
● online
Menjadi Pemuda Produktif ala Ashabul Kahfi
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Masa muda idealnya diisi dengan segala macam produktivitas. Namun, godaan dapat membawa masa muda menjadi sia-sia. Dan apabila seorang pemuda terjebak dalam kesia-siaan, ia akan mengalami kerugian yang sangat besar karena waktu berharga yang tak tergantikan itu hilang begitu saja. Untuk itu, agar tidak terjerumus ke dalam kesia-siaan, kita membutuhkan pedoman untuk memanfaatkan masa muda dengan sebaik mungkin. Seperti kisah para pemuda Ashabul Kahfi, mereka merupakan pemuda yang produktif dengan menjalankan tuntunan dari Allah Swt.
Di dalam Al-Qur’an, Allah Swt memberikan teladan dan pengajaran dari kisah pemuda Ashabul Kahfi. Mereka merupakan pemuda hebat yang mengisi masa mudanya dengan prinsip menghindari bahaya yang mengancam keimanan mereka. Tiada waktu yang mereka pakai kecuali untuk memelihara iman mereka. Dan waktu yang terlewati bersama keimanan adalah sebaik-baik waktu.
Buya Yahya menjelaskan hikmah dari kisah mereka saat menerangkan tafsir dari QS. Al-Kahfi ayat 7 sampai dengan ayat 10. Beberapa intisari dari penjelasan tafsir yang beliau sampaikan yaitu:
Semua yang ada di dunia ini adalah ujian
Dalam QS. Al-Kahfi ayat tujuh, Allah Swt berfirman,
اِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْاَرْضِ زِيْنَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ اَيُّهُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا
Buya Yahya menjelaskan,
“Allah menciptakan banyak hal yang menghiasi di atas bumi. Semua hiasan itu sebenarnya adalah untuk manusia. Pepohonan berbuah untuk manusia, ada binatang yang dikonsumsi untuk manusia, air yang mengalir di atas bumi, dan lain sebagainya.”
Lalu beliau melanjutkan pada ayat selanjutnya (QS. Al-Kahfi ayat 8),
وَاِنَّا لَجٰعِلُوْنَ مَا عَلَيْهَا صَعِيْدًا جُرُزًاۗ
Buya menjelaskan,
“Dan juga ada di antaranya hamparan tanah yang kering, setelah itu ada curahan hujan menjadi ijo royo-royo. Linabluwahum. Untuk menguji mereka. Jadi semua yang terjadi yang kita saksikan di alam semesta ini adalah ujian bagi kita. Apakah semua itu menjadikan kita dekat dengan Allah Swt atau tidak?”
Siapakah yang bisa lulus dari ujian ini? Buya Yahya memberikan penjelasan bahwa mereka yang lulus dari ujian ini ialah mereka yang paham bahwa dunia ini adalah ujian. Sebab jika seseorang tidak paham bahwa dunia ini tempat ujian, ia tidak akan bisa sungguh-sungguh dalam menghadapinya. Dan yang paham betul akan hal ini ialah mereka yang merenung.
Buya melanjutkan bahwa dunia ini disebut dengan daarul ibtila (negeri ujian). Kita diuji untuk memahami bahwa semua kenikmatan merupakan karunia dari Allah Swt. Apakah kita bersyukur ketika melihat dan memakan binatang-binatang ternak? Ketika memiliki harta kekayaan yang melimpah, apakah kita dapat lebih banyak berbuat baik? Ketika kita mendapatkan anugerah kesehatan, apakah lantas menjadikan kita bersyukur kepada-Nya? Termasuk di antaranya ujian hati dalam rangka memperkuat keimanan. Apakah semua ciptaan Allah Swt yang kita saksikan semakin membuat kita terkagum-kagum kepada-Nya atau tidak.
Demikian juga sebaliknya, permasalahan hidup, kekurangan, sakit, dan lain-lain, apakah kita sabar atau tidak saat menghadapinya.
Pada ayat selajutnya (QS. Al-Kahfi ayat 9), Allah Swt berfirman,
اَمْ حَسِبْتَ اَنَّ اَصْحٰبَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيْمِ كَانُوْا مِنْ اٰيٰتِنَا عَجَبًا
Buya Yahya memberikan penjelasan,
“Apakah kamu menduga yang mengagumkan hanya kisah Ashabul Kahfi? Ashabul Kahfi memang mengagumkan, tapi yang mengagumkan itu bukan kisah Ashabul Kahfi saja. Kenapa kamu tidak pernah merenungkan biji-bijian yang berbulan-bulan dan bertahun-tahun tidak pernah terlihat tiba-tiba tumbuh? Rerumputan itu tidak pernah terlihat tetapi tiba-tiba menghijau? Itu kan kuasa Allah.”
Keselamatan iman menjadi segalanya
Kemudian, Buya Yahya memberikan penjelasan tentang sifat mulia para pemuda Ashabul Kahfi. Beliau menyampaikan,
“Mereka (Ashabul Kahfi) itu lari dari kejahatan sang raja yang memaksa mereka untuk menyembah berhala. Karena mereka tidak ingin bermaksiat, mereka masing-masing keluar tanpa bercerita kepada siapa pun dengan niat agar jangan sampai terbawa kepada kemaksiatan.”
Buya juga menyampaikan bahwa di balik kisah Ashabul Kahfi ada kisah yang dahsyat, yaitu kisah iman. Kisah pembebasan diri dari kekafiran dan kesyirikan. Tentang bagaimana mereka melakukan inisatif untuk menjaga keimanan mereka. Karena pada hakikatnya para pemuda Ashabul Kahfi itu pergi dalam rangka menyelamatkan iman mereka, bukan hanya sebatas diri mereka sendiri.
Hingga apa yang terjadi kepada mereka selanjutnya adalah suatu keajaiban. Mereka ditidurkan oleh Allah Swt di dalam gua selama ratusan tahun dalam keadaan sama seperti sebelum tidur.
Berjiwa inisiatif yang tinggi
Pada ayat kesepuluh, Allah Swt berfirman,
اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا
Buya Yahya menjelaskan,
“Ingatlah ketika rombongan pemuda berlindung ke sebuah tempat/mencari tempat yang aman ke dalam gua. Lalu mereka berdoa, “Ya Allah, berikan kepada kami kasih sayang-Mu dan persiapkan untuk kami dalam urusan kami yang baik/benar. Maksudnya, persiapkan kami untuk masa depan kami/untuk kehidupan kami.”
Para pemuda Ashabul Kahfi berinisiatif untuk menghindar dari lingkungan yang memaksa mereka untuk bermaksiat kepada Allah Swt dengan pergi ke gua. Mereka paham akan bahaya yang menunggu mereka jika tidak segera beranjak dari tempat mereka. Buya Yahya menyampaikan bahwa orang hebat itu kalau ingin selamat maka diniati dengan inisiatif sendiri. Ini adalah tingkatan yang paling tinggi. Tingkatan keduanya ialah orang yang baru sadar setelah diajak orang lain.
Orang-orang seperti ini bahkan berpikir dan bertindak sebelum orang lain melakukannya. Buya menambahkan,
“Jika ingin berubah menjadi lebih baik, segera berinisiatif untuk bertindak dari diri sendiri, tanpa menunggu-nunggu.”
Setelah berinisiatif menghindar, apa yang para pemuda Ashabul Kahfi lakukan adalah terus mendekat kepada Allah Swt. Mereka mengadu dalam doa mereka.
Ucapan doa mereka menggambarkan bahwa mereka adalah anak muda yang cerdas, ketika melihat sesuatu yang membahayakan keimanan, mereka berusaha mencari solusi. Maka mereka hijrah untuk mencari keselamatan dengan masuk gua. Gua sendiri dipilih karena jauh dari hiruk piruk manusia. Mereka memiliki prinsip dan pendirian bahwa segala yang membahayakan harus dihindari.
Buya menambahkan,
“Orang hebat adalah yang mempengaruhi, bukan dipengaruhi. Mewarnai, bukan diwarnai. Punya prinsip, keyakinan, membawa orang. Akan tetapi bila arus terlalu deras, ia minggir. Karena jika melawan maka akan membahayakannya.”
Apa yang mereka pinta dalam doa mereka adalah rahmat (kasih sayang Allah Swt). Sesungguhnya dengan kasih sayang dari Allah Swt ini lah seseorang bisa menikmati hijrahnya dengan cara yang positif dan menjadi orang yang menikmati proses saat berada dalam kebaikan. Terbukti, dalam kisahnya, para pemuda Ashabul Kahfi diberi kenikmatan dalam tempo yang panjang, yaitu tidak merasakan penantian zaman hingga berubah menjadi labih baik dengan ditidurkan.
Buya Yahya menyampaikan hikmah yang dapat kita ambil dari penantian meraka yaitu,
“Kalau memang kita serius (menghindari maksiat), akan Allah tidurkan hawa nafsu kita. Sehingga dalam menghindari kemaksiatan kita merasa nyaman. Tidak ada lagi kerinduan kepada maksiat. Allah jaga sehingga kita tidak berat menghindari itu semua. Termasuk dalam urusan pemuda saat ini, jodoh misalnya. Tidurkan syahwatmu! Masuklah gua! Sampai suatu saat nanti tiba saatnya dibangunkan kepada yang halal”
Demikianlah hikmah agar menjadi pemuda yang produktif ala Ashabul Kahfi. Teladan produktivitas waktu mereka tidak terbatas di dunia saja, melainkan juga di akhirat karena mereka menjalani waktu atas dasar keimanan yang kokoh. Semoga kita semua dapat meneladani perilaku-perilaku mulia mereka. Aamiin.
Tags: Ashabul Kahfi, Pemuda Produktif
Menjadi Pemuda Produktif ala Ashabul Kahfi
Buku Aqidah 50 karya Buya Yahya secara tuntas membahas pokok-pokok fundamental Aqidah Islam sebagaimana yang dibakukan oleh Ahlusunnah Waljama’ah. Buku ini menjadi penegas mengenai identitas dalam beraqidah yang benar, selain dengan mengikuti ulama Ahlusunnah Waljama’ah juga harus mengikuti cara beraqidahnya Ulama Asy’ariah atau Al-Maturidiyah, mengikuti caranya Ahlu Tasawuf (Sufi atau Sufiyah) dan mengikuti salah satu… selengkapnya
Rp 49.000Penerbit: Pustaka Al-Bahjah Penulis: Buya Yahya Tebal buku: xiii+124 Dakwah mempunyai makna mengajak diri dan orang lain kepada kebaikan, menjauhkan diri dan orang lain dari kemungkaran serta melestarikan semesta lalu menjaganya dari kerusakan. Semua dari kita yang merasa umat Rasulullah Saw harus bisa mengambil bagian dari tugas dakwah ini. Siapa pun kita, yang kaya, miskin,… selengkapnya
*Harga Hubungi CSBuku Fiqih Shalat karya Buya Yahya ini berisi pedoman lengkap mengenai hukum fiqih dan tata cara dalam menjalankan ibadah shalat. Sehingga dengan membaca buku ini kita akan mendapatkan pemahaman yang benar mengenai shalat sesuai dengan ajaran Rasulillah Saw. Buya Yahya menghadirkan risalah ini dengan susunan seringkas-ringkasnya. Hal ini dilakukan demi kemudahan para pembaca untuk belajar… selengkapnya
Rp 59.000Buku “Oase Iman” memberikan pemahaman yang mendalam namun ringan sebagai siraman hati bagi siapa pun yang membacanya. Berisi catatan buah dari renungan singkat di sepanjang perjalanan penulis dalam menjalankan tugas dakwah di jalan Allah Swt. Dari pengalaman yang berharga tersebut kemudian menjadi hikmah yang bertebaran dan dikumpulkan, kemudian dihadirkan dengan harapan adanya kebaikan dan sesuatu… selengkapnya
Rp 87.000 Rp 93.000Buku “Silsilah Fiqih Praktis Qurban” karya Buya Yahya merupakan sebuah panduan praktis yang memberikan pemahaman mengenai hukum dan tata cara pelaksanaan ibadah qurban. Dalam buku ini, Buya Yahya menjelaskan berbagai aspek yang terkait dengan qurban, mulai dari pengertian dan tujuan qurban, hukum-hukum yang terkait dengan hewan qurban, serta tata cara penyembelihan, pembagian, dan distribusi daging… selengkapnya
Rp 57.000Buku Fiqih Thaharah (Bersuci) karya Buya Yahya ini disusun berdasarkan berbagai kitab-kitab yang terpercaya dengan tetap memperhatikan sumber utamanya, yakni al-Qur’an dan Hadits. Buku ini sangat cocok dibaca bagi setiap pemula yang tahu dan belajar lebih banyak ilmu fiqih khususnya tentang thaharah. Sebab, risalah karya Buya Yahya ini sengaja dihadirkan dengan susunan seringkas-ringkasnya. Buku Fiqih… selengkapnya
Rp 60.000Buku Indahnya Memahami Perbedaan Para Ulama (IMPPU) Karya Buya Yahya menjelaskan perbedaan keyakinan aqidah dan perbedaan pelaksanaan amalan ibadah-ibadah dalam Islam. Buku ini menghadirkan perbedaan tersebut berdasarkan sudut pandang para ulama secara komparatif. Sehingga segala bentuk perbedaan dan perdebatan yang kerap muncul di masyarakat dapat menjadi salah satu nuansa perbedaan yang harmonis, sehingga ekses negatif… selengkapnya
Rp 89.000Buku ini berisikan terjemahan kosa kata bahasa arab beserta latihan-latihannya yang semoga bisa memudahkan para pelajar atau pecinta bahasa arab untuk mempelajari dasar-dasar bahasa arab sehingga mereka mampu mempraktekkan dalam percakapan sehari-hari. ukuran: 17 cm x 25 cm (B5) Kertas Isi: Bookpaper Hitam Putih Sampul: Soft Cover, Laminasi Dof, Spot UV Emboss Jilid: Lem Panas… selengkapnya
Rp 40.000 Rp 52.000Buku Fiqih Praktis Haid karya Buya Yahya memuat tiga bahasan utama, yaitu identifikasi dan ketentuan haid, nifas, dan istihadhoh yang dilengkapi dengan ketentuan mengenai cara serta waktu bersuci. Semuanya dipaparkan dalam buku ini dengan lebih praktis dan mudah dipahami. Karena permasalahan ini sangat erat hubungannya dengan bermacam-macam ibadah, seperti shalat, puasa, thawaf, dan lain-lain. Maka… selengkapnya
Rp 149.000Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Anak adalah salah satu titipan Allah Swt yang paling berharga. Mereka adalah amanah yang harus kita jaga... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Mukjizat dalam tradisi agama Islam telah diwakili dengan penuh keagungan oleh Al-Qur’an Al-Karim. Al-Qur’an tidak hanya dipandang... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Pembaca yang dermawan, dalam ekosistem pendidikan yang terus berevolusi, para peserta didik SMAIQu Al-Bahjah kini berhadapan dengan... selengkapnya
Hakikat Warid Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Jika asing dengan istilah warid, Anda mungkin tidak akan asing dengan istilah wirid. Keduanya berasal... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Dikisahkan ada seseorang ahli ibadah yang bernama Barseso. Di setiap harinya ia selalu melakukan shalat hingga 1000... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah Cirebon – MOTOGP Mandalika 2022 rampung digelar pada Ahad, 20 Maret 2022 pekan lalu. Dibalik kemeriahannya, banyak hal... selengkapnya
“Kelak, mereka yang menjaga jalinan hubungan dengan Nabi Saw akan menyusul masuk surga bersama Nabi Saw,” Prof. Dr. Al-Habib Abdullah... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Krisis karakter yang melanda generasi muda saat ini menjadi salah satu tantangan besar dalam dunia pendidikan. Kemajuan teknologi... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Pernahkah kita menyadari bahwa yang bisa asing itu bukanlah semata persahabatan, keakraban, atau perkenalan, melainkan diri kita... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Khusyuk adalah ruh dari shalat. Ia bukan sekadar posisi tubuh atau ekspresi wajah, tetapi keadaan hati yang fokus,... selengkapnya
Saat ini belum tersedia komentar.