Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

CS Pustaka
● online
CS Pustaka
● online
Halo, perkenalkan saya CS Pustaka
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Beranda » Blog » Saat Kontak Mata Hilang, Makna Pembicaraan Terbuang

Saat Kontak Mata Hilang, Makna Pembicaraan Terbuang

Diposting pada 6 August 2025 oleh Redaksi / Dilihat: 183 kali / Kategori:

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Sejak manusia mengenal istilah saling menyapa dalam sejarah peradaban, kontak mata atau tatap muka menjadi hal yang bermakna dari proses komunikasi. Pepatah lama menyebutkan bahwa mata sebagai jendela jiwa, dan memang dari sanalah kita belajar membaca rasa, menangkap emosi, serta merasakan kehadiran yang nyata.

Sayangnya, di tengah ledakan era digital, pertemuan tatap muka semakin terpinggirkan dan menjelma barang mewah. Tatapan tulus saat ini sering tergantikan oleh sorot mata hampa yang terpaku pada layar gawai. Kita pernah duduk bersama dengan kerabat atau kolega di satu ruang, tetapi tak jarang batin kita atau orang lain hanyut jauh ke dunia yang maya.

Peristiwa semacam ini menunjukkan bahwa masyarakat tengah menghadapi krisis komunikasi yang meresap hingga ke ranah personal. Kecanggihan berkomunikasi melalui teks, emoji, atau video call terus meningkat. Sebaliknya, kemampuan komunikasi di saat berhadapan langsung justru semakin luntur. Suasana di kafe, restoran, hingga meja makan keluarga adalah salah satu contohnya. Kepala-kepala menunduk, jari jemari terus sibuk menari di atas layar, dan percakapan nyata larut dalam keheningan yang kian asing.

Ketiadaan tatap muka ini berdampak besar pada kualitas interaksi. Tatap muka bukan sekadar melihat, melainkan juga merasakan. Saat bertatap muka, sorot mata kita menangkap bahasa tubuh, ekspresi mikro, dan nada suara yang tidak dapat ditransfer melalui media digital. Semuanya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari makna yang utuh. Tanpa itu, pesan bisa disalahartikan, niat bisa salah dipahami, sehingga tak jarang dari proses komunikasi yang tak utuh tersebut akhirnya menghasilkan hubungan yang retak antarsesama.

Marilah jujur kepada diri sendiri, tak sedikit dari kita yang hanya setengah hadir saat berbicara dengan orang lain, sementara mata terpaku pada layar gawai. Kepala mungkin mengangguk, mulut menggumamkan “oh ya” atau “betul juga”, tetapi pikiran sudah terbang jauh dari percakapan. Pesan-pesan yang disampaikan penutur dan petutur menguap tanpa arah.

Tatap muka juga menunjukkan penghargaan yang tulus dalam berinteraksi. Hanya sekadar tatap muka, berarti kita sedang menyampaikan pesan tanpa suara bahwa seseorang itu berarti dan ucapannya layak untuk didengar. Sementara itu, kontak mata yang minim dalam percakapan sering menimbulkan kesan seolah-olah lawan bicara tidak benar-benar hadir. Perasaan tidak didengar dan kurang dihargai tumbuh dari tatapan yang tak bertemu. Dalam jangka panjang, hubungan antarindividu kehilangan kedalaman dan menjadi rapuh. Jumlah teman kita di media sosial mungkin mencapai ribuan. Namun, rasa sepi tetap menghantui meski berada di tengah keramaian karena tanpa kontak mata.

Kita perlu belajar untuk menempatkan gawai pada tempatnya. Gawai itu alat, bukan tuan. Gawai seharusnya melayani kita, bukan sebaliknya. Mengembalikan tatap muka dalam percakapan adalah salah satu langkah pertama untuk merebut kembali kendali atas interaksi kita.

Lalu bagaimana caranya? Dimulai dari hal-hal sederhana. Saat makan bersama, letakkan semua gawai di tempat yang jauh dari jangkauan. Saat mengobrol, simpan gawai di dalam saku atau tas. Saat ada seseorang yang berbicara, tataplah matanya. Dengarkan dengan sepenuh hati.

