
● online
Revitalisasi Ajaran Sosial-Religius Sunan Gunung Djati: Pilar Harmoni dalam Kehidupan Bermasyarakat
sumber gambar: Suara Cirebon
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Sunan Gunung Djati, atau yang dikenal dengan nama Syarif Hidayatullah, merupakan salah satu tokoh sentral dalam penyebaran Islam di tanah Jawa, khususnya di wilayah Cirebon. Selain perannya sebagai penyebar agama, warisan terbesarnya terletak pada implementasi ajaran sosial-religius yang membawa perubahan sosial di masyarakat setempat. Melalui perpaduan antara ajaran agama dan nilai-nilai lokal, Sunan Gunung Djati berhasil membangun masyarakat yang saling menghormati dan mendukung secara sosial-ekonomi. Hingga saat ini ajaran sosial-religiusnya masih sangat relevan, terutama dalam menghadapi masalah ketimpangan sosial dan hilangnya rasa kebersamaan di era globalisasi.
Sejumlah studi menyoroti bagaimana Sunan Gunung Djati tidak hanya menyebarkan ajaran Islam secara spiritual, tetapi juga memberikan perhatian besar pada pembangunan sosial dan keadilan. Menurut Abdillah dalam jurnalnya tentang peran Wali Songo di masyarakat Jawa, pendekatan Sunan Gunung Djati bersifat inklusif dan adaptif terhadap kearifan lokal, sehingga ajaran Islam yang disampaikannya mudah diterima dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tulisan ini, kita akan meninjau bagaimana ajaran sosial-religius Sunan Gunung Djati dapat diimplementasikan dalam konteks sosial masa kini untuk memperkuat ikatan sosial dan menumbuhkan rasa keadilan dalam masyarakat.
Nilai Religius sebagai Fondasi Kehidupan Sosial
Salah satu nilai utama yang diajarkan oleh Sunan Gunung Djati adalah pentingnya ukhuwah atau persaudaraan, yang dalam praktiknya diterjemahkan sebagai gotong royong dan saling tolong-menolong antarsesama anggota masyarakat. Nilai ini, yang sangat selaras dengan konsep gotong royong dalam tradisi lokal, menjadi perekat yang kuat bagi masyarakat Cirebon pada masanya. Sunan Gunung Djati meyakini bahwa hubungan antarmanusia yang baik adalah wujud dari hubungan yang baik dengan Tuhan, sehingga dia sering menekankan bahwa keimanan harus tercermin dalam perilaku sosial yang adil dan penuh kasih sayang.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Setyawan (2019) mengenai integrasi nilai-nilai Islam dan kearifan lokal dalam masyarakat Jawa, Sunan Gunung Djati dikenal sebagai pemimpin yang mampu menginternalisasikan ajaran Al-Qur’an mengenai keadilan sosial ke dalam kehidupan sehari-hari. Ajaran ini tercermin dalam cara masyarakat Cirebon membangun komunitas mereka berdasarkan prinsip keadilan dan solidaritas. Setyawan menegaskan bahwa Sunan Gunung Djati kerap mengajarkan masyarakat untuk tidak hanya fokus pada ibadah ritual, tetapi juga berperan aktif dalam menegakkan keadilan sosial melalui distribusi ekonomi yang merata, terutama bagi mereka yang miskin dan termarjinalkan.
Petuah Sosial Sunan Gunung Djati: Membangun Kesejahteraan dan Keharmonisan
Salah satu petuah yang sangat terkenal dari Sunan Gunung Djati adalah,
“Ngajaga tur nguwatake silaturahim lan rasa welas asih marang sakabéh manungsa iku kawajiban utama umat Islam, sabab Allah ndadekake manungsa padha drajate,” yang jika diterjemahkan, “Memelihara dan memperkuat persaudaraan serta kasih sayang kepada seluruh manusia adalah kewajiban utama umat Islam, karena Allah menciptakan manusia dengan derajat yang sama.”
Petuah ini menjadi cerminan ajaran Islam yang berlandaskan keadilan dan kesetaraan, yang diterapkan oleh Sunan Gunung Djati dalam setiap aspek kehidupan sosial.
Melalui pesan ini, Sunan Gunung Djati menekankan pentingnya menjaga hubungan baik antarsesama manusia, tanpa memandang status sosial atau ekonomi. Penelitian oleh Zamzami (2020) menunjukkan bahwa ajaran-ajaran seperti ini menjadi dasar pembangunan masyarakat Cirebon yang egaliter pada masa itu. Tidak ada stratifikasi sosial yang kaku, karena setiap individu dipandang memiliki peran penting dalam membangun kesejahteraan bersama. Pendekatan ini juga mengurangi kesenjangan sosial antara kaum elit dan rakyat biasa, sebuah fenomena yang relevan dengan tantangan modern saat ini.
Aktivitas Sosial Sunan Gunung Djati: Manifestasi dari Ajaran Sosial-Religius
Ajaran Sunan Gunung Djati tidak hanya terbatas pada ranah spiritual dan moral, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan nyata di lapangan. Salah satu bentuk kontribusi sosial yang paling mencolok adalah pembangunan infrastruktur sosial, seperti pesantren yang menjadi pusat pendidikan agama dan sosial. Melalui lembaga pendidikan ini, Sunan Gunung Djati mengajarkan generasi muda tentang pentingnya ilmu pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu kehidupan sehari-hari, seperti pertanian dan perdagangan. Ini mencerminkan pandangan Islam yang komprehensif, di mana agama tidak hanya mengatur aspek ibadah, tetapi juga mengarahkan manusia untuk berkontribusi secara produktif dalam kehidupan masyarakat.
Menurut studi Rahmawati (2021) tentang peran pesantren dalam pembangunan sosial di Jawa, pesantren yang didirikan oleh Sunan Gunung Djati bukan hanya tempat untuk mempelajari agama, tetapi juga menjadi pusat pemberdayaan masyarakat. Santri-santrinya dididik untuk menjadi individu yang mandiri secara ekonomi dan sosial, dengan tetap menjaga nilai-nilai religius yang diajarkan. Dalam hal ini, pesantren Sunan Gunung Djati menjadi model pendidikan holistik yang tidak hanya membentuk kepribadian religius, tetapi juga memperkuat kapasitas sosial dan ekonomi masyarakat.
Selain pendidikan, Sunan Gunung Djati juga aktif dalam menggalang solidaritas sosial melalui kegiatan-kegiatan amal. Beliau sering mengadakan kegiatan sedekah massal dan membentuk lembaga zakat yang secara aktif mendistribusikan bantuan kepada masyarakat miskin. Dengan demikian, ajaran sosial Islam diterapkan dalam bentuk nyata, yaitu melalui redistribusi ekonomi yang adil.
Relevansi Ajaran Sosial-Religius Sunan Gunung Djati di Masa Kini
Melihat kembali ajaran sosial-religius Sunan Gunung Djati, kita dapat memahami pentingnya mengintegrasikan nilai-nilai religius ke dalam kehidupan sosial untuk membangun masyarakat yang adil dan harmonis. Di tengah meningkatnya ketimpangan sosial dan tantangan globalisasi, ajaran Sunan Gunung Djati memberikan solusi dalam bentuk solidaritas sosial, keadilan ekonomi, dan harmoni antarsesama. Implementasi ajaran ini tidak hanya relevan, tetapi juga sangat mendesak untuk memperbaiki tatanan sosial kita yang semakin terkikis oleh kepentingan individu dan elitisme.
Dengan meneladani Sunan Gunung Djati, kita diingatkan kembali bahwa pembangunan masyarakat tidak hanya bertumpu pada kemajuan material, tetapi juga pada hubungan antarmanusia yang berdasarkan kasih sayang, keadilan, dan persaudaraan.
Penulis: Ahmad Rizki Alimudin
Penyunting: Idan Sahid
Tulisan website Pustaka Al-Bahjah merupakan platform bacaan yang ditulis oleh masyarakat umum sebagai media literasi. Submit tulisanmu dengan cara ini.
Tags: Religius, sosial, Sosial religius, Sunan, Sunan Gunung Djati, Syarif Hidayatullah
Revitalisasi Ajaran Sosial-Religius Sunan Gunung Djati: Pilar Harmoni dalam Kehidupan Bermasyarakat
Buku Aqidah 50 karya Buya Yahya secara tuntas membahas pokok-pokok fundamental Aqidah Islam sebagaimana yang dibakukan oleh Ahlusunnah Waljama’ah. Buku ini menjadi penegas mengenai identitas dalam beraqidah yang benar, selain dengan mengikuti ulama Ahlusunnah Waljama’ah juga harus mengikuti cara beraqidahnya Ulama Asy’ariah atau Al-Maturidiyah, mengikuti caranya Ahlu Tasawuf (Sufi atau Sufiyah) dan mengikuti salah satu… selengkapnya
Rp 49.000Ilmu nahwu adalah termasuk bagian dari sekian macam bidang ilmu dalam bahasa arab. Tanpanya sebuah susunan kalam tidak akan difahamai dengan benar sebagaimana yang dikatakan oleh al Imam al Imrithi: والنَّحْوُ أَولَى أَوَّلًا أَنْ يُعْلَمَا * إِذِ الكَلَامُ دُونَهُ لَنْ يُفْهَمَا “ilmu nahwu lebih utama untuk dipelajari terlebih dahulu Karena sebuah kalam bahasa arab tanpanya… selengkapnya
Rp 72.000 Rp 93.600Buku Pengantar Bahasa Arab Para ahli bahasa menyebutkan bahwa maharoh/kemampuan berbahasa ada empat, yaitu (istima’, kalam, qiroah, dan kitabah). Keempatnya harus dipelajari secara berurutan. Maharoh kalam adalah kemampuan berbicara (speaking) untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Buku ini adalah pengantar bagi yang ingin belajar maharom kalam dari tingkat dasar…. selengkapnya
Rp 29.000 Rp 38.000Buku “Silsilah Fiqih Praktis Qurban” karya Buya Yahya merupakan sebuah panduan praktis yang memberikan pemahaman mengenai hukum dan tata cara pelaksanaan ibadah qurban. Dalam buku ini, Buya Yahya menjelaskan berbagai aspek yang terkait dengan qurban, mulai dari pengertian dan tujuan qurban, hukum-hukum yang terkait dengan hewan qurban, serta tata cara penyembelihan, pembagian, dan distribusi daging… selengkapnya
Rp 57.000Buku “Sam’iyyat” karya Buya Yahya penting untuk kita memiliki sebagai buku pegangan dalam memiliki keyakinan yang benar. Dengan keyakinan yang benar maka kualitas keimanan seseorang akan semakin kuat. Mengimani sesuatu yang ghaib berdasarkan yang kita dengar tanpa melibatkan akal di dalamnya memerlukan upaya yang pelik. Namun dengan bahasa yang lugas, sederhana, dan dilengkapi dengan cara… selengkapnya
Rp 59.000 Rp 69.000Buku Fiqih Shalat karya Buya Yahya ini berisi pedoman lengkap mengenai hukum fiqih dan tata cara dalam menjalankan ibadah shalat. Sehingga dengan membaca buku ini kita akan mendapatkan pemahaman yang benar mengenai shalat sesuai dengan ajaran Rasulillah Saw. Buya Yahya menghadirkan risalah ini dengan susunan seringkas-ringkasnya. Hal ini dilakukan demi kemudahan para pembaca untuk belajar… selengkapnya
Rp 59.000Penerbit: Pustaka Al-Bahjah Penulis: Maulid Johansyah, M.Pd. Tebal buku: xi+138 Buku saku Kosa Kata (Almufrodat) Sehari-Hari ini merupakan pelengkap untuk buku Pengantar Belajar Bahasa Arab yang menjelaskan secara singkat tentang qoidah-qoidah dasar. Kosa kata (Almufrodat) disebutkan oleh para pakar bahasa sebagai salah satu unsur dalam belajar bahasa Arab selain qoidah. Tanpanya bagaimana mungkin seseorang dapat… selengkapnya
Rp 23.000 Rp 29.900Buku Fiqih Bepergian karya Buya Yahya menghadirkan masalah umum yang sering dihadapi oleh kaum muslim dalam menjaga kualitas dan waktu shalat saat sedang bepergian. Buya Yahya memberikan penjelasan tentang kondisi-kondisi tertentu yang dapat mempengaruhi pelaksanaan shalat, seperti perbedaan zona waktu, keterbatasan ruang, susahnya mencari tempat wudhu, dan lain sebagainya. Buku ini memberikan solusi-solusi praktis yang… selengkapnya
Rp 23.000 Rp 43.000Buku Fiqih Praktis Haid karya Buya Yahya memuat tiga bahasan utama, yaitu identifikasi dan ketentuan haid, nifas, dan istihadhoh yang dilengkapi dengan ketentuan mengenai cara serta waktu bersuci. Semuanya dipaparkan dalam buku ini dengan lebih praktis dan mudah dipahami. Karena permasalahan ini sangat erat hubungannya dengan bermacam-macam ibadah, seperti shalat, puasa, thawaf, dan lain-lain. Maka… selengkapnya
Rp 149.000Pustaka Al-Bahjah, Cirebon- Patungan kurban adalah gabungan beberapa orang dalam pengumpulan dana untuk membeli hewan kurban. Umumnya fenomena patungan kurban... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Puji syukur kepada Allah Swt yang telah memberikan anugerah kemerdekaan kepada negeri dan bangsa ini sehingga saat... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Hari Raya Iduladha adalah hari kegembiraan bagi umat Baginda Nabi Muhammad Saw dan sebentar lagi... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Kurban merupakan salah satu sunah yang sangat dianjurkan dalam Islam. Berkurban dilakukan dengan menyembelih berbagai hewan... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Saat ini kendaraan yang yang pajaknya mati (tidak aktif) dan bodong cukup banyak kita temui di... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Setiap muslim mesti tergugah untuk bisa melaksanakan qurban di keluarga atau kampungnya masing-masing. Akan tetapi, jika ada... selengkapnya
Sumber gambar: https://minanews.net/jenis-juru-dakwah/ Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Tanda ketulusan hati seorang Muslim adalah ketika merindukan saudara-saudaranya yang belum melakukan kebaikan, agar... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Isra Miraj merupakan sebuah peristiwa agung yang dialami oleh Baginda Nabi Muhammad Saw. Dalam peristiwa ini... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Mandi pada hari Jum’at memiliki kedudukan yang berbeda dengan mandi di hari-hari yang lain, jika dilihat dari... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Berkunjung ke Makkah dan Madinah merupakan impian yang dimiliki banyak orang. Makkah dan Madinah merupakan dua tempat... selengkapnya
Saat ini belum tersedia komentar.