
● online
Menjaga Pandangan dan Pendengaran: Dua Pintu yang Bisa Merusak Hati
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Pada zaman sekarang, setiap orang dapat mengakses apa pun dengan bebas melalui peranti teknologi. Tidak sedikit pula melalui teknologi tersebut kemaksiatan menjadi mudah dijangkau oleh hamba-hamba yang tidak takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Medsos (media sosial) dan internet bisa menjadi sarana maksiat mata dan telinga. Sisi negatif ini dapat menyerang siapa pun tanpa pandang bulu, karena keduanya seakan telah menjadi kebutuhan dasar manusia. Menyebabkan manusia tidak sadar akan bahayanya hingga akhirnya terjerumus dalam kehinaan.
Kemajuan teknologi ini menjadikan urusan manusia semakin mudah, sehingga seharusnya menjadikan manusia semakin mudah mendekat juga kepada Allah. Sebab, banyak sarana yang dijadikan untuk ibadah melalui teknologi ini. Oleh karena itu, teknologi ini bagaikan dua mata pisau yang tajam. Jika digunakan untuk kebaikan akan mendatangkan kemaslahatan. Sebaliknya, jika digunakan untuk keburukan akan mendatangkan bahaya berkepanjangan.
Sementara itu, godaan tak hanya datang dari internet, tapi juga dari kehidupan manusia itu sendiri. Manusia sebagai makhluk sosial bisa menjadi ujian bagi manusia lainnya, terutama saat ia tidak pandai menjaga hati. Misalnya, ketika seseorang di dekat kita diberi kelebihan, itu merupakan bagian dari ujian; apakah menjadikan kita dengki atau tidak. Dan ketika ia diberi kekurangan; apakah menjadikan kita merendahkannya atau tidak. Bahkah terhadap diri sendiri juga adalah ujian; apakah kita bijak dalam menyikapi kelebihan dan kekurangan diri sendiri atau tidak.
Jika kita tidak pandai menjaga hati, semua itu berpotensi untuk mengotori dan merusak hati. Bahaya ini selalu mengintai di mana saja kita berada. Baik saat sendiri atau ketika bersama dengan orang lain. Untuk mengantisipasinya, setidaknya kita perlu menjaga hati melalui pintu-pintunya, yaitu mata dan telinga.
Dua Pintu Hati
Hati memiliki dua pintu utama, yaitu mata dan telinga. Mata dan telinga merupakan saluran utama untuk informasi masuk ke dalam hati. Dibandingkan dengan indra lain, mata dan telinga lebih mudah tersambung ke hati. Mata memandang dan telinga mendengar lalu diterima hati begitu saja Istilah mengatakan, “Dari mata turun ke hati.”. Tak jarang hati langsung bisa menanggapi dan menyimpulkan. Hal-hal baik yang masuk melalui keduanya akan berdampak positif. Sebaliknya, hal-hal buruk yang masuk melalui keduanya akan merusak hati.
Kalau hati sudah rusak, ketenangan hidup akan sangat sulit dicapai. Ini karena hati bagaikan raja dari tubuh kita, jika kecenderungan hati buruk gara-gara yang dikonsumsi selalu negatif maka segalanya akan mengarah pada ketidakbaikan. Dan ini sangat mengganggu keseimbangan hidup.
Buya Yahya pernah mengutip nasihat Imam Al-Haddad,
“Jaga hatimu dengan menjaga pintu-pintunya yaitu pandangan dan pendengaran.”
Oleh karena itu, sangat penting sekali menjaga dua pintu hati ini. Jangan sampai kita mengotori hati kita sendiri gara-gara membiarkan mata dan telinga kita liar.
Pentingnya Menjaga Pandangan dan Pendengaran
Buya Yahya menjelaskan,
“Pintu untuk menuju hati adalah pandangan dan pendengaran, kalau seseorang tidak menjaga pandangan dan pendengarannya maka yang rusak adalah hatinya.”
Kita paham dari penjelasan tersebut satu hal; penting sekali untuk menjaga hati agar selalu bersih. Dan hampir mustahil hati bersih jika seseorang tidak menjaga pandangan dan pendengarannya. Sebab orang yang tidak menjaga pandangan dan pendengarannya mudah terjangkit kekotoran hati. Seperti dengki, riya, sombong, dan sebagainya. Apa lagi jika dasar hatinya sudah kotor, segala yang masuk melalui mata dan telinga yang tidak difilter akan semakin mengotori hatinya.
Banyak kekacauan yang terjadi disebabkan kotornya hati. Persaingan yang tidak sehat, perendahan terhadap martabat orang lain, cinta dunia, perundungan, pengkhianatan, kemunafikan, dan masih banyak lagi. Belum lagi kerusakan yang menimpa diri orang yang hatinya kotor; tidak percaya diri, overthinking, putus asa, dan kerusakan mental lainnya. Semua ini bersumber dari kotornya hati, dan hati yang kotor lebih banyak dipengaruhi oleh apa yang masuk melalui jalur eksternal, yaitu mata dan telinga.
Selain itu Buya Yahya mengingatkan, jangan sampai setelah kita melakukan kebaikan, kita juga melakukan kesalahan yang mungkin kebaikan itu tidak cukup untuk mengganti kesalahan yang kita perbuat.
Bisa saja karena tidak menjaga pandangan dan pendengaran, kebaikan yang kita lakukan tidak cukup untuk membayar kesalahan yang disebabkan pandangan dan pendengaran yang tidak terjaga. Seperti tidak menjaga mata dari melihat yang tidak diperkenankan dan menggunjing ketika sedang berpuasa. Tanpa disadari, itulah yang akan menghabiskan pahala puasa. Atau seperti bersedekah tapi menyakiti perasaan orang yang diberi. Kebaikan sedekahnya menjadi sia-sia saja.
Jika Hati Sudah Kotor
Hati yang sudah kotor akan merusak ketenangan hidup. Sekali lagi, hati ibarat raja di dalam diri. Ialah yang akan memerintahkan mata untuk melihat, memerintahkan telinga untuk mendengar, memerintahkan tangan untuk bertindak, dan memerintahkah kaki untuk melangkah. Jika hati kenal Allah maka perintah-perintahnya akan menuju kepada Allah. Sebaliknya, jika hati tidak kenal Allah maka perintah-perintahnya akan menjauhkan dirinya dari Allah. Kalau sudah jauh dari Allah mustahil ketenangan hidup akan dicapai.
Jauh dari Allah menyebabkan seseorang jauh dari ketenangan sejati, baik ketika bersama orang lain maupun ketika sendiri. Itulah bahaya yang ditimbulkan dari hati yang tidak bersih.
Bahayanya lagi, Buya Yahya menjelaskan bahwa kalau hati sudah kotor bisa mendatangkan kejahatan-kejahatan meski dalam kesendirian. Pada zaman ini, saking mudahnya kemaksiatan bisa dilakukan oleh seseorang yang mengunci diri sendirian di dalam kamar dengan hanya bermodalkan layar gadget.
Buya Yahya pernah mengutip perkataan Imam Al-Ghazali,
“Membersihkan hati adalah fardu ain di atas fardu ain. Shalat yang hebat tapi tidak khusyuk dan ikhlas tidak akan diterima Allah. Berderma miliaran tapi tidak ikhlas tidak akan diterima Allah. Demikian juga puasa. Maka kuncinya adalah hati yang sehat (bersih).”
Oleh karena itu, jagalah hati kita dengan melakukan ikhtiar batin dan ikhtiar lahir. Ikhtiar batin dengan mendekatkan diri kepada Allah dan meminta perlindungan dari-Nya. Ikhtiar lahir dengan senantiasa melakukan uzlah, mengalihkan pandangan dan pendengaran, sibuk mengoreksi diri, dan melihat orang lain dengan pandangan rahmat.
Semoga Allah membersihkan jiwa kita sehingga kita tergolong dalam kategori orang beruntung yang disebutkan dalam QS. As-Syams ayat 9: “Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu)”. Amin.
Referensi: Youtube Al-Bahjah TV
Penulis: Iim Ainunnaim Muhammad
Penyunting: Idan Sahid
Tulisan website Pustaka Al-Bahjah merupakan platform bacaan yang ditulis oleh masyarakat umum sebagai media literasi. Submit tulisanmu dengan cara klik link ini.
Menjaga Pandangan dan Pendengaran: Dua Pintu yang Bisa Merusak Hati
Buku ini berisikan terjemahan kosa kata bahasa arab beserta latihan-latihannya yang semoga bisa memudahkan para pelajar atau pecinta bahasa arab untuk mempelajari dasar-dasar bahasa arab sehingga mereka mampu mempraktekkan dalam percakapan sehari-hari. ukuran: 17 cm x 25 cm (B5) Kertas Isi: Bookpaper Hitam Putih Sampul: Soft Cover, Laminasi Dof, Spot UV Emboss Jilid: Lem Panas… selengkapnya
Rp 40.000 Rp 52.000Buku Fiqih Shalat karya Buya Yahya ini berisi pedoman lengkap mengenai hukum fiqih dan tata cara dalam menjalankan ibadah shalat. Sehingga dengan membaca buku ini kita akan mendapatkan pemahaman yang benar mengenai shalat sesuai dengan ajaran Rasulillah Saw. Buya Yahya menghadirkan risalah ini dengan susunan seringkas-ringkasnya. Hal ini dilakukan demi kemudahan para pembaca untuk belajar… selengkapnya
Rp 59.000Buku Buya Yahya yang berjudul Ramadhaniat secara rinci menjelaskan amalan-amalan yang dapat dilakukan oleh seorang muslim di bulan Ramadan. Buku ini memberikan panduan mudah bagi setiap muslim dalam merencanakan program amalan di bulan Ramadan. Dengan penjelasan yang sederhana dan praktis Buya Yahya mengupas tuntas kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia di bulan Ramadan dan bagaimana… selengkapnya
Rp 115.000Buku “Sam’iyyat” karya Buya Yahya penting untuk kita memiliki sebagai buku pegangan dalam memiliki keyakinan yang benar. Dengan keyakinan yang benar maka kualitas keimanan seseorang akan semakin kuat. Mengimani sesuatu yang ghaib berdasarkan yang kita dengar tanpa melibatkan akal di dalamnya memerlukan upaya yang pelik. Namun dengan bahasa yang lugas, sederhana, dan dilengkapi dengan cara… selengkapnya
Rp 59.000 Rp 69.000Penerbit: Pustaka Al-Bahjah Penulis: Buya Yahya Tebal buku: xiii+124 Dakwah mempunyai makna mengajak diri dan orang lain kepada kebaikan, menjauhkan diri dan orang lain dari kemungkaran serta melestarikan semesta lalu menjaganya dari kerusakan. Semua dari kita yang merasa umat Rasulullah Saw harus bisa mengambil bagian dari tugas dakwah ini. Siapa pun kita, yang kaya, miskin,… selengkapnya
*Harga Hubungi CSBuku Pengantar Bahasa Arab Para ahli bahasa menyebutkan bahwa maharoh/kemampuan berbahasa ada empat, yaitu (istima’, kalam, qiroah, dan kitabah). Keempatnya harus dipelajari secara berurutan. Maharoh kalam adalah kemampuan berbicara (speaking) untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Buku ini adalah pengantar bagi yang ingin belajar maharom kalam dari tingkat dasar…. selengkapnya
Rp 29.000 Rp 38.000Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Setiap rumah tangga pasti pernah mengalami permasalahan, sebab manusia adalah mahluk yang memiliki hawa nafsu sehingga... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Indonesia akan menghadapi pemilihan umum (pemilu) pada tahun 2024 mendatang. Pemilu sendiri merupakan sarana bagi rakyat... selengkapnya
Pelaksanaan hari raya Idulfitri di Indonesia identik dengan halal bihalal bersama keluarga besar, tetangga dan orang-orang yang dihormati di lingkungan... selengkapnya
PELUANG BERKHIDMAH DALAM DAKWAH BERSAMA PUSTAKA AL-BAHJAH Assalamu’alaikum Bagi kalian yang memiliki kemampuan dalam bidang Public Relations atau Editor Bahasa... selengkapnya
Hanya Engkau Sandaranku Hati terkoyak sunyi tanpa suara, Menadah luka dalam pelukan doa, Diamku adalah lautan sabar yang dalam,... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Niat jangan dientengkan apa lagi disepelekan. Sebab, niat memiliki kedudukan yang sangat penting dalam melakukan apa pun,... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Saat kita memiliki pemimpin atau atasan, Buya Yahya mengingatkan agar kita tidak lupa untuk mendoakan mereka. Jangan... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Dalam upaya menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dan melanjutkan sinergitasnya, Pondok Pesantren Al-Bahjah Pusat mengukuhkan pengasuh baru. Acara... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Prof. Dr. Al-Habib Abdullah bin Muhammad Baharun, guru Buya Yahya, berkesempatan memberikan pesan-pesan mulia penuh hikmah... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Sesungguhnya setiap bergulirnya waktu adalah saat yang tepat untuk bersanding dengan Rasulullah Saw. Setiap orang hendaknya... selengkapnya
Saat ini belum tersedia komentar.