Sebagai penegasan, ini bukan seruan untuk kembali ke zaman batu. Bukan pula untuk meninggalkan teknologi dan kemajuan. Ini merupakan seruan untuk bijak dalam menggunakan gawai.

Oleh karena itu, tantangan terbesar kita bukanlah untuk menguasai teknologi. Tantangan terbesar kita sejatinya untuk menguasai diri kita sendiri di tengah gempuran teknologi. Kehilangan tatap muka saat berbicara dengan lawan bicara menjadi cermin dari hilangnya kesadaran kita akan kehadiran orang lain. Tanpa kehadiran, percakapan hanyalah deretan kata tanpa jiwa, dan hubungan hanyalah rangkaian koneksi tanpa makna. Mari kita kembalikan tatap muka atau kontak mata, demi percakapan yang lebih hidup, dan hubungan yang lebih kuat.

 

Penulis: Andrian Saba (Pemustaka Cirebon)

Penyunting: Idan Sahid

Tulisan website Pustaka Al-Bahjah merupakan platform bacaan yang ditulis oleh masyarakat umum sebagai media literasi. Submit tulisanmu dengan cara klik link ini.

 

Bagikan ke

Saat Kontak Mata Hilang, Makna Pembicaraan Terbuang

Saat ini belum tersedia komentar.

Mohon maaf, form komentar dinonaktifkan pada halaman/artikel ini.
Puisi-Puisi Nur Aliyatul Hasanah (3)
29 September 2024

  Menunggu   Barangkali tap tip jiwa sama-sama lupa Barangkali tap tip jiwa sama-sama tuli Barangkali tap tip jiwa sama-sama... selengkapnya

Janda atau Duda, Jangan Takut Menikah Lagi
11 February 2025

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Islam adalah agama yang sempurna dan memuliakan setiap aspek kehidupan manusia, termasuk dalam urusan pernikahan. Memberikan kemudahan... selengkapnya

Apa Itu Nikah Batin dan Bagaimana Hukumnya dalam Islam?
26 April 2025

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Pernikahan sering kali disebut sebagai ibadah terpanjang dalam hidup. Mengandung makna bahwa pernikahan dilakukan dari mulai akad sampai... selengkapnya

Mengapa Kita Harus Menghargai Perbedaan Pendapat Setiap Orang?
19 May 2024

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Dalam pengambilan keputusan, selalu terdapat perbedaan pendapat yang beragam. Hal ini sering terjadi dan sulit dihindari. Tak... selengkapnya

Marhaban Ya Ramadhan: Ramadhan yang Dirindukan
3 April 2022

Tak terasa kita sudah berada di hadapan bulan agung dan mulia. Bulan yang dirindukan kedatangannya oleh para kekasih Allah Swt,... selengkapnya

Cirebon Kebanjiran! Alarm bagi Kita untuk Lebih Peduli Lagi Terhadap Lingkungan
18 January 2025

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Bencana banjir yang melanda kota dan Kabupaten Cirebon pada 17 Januari 2025 kembali menyoroti krisis tata kelola... selengkapnya

Cerpen: Kambing dan Terompah Pak Kiyai
9 March 2025

Pagi itu, suasana Pondok Al Khoirot terasa syahdu seperti biasanya. Lalu lalang santri bergegas menuju masjid untuk shalat Subuh berjamaah.... selengkapnya

Agar Tidak Merugi di Sepuluh Hari Awal Bulan Haji
20 June 2023

Oleh: Ustadz Maulid Johansyah (Dewan Asatidz LPD Al-Bahjah) Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Bulan Dzulhijjah merupakan bulan ke-12 dalam kalender Hijriah.... selengkapnya

Berbuka dengan Menu “Rasa Peduli”
7 April 2024

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Ketika kita asyik menikmati ifthar dengan hidangan berjejer di meja makan, nun jauh di sana saudara kita,... selengkapnya

Muslimah Juga Bisa Mendapatkan Pahala Jihad Loh, Begini Caranya
3 April 2024

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Pada suatau ketika di zaman Nabi Muhammad Saw, terdapat keistimewaan bagi kaum laki-laki untuk senantiasa dekat kepada... selengkapnya

Saat Kontak Mata Hilang, Makna Pembicaraan Terbuang

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: