Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

CS Pustaka
● online
CS Pustaka
● online
Halo, perkenalkan saya CS Pustaka
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Beranda » Blog » Merawat Hati di Tengah-Tengah Gempuran Teknologi Informasi

Merawat Hati di Tengah-Tengah Gempuran Teknologi Informasi

Diposting pada 11 June 2025 oleh Redaksi / Dilihat: 431 kali / Kategori:

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Hati memiliki dua pintu utama, yaitu mata dan telinga. Segala informasi yang diterima hati melalui mata dan telinga memiliki pengaruh yang besar. Jika yang masuk melalui keduanya positif, hati akan mendapatkan pengaruh positif. Sebaliknya, jika yang masuk adalah hal-hal negatif, hati pun akan mendapatkan pengaruh negatif.

Pada zaman teknologi informasi seperti sekarang, pengaruh negatif sangat mudah diakses oleh mata dan telinga. Karena itu kita perlu menjaga dan merawat hati. Merawat hati bisa dilakukan dengan ikhtiar batin dan ikhtiar lahir.

Ikhtiar Batin

Ikhtiar batin dalam merawat hati setidaknya ada dua: berusaha mendekatkan diri kepada Allah dan memohon perlindungan kepada-Nya.

Cara mendekatkan diri kepada Allah dimulai dari menyadari segala dosa dan kesalahan, lalu bersegera meminta ampunan. Tanamkan rasa takut kepada-Nya. Tanamkan juga harapan yang penuh kepada-Nya. Juga sekuat tenaga selalu berusaha untuk melaksanakan perintah-Nya dan tidak melanggar larangan dari-Nya. Dengan begitu kita sedang melatih hati kita untuk selalu mendekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan nilai ibadah kita semakin meningkat.

Selain itu, hendaknya memohon kepada Allah agar dilindungi dari hati yang kotor. Salah satu doa yang diajarkan Baginda Nabi Salallahu ‘Alaihi Wasallam yaitu

اَللّٰهُمَّ إِنّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ، وَعَذَابِ الْقَبْرِ، اَللّٰهُمَّ آتِ نَفْسِيْ تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اَللّٰهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ؛ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ؛ وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا(رواه مسلم)

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas, dari sifat bakhil dan pikun, dan dari azab kubur. Ya Allah, berilah jiwaku ketakwaannya, sucikanlah ia sesungguhnya Engkau sebaik-baik yang menyucikannya, Engkaulah pelindungnya. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dan dari nafsu yang tidak kenyang serta dari doa yang tidak terkabul.” (HR. Muslim)

Ikhtiar Lahir

Agar seimbang dan cepat sampai tujuan, tentunya ikhtiar batin saja tidak cukup, kita perlu menyempurnakan usaha dengan ikhtiar lahir. Sebagaimana tubuh yang memerlukan latihan agar tetap sehat, hati juga perlu latihan agar bersih. Berikut ini beberapa ikhtiar lahir yang bisa dilakukan.

  1. Uzlah

Buya Yahya pernah menyampaikan nasihat Imam Al-Ghazali bahwa ketika kita berada dalam suatu keadaan yang pengaruh negatifnya sangat kuat sehingga dapat dengan mudah merusak akhlak kita, tidak ada jalan menuju Allah kecuali melalui pintu uzlah.

Uzlah itu menjauhkan diri dari hiruk pikuk kehidupan dunia yang menjadikan kita lupa akan akhirat: segala yang membangkitkan syahwat (yang tidak halal), hubbuddunya (cinta dunia), dan segala sesuatu yang berorientasi pada hawa nafsu. Tujuannya adalah untuk menjernihkan jiwa dan pikiran agar sibuk untuk mendekat kepada Allah.

Jika sebelumnya kita melakukan ikhtiar batin dengan berusaha mendekat kepada Allah, rasanya tidak lengkap jika tidak dibarengi dengan uzlah. Terutama di zaman teknologi ini, hampir segalanya begitu mudah diakses dan sangat menggoda. Karena itu uzlah menjadi sangat penting. Jika kita serius ingin memperbaiki kehidupan harus ada kesungguhan untuk mengorbankan segala hal yang tidak patut dan tidak perlu dalam kehidupan kita.

  1. Mengalihkan Pandangan dan Pendengaran

Mungkin ada yang berpikir, ‘Dunia ini sudah rusak. Maksiat ada di mana-mana dan mudah diakses. Menjaga mata dan telinga juga susah. Kalau sudah terjebak dalam maksiat, ya mau gimana lagi?’ Buanglah jauh-jauh pikiran seperti itu dari diri kita. Sebab dalam hidup pilihan selalu ada. Saat hendak bertindak, sejatinya kita selalu punya pilihan: melakukannya ataukah tidak.

Meskipun pada zaman teknologi ini ketidakbaikan mudah terakses. Ketika dihadapkan pada sesuatu yang tidak halal untuk dilihat di gadget kita misalnya, kita akan punya pilihan untuk melihatnya atau tidak. Sekalipun yang tidak halal itu tidak terbendung pasti selalu ada pilihan untuk mengalihkan pandangan. Sebab dunia ini tidak sepenuhnya diliputi keharaman. Pilihan selalu ada dan pilihan itulah yang kelak dimintai pertanggungjawaban. Sekaligus itu juga merupakan ujian, yang lulus dari ujian tersebut akan berjaya dengan kejayaan yang sesungguhnya. Begitu juga dengan pendengaran, kita punya pilihan di dalamnya dan hendaknya kita memilih untuk mengalihkah pendengaran kita pada hal-hal yang positif.

Berusalah untuk tidak beralasan ketika masih melakukan kesalahan. Dikhawatirkan alasan yang dimunculkan untuk tetap berada dalam pilihan yang salah hanyalah karena mengikuti hawa nafsu belaka. Sebaliknya, daripada beralasan lebih baik menyadari dan menerima diri kita masih salah. Dengan begitu semoga Allah mempermudah jalan kita menuju perubahan. Buya Yahya berpesan,

“Jangan perdengarkan kepada telinga kecuali hal-hal yang diridhai oleh Allah: Al-Qur’an, hadis, petuah guru-guru mulia. Dan jangan mata kita memandang kecuali yang Allah cintai: memandang orang tua dengan penuh hormat dan rindu mengabdi, memandang guru dengan penuh hormat dan rindu untuk mengikuti, pandangan kepada saudara dengan kasih sayang dan cinta.  Kepuasanmu akan kau temukan dalam halal jika engkau menjauh dari yang haram. Selagi itu haram jangan diinginkan, jangan dilihat, jauhkan. Maka yang halal akan semakin enak dan indah. Sebaliknya, kalau sudah sering mencicipi yang haram maka yang halal menjadi tidak memuaskan. Dikatakan seribu yang haram tidak akan memuaskan, tetapi satu yang halal sudah cukup.

Perlu diingat juga bahwa hendaknya dalam mengalihkan pandangan dan pendengaran kita tetap menjaga tatakrama dan tidak merendahkan orang lain.

  1. Koreksi Diri, Bukan Orang Lain

Mata dan telinga bisa menjadi alat untuk bisa menilai orang lain. Hal yang penting adalah jangan sampai kita menilai rendah seseorang karena itu menandakan kotornya hati. Dan karena itu pula kita perlu menjaga informasi yang masuk melalui mata dan telinga kita agar tidak mudah merendahkan orang lain.

Sesungguhnya objek yang sepatutnya kita nilai terlebih dahulu ialah diri sendiri, bukan orang lain. Fokus menilai diri sendiri lebih menguntungkan daripada fokus menilai orang lain. Menilai diri sendiri menjadikan diri kita tahu kekurangan dan kesalahan kita, kemudian kita terus memperbaiki setiap kekurangan dan kesalahan yang ada hingga akhirnya dari waktu ke waktu kita menjadi pribadi yang semakin baik.

Sedangkan terlalu sering menilai orang lain hanya akan mengaburkan mata hati dari melihat kekurangan diri kita sendiri. Dan bagaimana mungkin seseorang bisa berbenah jika kekurangannya sendiri tidak tampak di matanya. Istilahnya dalam peribahasa, “Semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak tampak”. Buya Yahya berpesan,

“Jaga matamu dari melihat kekurangan orang lain. Jangan mencari-cari aib dan celanya orang lain. (Karena) efeknya adalah merendahkan orang lain. Sibuklah mencari kesalahan dan dosa kita.”

Bahkan ketika tidak sengaja mengetahui aib dan kekurangan orang lain, kita tetap diharuskan untuk tidak memandangnya dengan pandangan merendahkan.

“Jangan sekali-kali melihat orang yang melakukan dosa—seperti orang yang membuka auratnya—dengan pandangan picik dan merendahkan. Hendaknya tetap berprasangka baik kepada meraka: mungkin belum tahu, belum biasa, atau belum mengerti.” Pesan Buya Yahya selanjutnya.

Sebab tidak ada yang bisa menjamin bahwa diri kita lebih baik dari orang lain. Jika hari ini kita berbuat baik, bisa saja esok Allah cabut hidayah untuk berbuat baik hingga akhirnya kita melakukan kehinaan.

Ini bukan tentang amar ma’ruf nahyi munkar (menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran). Amar ma’ruf nahyi munkar itu setelah kemaksiatan terbukti dan cara melakukannya pun harus dengan cara yang seindah mungkin. Bukan dengan mengingatkan orang lain yang menjadikan pelaku maksiat merasa malu atau dipermalukan. Bukan di waktu yang tidak tepat sehingga pelaku maksiat menolak mentah-mentah peringatan kita. Dan bukan dengan cara-cara tidak elok lainnya. Orang yang mengerti akhlak dan adab akan mengingatkan sesuai dengan tahapan-tahapannya dan memiliki strategi tersendiri, dimulai dari hati ke hati, melakukan pendekatan, dan pertimbangan-pertimbangan lainnya.

Demikianlah beberapa cara merawat hati yang dapat kita lakukan. Semoga Allah membersihkan jiwa kita pada zaman teknologi ini sehingga kita tergolong dalam kategori orang beruntung yang disebutkan dalam QS. As-Syams ayat 9: “Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu). Amin.

 

Disadur dari Ceramah Buya Yahya

Penulis: Iim Ainunnaim Muhammad

Penyunting: Idan Sahid

Tulisan website Pustaka Al-Bahjah merupakan platform bacaan yang ditulis oleh masyarakat umum sebagai media literasi. Submit tulisanmu dengan cara klik link ini.

 

 

Bagikan ke

Merawat Hati di Tengah-Tengah Gempuran Teknologi Informasi

Saat ini belum tersedia komentar.

Mohon maaf, form komentar dinonaktifkan pada halaman/artikel ini.
Puisi-Puisi Husni Mubarok: Liris Mengiris (2)
29 December 2024

  Makkah   Di kejauhan jelajah terbentang luas, Di hati nurani, cinta tak terbatas. Perjalanan ke Makkah, tiada terlukiskan, Dalam... selengkapnya

Halal Bihalal Santri Formal Al-Bahjah Pusat
19 April 2025

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-15 Syawal 1446 H/Senin 14 April 2025 M – Liburan santri formal Al-Bahjah Pusat telah usai. Para santri... selengkapnya

Urgensi Akhlak dalam Membangun Peradaban Islam: Telaah Nilai-Nilai Nabawi
18 July 2025

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Ketika kita menelusuri sejarah kejayaan Islam, salah satu fondasi utama yang menopang bangunan peradaban itu adalah akhlak. Rasulullah... selengkapnya

Bisakah Najis Berpindah?
26 September 2025

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Kita seringkali mendengarkan dari para ulama, bahwa sebelum melaksanakan shalat hendaknya kita bersuci. Bahkan kita dianjurkan untuk memulai... selengkapnya

Puisi-Puisi Nur Aliyatul Hasanah (4)
24 November 2024

  Sujud Saat tangis tak lagi bersuara Saat tangan tak lagi mampu menyeka air mata Saat lisan tak lagi dapat... selengkapnya

Siapakah Salaf yang Sesungguhnya? Begini Penjelasan Buya Yahya
28 April 2025

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Salaf merupakan istilah yang merujuk pada zaman terdahulu, yakni zaman yang telah mendahului kita. Salaf juga bukan manhaj... selengkapnya

Penjelasan Buya Yahya Tentang Hukum Permainan Capit Boneka
14 October 2022

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Belakangan ini permainan mesin capit boneka marak sekali di masyarakat, banyak diantaranya yang berbondong-bondong memainkan mesin... selengkapnya

Melek Literasi Digital Menuju Santri yang Berdaya Saing
10 May 2024

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Teknologi digital telah mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Pesantren, yang sejak dulu menjadi tempat utama... selengkapnya

Cara Menyikapi Kekurangan dan Kelebihan yang Menghantarkan kepada Kemuliaan
12 June 2025

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Setiap manusia tentunya memiliki kekurangan dan kelebihan. Oleh karena itu manusia membawa amanahnya masing-masing. Jika tidak dijaga, kekurangan... selengkapnya

Pertolongan Pertama untuk Mengatasi Kenakalan pada Anak
4 January 2025

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Ketika anak sakit, orang tua akan pergi menemui dokter, pusat kesehatan, atau orang yang mengerti tentang kesehatan.... selengkapnya

Merawat Hati di Tengah-Tengah Gempuran Teknologi Informasi

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: