fbpx
Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

CS Pustaka
● online
CS Pustaka
● online
Halo, perkenalkan saya CS Pustaka
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Buka Setiap Hari pukul 08.00 s.d. pukul 16.00 Hari Besar Islam Tutup
Beranda » Blog » Mengenal Ilmu Tasawuf; Membersihkan Hati dan Menjernihkan Jiwa Serta Membangun Akhlak dan Adab

Mengenal Ilmu Tasawuf; Membersihkan Hati dan Menjernihkan Jiwa Serta Membangun Akhlak dan Adab

Diposting pada 17 November 2024 oleh Redaksi / Dilihat: 105 kali / Kategori:

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Saudaraku sekalian, sebagai orang yang beriman kita telah mengenal rukun Islam dan rukun iman yang telah masyhur. Akan tetapi, agar sah disebut sebagai mukmin sejati di sisi Allah Swt, apakah hanya sebatas menjalankan rukun Islam dan rukun iman itu saja? Jawabannya adalah tidak cukup dengan demikian. Seorang mukmin merupakan orang yang senantiasa menampilkan “output”, yaitu tingkah laku dan tutur lisan yang baik sesuai dengan ajaran-ajaran Islami, atau dalam bahasa kita sering disebut dengan Adab.

Mengutip buku karya Buya Yahya yang berjudul Hadits Jibril, “Penjabaran Pilar-Pilar Agama Islam”. Pada halaman 127-129 disebutkan istilah Tasawuf atau Sufiyah. Tasawwuf atau Sufiyah adalah ilmu yang mengajarkan tentang cara membersihkan hati dan menjernihkan jiwa serta membangun akhlak dan adab dengan metode tata disiplin rohani maupun emosi, baik lahir dan batin yang nilainya sesuai dengan Al-Qur’an dan sunah untuk menggapai ridha Allah Swt dengan bimbingan guru.

Ditinjau dari segi bahasa, Tasawwuf berasal dari akar kata ‘shafa’ yang artinya bersih. Kata ‘Tasawwuf’ memang tidak ada dan tidak terkodifikasi di masa Rasulullah Saw. Akan tetapi, Rasulullah melakukan praktik tasawuf dilakukan. Adapun nilai-nilai tasawwuf dapat ditemukan berdasarkan hadis:

اِزْهَدْ فِى الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللهُ وَازْهَدْ فِيْمَا فِى اَيْدِى النَّاسِ يُحِبُّوْكَ

Artinya:

“Berzuhudlah terhadap dunia maka Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada di tangan orang lain, maka mereka akan mencintaimu”. (Hr Ibnu Majah)

Berdasarkan hadis:

اِتَّقِ اللّٰهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَاَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Artinya:

“Bertaqwalah kepada Allah di mana dan kapan saja kalian berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan yang akan menghapusnya dan bergaullah dengan akhlak yang baik”. (Hr Ahmad, Tirmidzi, Darimi, Bazzar, Hakim, dan Baihaqi)

Semua ilmu tasawuf adalah adab, sebab dengan adablah kita memperoleh akhlak yang baik, baik itu dengan adab zahir maupun batin. Sebagaimana diri kita yang terbentuk dari 2 unsur, unsur zahir yaitu jasmani dan unsur rohani yaitu batin, maka dari dua unsur itu ibadah pun juga ada dua. Ibadah jasmani adalah ibadah yang dilakukan dengan gerakan tubuh seperti shalat, zikir, zakat, dan lain-lain. Dan ada juga ibadah rohani atau batin, ibadah batin inilah yang menjadi inti dari praktik tasawuf yang dilakukan oleh Nabi, para sahabat, dan seterusnya tanpa mengingkarinya. Seperti sabar, zuhud, ikhlas, istikamah (keteguhan hati), haya’ (rasa malu), syukur, tawakal, wara’ (wira’i), dan lain-lain, yang semuanya itu adalah tugas hati. Berdasarkan Al-Qur’an:

وَإِنَّ رَبَّكَ لَيَعْلَمُ مَا تُكِنُّ صُدُورُهُمْ وَمَا يُعْلِنُونَ

Artinya:

“Dan sesungguhnya Tuhanmu, benar-benar mengetahui apa yang disembunyikan hati mereka dan apa yang mereka nyatakan.” (Qs An-Naml 74)

Imam Al-Ghazali Imam Ahli Tasawwuf modern berkata dalam kitabnya:

ثُمَّ اِعْلَمْ أَنَّ التَّصَوُّفَ لَهُ خَصْلَتَانِ الْاِسْتِقَامَةُ مَعَ اللهُ تَعَالَى,  وَالسُّكُوْنُ عَنِ الْخَلْقِ فَمَنِ اسْتَقَامَ مَعَ اللهَ وَأَحْسَنَ خُلُقَهَ بِالنَّاسِ وَعَامَلَهُمْ بِالْحِلْمِ فَهُوَ صُوفِيٌّ

Artinya

“Ketahuilah bahwa tasawwuf itu memiliki dua pilar, yaitu pertama, istiqamah bersama Allah (Hablum minallah), dan kedua, harmonis dengan makhluk-Nya (Hablum minannas). Maka siapa saja yang istiqamah bersama Allah, berakhlak baik terhadap manusia, dan bergaul dengan mereka dengan patut, santun, dan bijaksana maka ia adalah seorang sufi (pelaku tasawuf)” (Kitab Risalah Ayyuhal Walad)

Oleh karena itu, tasawuf adalah ajaran yang nilai-nilainya sesuai berdasarkan Al-Qur’an dan hadis, bukanlah bid’ah dan bukan pula kesesatan. Bahkan siapa pun yang menghalangi seorang hamba untuk mendekat pada Tuhannya, dengan mengatakan ‘sesat’ itu sama artinya ia setuju dengan tindakan iblis. Karena sejatinya hanya iblislah yang merasa terganggu ketika seorang hamba dekat dengan Tuhannya. Ajaran tasawuf ini tersirat dalam ‘Hadits Jibril’ yang masyhur disebut dengan ‘Ihsan’. Sebagai berikut:

الْإِحْسَانُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

Artinya:

“Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak dapat melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu”. (Hr Muslim)

Para ulama sering menyebut kata ihsan ini dengan sebutan “Maqam Muraqabah” yaitu maqam seorang hamba yang senantiasa dirinya dekat dan selalu diawasi oleh Allah Swt dalam setiap gerak-geriknya. Adapun ilmu yang menjelaskan tentang maqam ihsan ini disebut dengan ilmu tasawwuf.

Pondasi Ilmu Tasawwuf Ada Dua

  1. Mengikuti Nabi Muhammad Saw

Sehebat apa pun upaya seseorang dalam mendekatkan diri kepada Allah, tidak dianggap jika tidak berdasarkan petunjuk dari Nabi Muhammad. Seorang sufi sejati adalah orang yang tidak melakukan apa pun, kecuali ingin meniru Nabi Muhammad dengan berbuat ihsan. Ini semua memerlukan bimbingan guru dan ilmu agar seseorang tidak tersesat dalam perjalanan spiritualnya menuju Allah Swt. Sedangkan arti ‘sampai kepada Allah’ adalah mengerti tentang Allah Swt dengan mengikuti Nabi Muhammad karena tujuan ibadah manusia hanyalah meraih keridhaan Allah Swt.

  1. Mujahadah

Seorang sufi sejati atau seorang pelaku tasawwuf akan selalu menekuni Mujahadah, yaitu berusaha untuk membersihkan hati dari bermacam-macam penyakit dengan usaha yang tidak pernah berakhir untuk mencapai kemuliaan dan kebersihan hati yang sesungguhnya.

Selain Mujahadah juga ada Riyadhah. Bila dikaji lebih dalam, mujahadah ini lebih kepada menahan diri untuk tidak melakukan hal yang haram, makruh, maupun mubah yang tidak disukai Allah Swt. Sedangkan Riyadhah adalah usaha kita secara aktif untuk beribadah, melakukan hal yang wajib dan sunah. Hingga seandainya seorang sufi sejati dibelah dadanya, maka apa yang ada di hatinya tidak berbeda dengan ‘output’ yaitu perilaku yang ditampakkan secara zahir.

Wallahu A’lam Bishawab

 

Penulis: Ridho Maulana

 

Tulisan website Pustaka Al-Bahjah merupakan platform bacaan yang ditulis oleh masyarakat umum sebagai media literasi. Submit tulisanmu dengan cara ini.

Tags: , ,

Bagikan ke

Mengenal Ilmu Tasawuf; Membersihkan Hati dan Menjernihkan Jiwa Serta Membangun Akhlak dan Adab

Saat ini belum tersedia komentar.

Mohon maaf, form komentar dinonaktifkan pada halaman/artikel ini.

Mengenal Ilmu Tasawuf; Membersihkan Hati dan Menjernihkan Jiwa Serta Membangun Akhlak dan Adab

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: