demi kemudahan para pembaca untuk belajar… selengkapnya
Rp 59.000Buku Aqidah 50 karya Buya Yahya secara tuntas membahas pokok-pokok fundamental Aqidah Islam sebagaimana yang dibakukan oleh Ahlusunnah Waljama’ah. Buku ini menjadi penegas mengenai identitas dalam beraqidah yang benar, selain dengan mengikuti ulama Ahlusunnah Waljama’ah juga harus mengikuti cara beraqidahnya Ulama Asy’ariah atau Al-Maturidiyah, mengikuti caranya Ahlu Tasawuf (Sufi atau Sufiyah) dan mengikuti salah satu… selengkapnya
Rp 49.000Terkadang seorang pelajar bahasa arab akan mendapati sedikit kesulitan dalam mempelajari qoidah ‘adad ma’dud karena pembahasan tersebut tidak terlalu detail ketika disebutkan di sebagian kitab-kitab nahwu khususnya kitab nahwu klasik. Maka kami kumpulkan catatan kecil ini dengan harapan dapat memudahkan para pelajar pemula yang ingin menguasai dasar-dasar qoidah ‘adad ma’dud. Ukuran: 16 cm x 24… selengkapnya
Rp 29.000 Rp 37.700Menunggu Barangkali tap tip jiwa sama-sama lupa Barangkali tap tip jiwa sama-sama tuli Barangkali tap tip jiwa sama-sama... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Islam adalah agama yang sempurna dan memuliakan setiap aspek kehidupan manusia, termasuk dalam urusan pernikahan. Memberikan kemudahan... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Pernikahan sering kali disebut sebagai ibadah terpanjang dalam hidup. Mengandung makna bahwa pernikahan dilakukan dari mulai akad sampai... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Dalam pengambilan keputusan, selalu terdapat perbedaan pendapat yang beragam. Hal ini sering terjadi dan sulit dihindari. Tak... selengkapnya
Tak terasa kita sudah berada di hadapan bulan agung dan mulia. Bulan yang dirindukan kedatangannya oleh para kekasih Allah Swt,... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Bencana banjir yang melanda kota dan Kabupaten Cirebon pada 17 Januari 2025 kembali menyoroti krisis tata kelola... selengkapnya
Pagi itu, suasana Pondok Al Khoirot terasa syahdu seperti biasanya. Lalu lalang santri bergegas menuju masjid untuk shalat Subuh berjamaah.... selengkapnya
Oleh: Ustadz Maulid Johansyah (Dewan Asatidz LPD Al-Bahjah) Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Bulan Dzulhijjah merupakan bulan ke-12 dalam kalender Hijriah.... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Ketika kita asyik menikmati ifthar dengan hidangan berjejer di meja makan, nun jauh di sana saudara kita,... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Pada suatau ketika di zaman Nabi Muhammad Saw, terdapat keistimewaan bagi kaum laki-laki untuk senantiasa dekat kepada... selengkapnya
Saat ini belum tersedia komentar.