
● online
Mewujudkan Generasi Qur’ani bagi Peradaban Islam
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Diskursus soal teori-teori peradaban yang umum kita ketahui selama ini identik dengan masa kebangkitannya para pemikir Eropa atau yang akrab dikenal dengan istilah Renaisans (Renaissance). Suatu zaman peralihan dari abad pertengahan menuju abad modern yang dimulai pada abad ke-14.
Jauh sebelum datangnya era Renaisans, Islam sudah lebih dulu bersinar dengan era keemasan para ilmuwan dan ulamanya. Peradaban Islam saat itu menguasai seluruh aspek ilmu pengetahuan mulai dari kesehatan, sains, astronomi, dan bidang-bidang lainnya. Semuanya hanya bersumber kepada satu referensi utama, yaitu Al-Qur’an.
Al-Qur’an menjadi sumber yang mengantarkan peradaban kejayaan Islam melalui Sang Uswatun Rasanah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Jibril mengajarkan Al-Qur’an dengan metode talaqqi; Jibril mencontohkan lalu Rasul langsung mempraktikkan. Spirit pendidikan Islam yang berfokus pada aspek praktis, bukan sekadar teoretis.
Berbanding terbalik dengan pendidikan zaman now yang lebih mengedepankan aspek teoretis dibandingkan dengan aspek praktis. Sebagai contoh dalam hal shalat, Rasulullah bersabda:
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
Artinya:
“Shalatlah kalian (dengan cara) sebagaimana kalian melihatku shalat.” (HR. Al-Bukhari)
Setelah itu para ulama lalu merumuskan teori-teorinya seperti tata cara berwudu, syarat wajib shalat, syarat sah shalat, rukun shalat, hal yang membatalkannya, dan lain-lain.
Al-Qur’an menjadi solusi dari seluruh problematika umat, maka dari itu mari kembali pada Al-Qur’an dan juga sunah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam agar mendapatkan ketenangan, baik di dunia lebih-lebih di akhirat.
Lantas apa yang menyebabkan hati kita selama ini sulit bahagia dan berada dalam kecemasan? Allah Subhanallahu Wa Ta’ala menjawab dalam Al-Qur’an:
أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ…
Artinya:
“…hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du: 28)
Mungkin kurangnya istighfar kepada Allah, malas bershalawat kepada Rasulullah, dan lemahnya iman kepada qadha dan qadar Allah. Bisa jadi hal inilah yang menyebabkan hati sulit untuk tenang dan bahagia. Padahal untuk bahagia itu cukup mudah, hanya dengan bertawakal, mensyukuri segala nikmat-Nya, dan bersabar terhadap ujian-Nya.
Al-Qur’an mampu memperbaiki hidup manusia mulai dari level personal hingga level peradaban. Menurut para ulama, kurikulum Al-Qur’an itu tersusun secara sistematis sesuai dengan tema-temanya.
Al-Qur’an yang terdiri dari 114 surah turun secara bertahap mulai dari surah Al-Alaq, Al-Qalam, Al-Muzammil, Al-Muddatstsir, Al-Fatihah hingga surah ke-38 yang semuanya berisi tentang islah an-nafs atau memperbaiki individu/karakter. Selanjutnya sepertiga atau 38 surah berikutnya berisi islah bilmujtama’ yaitu tentang tata cara memperbaiki perilaku masyarakat. Lalu sepertiga terakhir dimulai dari surah Al-Mulk dan seterusnya berisi tentang bagaimana tata cara bernegara, mengelola pemerintahan dan menunaikan amanah kekuasaan.
Peran Ilmuwan dan Ulama Terdahulu dalam Menggapai Keemasan Peradaban Islam
Islam pernah mencapai masa keemasannya pada abad 6-15 Masehi. Namun, fakta ini coba disembunyikan kaum zionis, orientalis, dan musuh-musuh Islam. Tujuannya untuk menyembunyikan sejarah yang sesungguhnya. Padahal kejayaan peradaban yang ada hingga sekarang ini merupakan hak milik para ulama dan ilmuwan muslim.
Kurikulum pendidikan Islam memegang peran kunci untuk mewujudkan generasi Qur’ani. Langkah utama untuk menciptakan semua itu berawal dari rumah dengan cara mengenalkan tauhid kepada anak-anak. Peran Ibu sebagai madrasah yang pertama bagi anaknya dan fungsi ayah sebagai kepala sekolahnya. Artinya kerja sama kolektif orang tua penting untuk mewujudkan generasi Qur’ani bagi peradaban Islam mendatang.
Allah Ta’ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…” (QS. At-Tahrim: 6)
Tujuan Nabi berdakwah selama 13 tahun di Makkah tak lain untuk memantapkan iman para sahabat. Hal ini lebih lama daripada penetapan syari’at yang terjadi ketika Nabi hijrah ke Madinah selama 10 tahun. Iman yang kuat menjadi kunci agar syari’at dapat dilaksanakan dengan ikhlas dan tidak menjadi beban.
Setelah keimanan tertanam, selanjutnya menghafal dan memahamkan Al-Qur’an secara total 30 juz lalu mengembangkan ilmu pengetahuan secara konsisten.
Lantas bagaimana peran ilmuwan Islam bagi peradaban dunia? Seorang ulama dan ilmuwan kenamaan Islam di bidang saintek Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi atau yang lebih dikenal dunia Barat dengan nama Algorismi, sang penemu algoritma dan aljabar. Komputer, smartphone, hingga perangkat teknologi lainnya tak mungkin ada hingga sekarang seandainya beliau tak menemukan angka (numerik). Beliau menemukan bilangan biner (angka 0 dan 1) yang menjadi dasar pembuatan bahasa pemrograman generasi pertama atau machine learning.
Abbas bin Firnas pada abad ke-9 Masehi berhasil mengembangkan prototipe pesawat seperti paralayang berdasarkan penemuannya dari Al-Qur’an surah Al-Mulk ayat 19,
أَوَلَمْ يَرَوْا۟ إِلَى ٱلطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صَٰٓفَّٰتٍ وَيَقْبِضْنَ ۚ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا ٱلرَّحْمَٰنُ ۚ إِنَّهُۥ بِكُلِّ شَىْءٍۭ بَصِيرٌ
Artinya:
“Apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Allah Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu”. (QS. Al-Mulk: 19)
Dalam bidang kesehatan ada Ibnu Sina/Aveceena, di bidang astronomi Islam memiliki Al-Battani, dan masih banyak sumbangsih ilmuwan Islam dalam peradaban dunia.
Berbeda dengan ilmuwan Barat, tujuan ilmuwan Islam mengembangkan ilmu pengetahuan di antaranya pertama, untuk beribadah. Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya:
“Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat: 56)
Kedua, memupuk rasa takut kepada Allah
إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟
Artinya:
“…Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (orang yang memiliki ilmu pengetahuan)…” (QS. Fathir: 28)
Ketiga, menjadi khalifah (pemimpin) Allah di bumi. Artinya bertujuan memakmurkan bumi dan bermanfaat bagi sesama sebagaimana ayat:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ إِنِّى جَاعِلٌ فِى ٱلْأَرْضِ خَلِيفَةً
Artinya:
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. (QS. Al-Baqarah: 30)
Semoga Allah selamatkan anak-anak kita menjadi generasi Qur’ani yang dekat dengan Allah dan Al-Qur’an yang akan membahagiakan para orang tua dunia hingga akhirat. Aamiin…
Penulis: Muhammad Adib
Tulisan website Pustaka Al-Bahjah merupakan platform bacaan yang ditulis oleh masyarakat umum sebagai media literasi. Submit tulisanmu dengan cara ini.
Tags: generasi qur'ani, renaisans
Mewujudkan Generasi Qur’ani bagi Peradaban Islam
Buku Fiqih Shalat karya Buya Yahya ini berisi pedoman lengkap mengenai hukum fiqih dan tata cara dalam menjalankan ibadah shalat. Sehingga dengan membaca buku ini kita akan mendapatkan pemahaman yang benar mengenai shalat sesuai dengan ajaran Rasulillah Saw. Buya Yahya menghadirkan risalah ini dengan susunan seringkas-ringkasnya. Hal ini dilakukan demi kemudahan para pembaca untuk belajar… selengkapnya
Rp 59.000Buku Fiqih Bepergian karya Buya Yahya menghadirkan masalah umum yang sering dihadapi oleh kaum muslim dalam menjaga kualitas dan waktu shalat saat sedang bepergian. Buya Yahya memberikan penjelasan tentang kondisi-kondisi tertentu yang dapat mempengaruhi pelaksanaan shalat, seperti perbedaan zona waktu, keterbatasan ruang, susahnya mencari tempat wudhu, dan lain sebagainya. Buku ini memberikan solusi-solusi praktis yang… selengkapnya
Rp 23.000 Rp 43.000Buku Buya Yahya yang berjudul Ramadhaniat secara rinci menjelaskan amalan-amalan yang dapat dilakukan oleh seorang muslim di bulan Ramadan. Buku ini memberikan panduan mudah bagi setiap muslim dalam merencanakan program amalan di bulan Ramadan. Dengan penjelasan yang sederhana dan praktis Buya Yahya mengupas tuntas kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia di bulan Ramadan dan bagaimana… selengkapnya
Rp 115.000Buku “Dzikir Harian” yang ditulis oleh Buya Yahya adalah dzikir-dzikir yang dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dzikir-dzikir yang dihadirkan merupakan dzikir yang dianjurkan dan diamalkan oleh Nabi Muhammad Saw serta para sahabatnya. Dimulai dari tasbih, tahmid, takbir, beserta doa-doanya. Dzikir sebagai upaya senantiasa mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah Swt, dzikir harus diamalkan secara konsisten… selengkapnya
Rp 25.000 Rp 27.000Ilmu nahwu adalah termasuk bagian dari sekian macam bidang ilmu dalam bahasa arab. Tanpanya sebuah susunan kalam tidak akan difahamai dengan benar sebagaimana yang dikatakan oleh al Imam al Imrithi: والنَّحْوُ أَولَى أَوَّلًا أَنْ يُعْلَمَا * إِذِ الكَلَامُ دُونَهُ لَنْ يُفْهَمَا “ilmu nahwu lebih utama untuk dipelajari terlebih dahulu Karena sebuah kalam bahasa arab tanpanya… selengkapnya
Rp 72.000 Rp 93.600Buku “Hadist Jibril” karya Buya Yahya ini berisi penjabaran ringkas dari satu hadist Nabi Muhammad Saw yang masyhur dengan sebutan Hadist Jibril. Karena dalam hadist tersebut terjadi dialog antara Baginda Nabi Muhammad dengan Malaikat Jibril. Dalam dialog khusus tersebut Nabi Muhammad Saw telah mengajarkan kepada kita tentang tiga pilar agama yang jika ada salah satu… selengkapnya
Rp 56.000Buku Fiqih Jenazah karya Buya Yahya adalah sebuah karya yang membahas secara komprehensif tentang tata cara dan hukum-hukum yang berkaitan dengan jenazah dalam agama Islam. Buku ini memberikan pemahaman mendalam, termasuk tuntutan sebelum seseorang meninggal, hingga pada proses pengurusan jenazah, memandikan jenazah, mengkafani jenazah, pelaksanaan shalat jenazah, penguburan jenazah sampai takziah. Buya Yahya juga menjelaskan… selengkapnya
Rp 58.000Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Orang yang sudah mengikrarkan dirinya beriman secara otomatis akan mudah untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Ia juga akan secara... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Mahar merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh calon pengantin laki-laki ketika hendak menikah. Namun bagaimana jika... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Takdir adalah ketentuan yang sudah ditetapkan oleh Allah Subhanu wa Ta’ala. Ketentuan ini tidak ada yang bisa mengubahnya,... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Saat ini media sosial dihebohkan oleh kejadian seorang perempuan yang memiliki dua orang suami. Mereka tinggal... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Indonesia akan menghadapi pemilihan umum (pemilu) pada tahun 2024 mendatang. Pemilu sendiri merupakan sarana bagi rakyat... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Salah satu yang selalu diperbincangkan dalam sebuah pernikahan adalah mahar. Mahar dapat diartikan sebagai pemberian pihak laki-laki... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah Cirebon – Ketika sedang berpuasa, khususnya di bulan suci Ramadhan, hal yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam adalah waktu... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Diskursus soal teori-teori peradaban yang umum kita ketahui selama ini identik dengan masa kebangkitannya para pemikir Eropa... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Kontestasi politik di negara Indonesia seakan tidak pernah ada habisnya. Termasuk pada saat-saat akan dilaksanakannya pemilihan umum... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Sudah menjadi rahasia umum bahwa Allah Swt. menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman utama bagi umat manusia dalam menjalani... selengkapnya
Saat ini belum tersedia komentar.