
● online
Merawat Hati di Tengah-Tengah Gempuran Teknologi Informasi
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Hati memiliki dua pintu utama, yaitu mata dan telinga. Segala informasi yang diterima hati melalui mata dan telinga memiliki pengaruh yang besar. Jika yang masuk melalui keduanya positif, hati akan mendapatkan pengaruh positif. Sebaliknya, jika yang masuk adalah hal-hal negatif, hati pun akan mendapatkan pengaruh negatif.
Pada zaman teknologi informasi seperti sekarang, pengaruh negatif sangat mudah diakses oleh mata dan telinga. Karena itu kita perlu menjaga dan merawat hati. Merawat hati bisa dilakukan dengan ikhtiar batin dan ikhtiar lahir.
Ikhtiar Batin
Ikhtiar batin dalam merawat hati setidaknya ada dua: berusaha mendekatkan diri kepada Allah dan memohon perlindungan kepada-Nya.
Cara mendekatkan diri kepada Allah dimulai dari menyadari segala dosa dan kesalahan, lalu bersegera meminta ampunan. Tanamkan rasa takut kepada-Nya. Tanamkan juga harapan yang penuh kepada-Nya. Juga sekuat tenaga selalu berusaha untuk melaksanakan perintah-Nya dan tidak melanggar larangan dari-Nya. Dengan begitu kita sedang melatih hati kita untuk selalu mendekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan nilai ibadah kita semakin meningkat.
Selain itu, hendaknya memohon kepada Allah agar dilindungi dari hati yang kotor. Salah satu doa yang diajarkan Baginda Nabi Salallahu ‘Alaihi Wasallam yaitu
اَللّٰهُمَّ إِنّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ، وَعَذَابِ الْقَبْرِ، اَللّٰهُمَّ آتِ نَفْسِيْ تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اَللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ؛ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ؛ وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا(رواه مسلم)
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas, dari sifat bakhil dan pikun, dan dari azab kubur. Ya Allah, berilah jiwaku ketakwaannya, sucikanlah ia sesungguhnya Engkau sebaik-baik yang menyucikannya, Engkaulah pelindungnya. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dan dari nafsu yang tidak kenyang serta dari doa yang tidak terkabul.” (HR. Muslim)
Ikhtiar Lahir
Agar seimbang dan cepat sampai tujuan, tentunya ikhtiar batin saja tidak cukup, kita perlu menyempurnakan usaha dengan ikhtiar lahir. Sebagaimana tubuh yang memerlukan latihan agar tetap sehat, hati juga perlu latihan agar bersih. Berikut ini beberapa ikhtiar lahir yang bisa dilakukan.
- Uzlah
Buya Yahya pernah menyampaikan nasihat Imam Al-Ghazali bahwa ketika kita berada dalam suatu keadaan yang pengaruh negatifnya sangat kuat sehingga dapat dengan mudah merusak akhlak kita, tidak ada jalan menuju Allah kecuali melalui pintu uzlah.
Uzlah itu menjauhkan diri dari hiruk pikuk kehidupan dunia yang menjadikan kita lupa akan akhirat: segala yang membangkitkan syahwat (yang tidak halal), hubbuddunya (cinta dunia), dan segala sesuatu yang berorientasi pada hawa nafsu. Tujuannya adalah untuk menjernihkan jiwa dan pikiran agar sibuk untuk mendekat kepada Allah.
Jika sebelumnya kita melakukan ikhtiar batin dengan berusaha mendekat kepada Allah, rasanya tidak lengkap jika tidak dibarengi dengan uzlah. Terutama di zaman teknologi ini, hampir segalanya begitu mudah diakses dan sangat menggoda. Karena itu uzlah menjadi sangat penting. Jika kita serius ingin memperbaiki kehidupan harus ada kesungguhan untuk mengorbankan segala hal yang tidak patut dan tidak perlu dalam kehidupan kita.
- Mengalihkan Pandangan dan Pendengaran
Mungkin ada yang berpikir, ‘Dunia ini sudah rusak. Maksiat ada di mana-mana dan mudah diakses. Menjaga mata dan telinga juga susah. Kalau sudah terjebak dalam maksiat, ya mau gimana lagi?’ Buanglah jauh-jauh pikiran seperti itu dari diri kita. Sebab dalam hidup pilihan selalu ada. Saat hendak bertindak, sejatinya kita selalu punya pilihan: melakukannya ataukah tidak.
Meskipun pada zaman teknologi ini ketidakbaikan mudah terakses. Ketika dihadapkan pada sesuatu yang tidak halal untuk dilihat di gadget kita misalnya, kita akan punya pilihan untuk melihatnya atau tidak. Sekalipun yang tidak halal itu tidak terbendung pasti selalu ada pilihan untuk mengalihkan pandangan. Sebab dunia ini tidak sepenuhnya diliputi keharaman. Pilihan selalu ada dan pilihan itulah yang kelak dimintai pertanggungjawaban. Sekaligus itu juga merupakan ujian, yang lulus dari ujian tersebut akan berjaya dengan kejayaan yang sesungguhnya. Begitu juga dengan pendengaran, kita punya pilihan di dalamnya dan hendaknya kita memilih untuk mengalihkah pendengaran kita pada hal-hal yang positif.
Berusalah untuk tidak beralasan ketika masih melakukan kesalahan. Dikhawatirkan alasan yang dimunculkan untuk tetap berada dalam pilihan yang salah hanyalah karena mengikuti hawa nafsu belaka. Sebaliknya, daripada beralasan lebih baik menyadari dan menerima diri kita masih salah. Dengan begitu semoga Allah mempermudah jalan kita menuju perubahan. Buya Yahya berpesan,
“Jangan perdengarkan kepada telinga kecuali hal-hal yang diridhai oleh Allah: Al-Qur’an, hadis, petuah guru-guru mulia. Dan jangan mata kita memandang kecuali yang Allah cintai: memandang orang tua dengan penuh hormat dan rindu mengabdi, memandang guru dengan penuh hormat dan rindu untuk mengikuti, pandangan kepada saudara dengan kasih sayang dan cinta. Kepuasanmu akan kau temukan dalam halal jika engkau menjauh dari yang haram. Selagi itu haram jangan diinginkan, jangan dilihat, jauhkan. Maka yang halal akan semakin enak dan indah. Sebaliknya, kalau sudah sering mencicipi yang haram maka yang halal menjadi tidak memuaskan. Dikatakan seribu yang haram tidak akan memuaskan, tetapi satu yang halal sudah cukup.”
Perlu diingat juga bahwa hendaknya dalam mengalihkan pandangan dan pendengaran kita tetap menjaga tatakrama dan tidak merendahkan orang lain.
- Koreksi Diri, Bukan Orang Lain
Mata dan telinga bisa menjadi alat untuk bisa menilai orang lain. Hal yang penting adalah jangan sampai kita menilai rendah seseorang karena itu menandakan kotornya hati. Dan karena itu pula kita perlu menjaga informasi yang masuk melalui mata dan telinga kita agar tidak mudah merendahkan orang lain.
Sesungguhnya objek yang sepatutnya kita nilai terlebih dahulu ialah diri sendiri, bukan orang lain. Fokus menilai diri sendiri lebih menguntungkan daripada fokus menilai orang lain. Menilai diri sendiri menjadikan diri kita tahu kekurangan dan kesalahan kita, kemudian kita terus memperbaiki setiap kekurangan dan kesalahan yang ada hingga akhirnya dari waktu ke waktu kita menjadi pribadi yang semakin baik.
Sedangkan terlalu sering menilai orang lain hanya akan mengaburkan mata hati dari melihat kekurangan diri kita sendiri. Dan bagaimana mungkin seseorang bisa berbenah jika kekurangannya sendiri tidak tampak di matanya. Istilahnya dalam peribahasa, “Semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak tampak”. Buya Yahya berpesan,
“Jaga matamu dari melihat kekurangan orang lain. Jangan mencari-cari aib dan celanya orang lain. (Karena) efeknya adalah merendahkan orang lain. Sibuklah mencari kesalahan dan dosa kita.”
Bahkan ketika tidak sengaja mengetahui aib dan kekurangan orang lain, kita tetap diharuskan untuk tidak memandangnya dengan pandangan merendahkan.
“Jangan sekali-kali melihat orang yang melakukan dosa—seperti orang yang membuka auratnya—dengan pandangan picik dan merendahkan. Hendaknya tetap berprasangka baik kepada meraka: mungkin belum tahu, belum biasa, atau belum mengerti.” Pesan Buya Yahya selanjutnya.
Sebab tidak ada yang bisa menjamin bahwa diri kita lebih baik dari orang lain. Jika hari ini kita berbuat baik, bisa saja esok Allah cabut hidayah untuk berbuat baik hingga akhirnya kita melakukan kehinaan.
Ini bukan tentang amar ma’ruf nahyi munkar (menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran). Amar ma’ruf nahyi munkar itu setelah kemaksiatan terbukti dan cara melakukannya pun harus dengan cara yang seindah mungkin. Bukan dengan mengingatkan orang lain yang menjadikan pelaku maksiat merasa malu atau dipermalukan. Bukan di waktu yang tidak tepat sehingga pelaku maksiat menolak mentah-mentah peringatan kita. Dan bukan dengan cara-cara tidak elok lainnya. Orang yang mengerti akhlak dan adab akan mengingatkan sesuai dengan tahapan-tahapannya dan memiliki strategi tersendiri, dimulai dari hati ke hati, melakukan pendekatan, dan pertimbangan-pertimbangan lainnya.
Demikianlah beberapa cara merawat hati yang dapat kita lakukan. Semoga Allah membersihkan jiwa kita pada zaman teknologi ini sehingga kita tergolong dalam kategori orang beruntung yang disebutkan dalam QS. As-Syams ayat 9: “Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu)”. Amin.
Disadur dari Ceramah Buya Yahya
Penulis: Iim Ainunnaim Muhammad
Penyunting: Idan Sahid
Tulisan website Pustaka Al-Bahjah merupakan platform bacaan yang ditulis oleh masyarakat umum sebagai media literasi. Submit tulisanmu dengan cara klik link ini.
Merawat Hati di Tengah-Tengah Gempuran Teknologi Informasi
Buku ini berisikan terjemahan kosa kata bahasa arab beserta latihan-latihannya yang semoga bisa memudahkan para pelajar atau pecinta bahasa arab untuk mempelajari dasar-dasar bahasa arab sehingga mereka mampu mempraktekkan dalam percakapan sehari-hari. ukuran: 17 cm x 25 cm (B5) Kertas Isi: Bookpaper Hitam Putih Sampul: Soft Cover, Laminasi Dof, Spot UV Emboss Jilid: Lem Panas… selengkapnya
Rp 40.000 Rp 52.000Buku Fiqih Shalat karya Buya Yahya ini berisi pedoman lengkap mengenai hukum fiqih dan tata cara dalam menjalankan ibadah shalat. Sehingga dengan membaca buku ini kita akan mendapatkan pemahaman yang benar mengenai shalat sesuai dengan ajaran Rasulillah Saw. Buya Yahya menghadirkan risalah ini dengan susunan seringkas-ringkasnya. Hal ini dilakukan demi kemudahan para pembaca untuk belajar… selengkapnya
Rp 59.000FIQIH PRAKTIS SHALAT BERJAMAAH KARYA BUYA YAHYA Buku ini membahas tentang pentingnya dan tata cara melaksanakan shalat berjamaah, yaitu shalat yang dilakukan bersama-sama oleh sekelompok Muslim. Dalam buku ini, Buya Yahya mengupas secara mendalam mengenai tatacara shalat berjamaah. Mulai dari persiapan hingga pelaksanaannya. Buya Yahya membahas tentang adab-adab dan tata tertib dalam shalat berjamaah, seperti… selengkapnya
Rp 65.000Ilmu nahwu adalah termasuk bagian dari sekian macam bidang ilmu dalam bahasa arab. Tanpanya sebuah susunan kalam tidak akan difahamai dengan benar sebagaimana yang dikatakan oleh al Imam al Imrithi: والنَّحْوُ أَولَى أَوَّلًا أَنْ يُعْلَمَا * إِذِ الكَلَامُ دُونَهُ لَنْ يُفْهَمَا “ilmu nahwu lebih utama untuk dipelajari terlebih dahulu Karena sebuah kalam bahasa arab tanpanya… selengkapnya
Rp 72.000 Rp 93.600Buku Indahnya Memahami Perbedaan Para Ulama (IMPPU) Karya Buya Yahya menjelaskan perbedaan keyakinan aqidah dan perbedaan pelaksanaan amalan ibadah-ibadah dalam Islam. Buku ini menghadirkan perbedaan tersebut berdasarkan sudut pandang para ulama secara komparatif. Sehingga segala bentuk perbedaan dan perdebatan yang kerap muncul di masyarakat dapat menjadi salah satu nuansa perbedaan yang harmonis, sehingga ekses negatif… selengkapnya
Rp 89.000Maulid Ad Diba’ merupakan salah satu kitab maulid yang dibaca dalam rangka meneladani sîrah Rasulullah saw sekaligus bershalawat kepadanya. Salah satu bentuk penyebaran agama Islam adalah melalui peringatan hari lahir pembawa risalah Islam, Nabi Muhammad saw. Kitab Maulid Ad Diba’i menjadi kita yang dibaca pada peringatan hari lahir Nabi Muhammad Saw. Sebagai ungkapan syukur perayaan… selengkapnya
Rp 25.000Buku Fiqih Jenazah karya Buya Yahya adalah sebuah karya yang membahas secara komprehensif tentang tata cara dan hukum-hukum yang berkaitan dengan jenazah dalam agama Islam. Buku ini memberikan pemahaman mendalam, termasuk tuntutan sebelum seseorang meninggal, hingga pada proses pengurusan jenazah, memandikan jenazah, mengkafani jenazah, pelaksanaan shalat jenazah, penguburan jenazah sampai takziah. Buya Yahya juga menjelaskan… selengkapnya
Rp 58.000Buku Buya Yahya yang berjudul Ramadhaniat secara rinci menjelaskan amalan-amalan yang dapat dilakukan oleh seorang muslim di bulan Ramadan. Buku ini memberikan panduan mudah bagi setiap muslim dalam merencanakan program amalan di bulan Ramadan. Dengan penjelasan yang sederhana dan praktis Buya Yahya mengupas tuntas kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia di bulan Ramadan dan bagaimana… selengkapnya
Rp 115.000Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Kita semua tentu berharap agar kelak di akhir hayat kita meninggal dalam keadaan yang baik (khusnul... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Banjir yang melanda berbagai wilayah di Indonesia akhir-akhir ini menjadi pengingat nyata akan pentingnya menjaga lingkungan (hifzh... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Nabi Muhammad Saw pernah menyebut bahwa wanita adalah sebaik-baiknya perhiasan dunia. Wanita disebut sebagai perhiasan dunia karena... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Mendidik anak menjadi tantangan besar bagi orang tua di zaman sekarang. Tak sedikit orang tua mengalami kesulitan... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – “Buku adalah jendela dunia.” Ungkapan tersebut sering kali menjadi kata motivasi bagi seseorang agar selalu membaca... selengkapnya
Oleh: Herry Munhanif Lelaki itu dengan susah payah menempuh perjalanan yang melelahkan selama berbulan-bulan, demi mendapatkan keikhlasan pemilik dua butir... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Sudah menjadi keharusan untuk kita tidak usah mencari-cari kekurangan dan aib orang lain. Namun sekeras apa pun usaha... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Pernahkan Anda memiliki keinginan untuk menulis tetapi terhambat dengan pengetahuan Anda yang terbatas? Ya, hambatan tersebut salah... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Berawal dari hadits Rasulullah Saw: قال رسول الله عليه وسلم : صنفان من أهل النار لم أرهما... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Ketika mendengar kata ibadah, hal yang pertama kali terlintas dalam pikiran orang awam mungkin adalah suatu amalan... selengkapnya
Saat ini belum tersedia komentar.