
● online
Kisah Iduladha: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim a.s.
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Saat Hari Raya Iduladha, kita pasti akan teringat tentang kisah keteladanan dari sebuah keluarga yang hidup dalam keharmonisan dan kebahagiaan karena ketaan mereka dengan perintah Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Keluarga tersebut adalah keluarga Nabi Ibrahim Alaihissalam yang hidup bersama istri tercinta Sayyidah Hajar dan sang putra Sayyiduna Ismail, semoga salam selalu terlimpah kepada mereka.
Belajar Ketaatan dari Ayah dan Anak
Nabi Ibrahim sang kepala keluarga adalah seorang hamba yang patuh menjalankan perintah Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Beliau senantiasa menjalankan dengan baik misi risalah yang diamanahkan kepadanya sebagai utusan Allah. Beliau tak kenal letih menyeru para penyembah berhala untuk menyembah hanya kepada Allah. Walaupun dengan konsekuensinya itu yang menyebabkan beliau dilemparkan ke kobaran api yang sangat besar oleh Raja Namrud yang enggan menerima seruan ajakan beliau. Akan tetapi Allah Subhanallahu wa Ta’ala menyelamatkannya dengan menjadikan api yang berkobar itu menjadi dingin sehingga akhirnya menyelamatkan beliau. Dalam surat Al-Anbiya ayat 69 Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman:
قُلْنَا يٰنَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَّسَلٰمًا عَلٰٓى اِبْرٰهِيْمَ ۙ ٦٩
Artinya:
“Kami (Allah) berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”.
Beliau juga adalah seorang hamba yang sangat sabar menghadapi ujian demi ujian yang datang kepadanya sebagai konsekuensi keimanan kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Semakin tinggi pangkat dan derajat seorang hamba maka dia harus selalu siap menghadapi ujian dari-Nya. Di antara ujian yang beliau terima adalah penantian yang sangat panjang akan lahirnya seorang buah hati. Dalam panjatan doanya beliau selalu memohon kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala:
رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ ١٠٠
Artinya:
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh”. (QS. As-Saffat: 100)
Allah Subhanallahu wa Ta’ala pun mengabulkan doa beliau dengan lahirnya sang buah hati yang kelak akan tumbuh menjadi pemuda hebat dan saleh. Dia adalah Sayyiduna Ismail. Dalam Al-Qur’an Allah Subhanallahu wa Ta’ala sebutkan tentang kisah tersebut:
فَبَشَّرْنٰهُ بِغُلٰمٍ حَلِيْمٍ ١٠١
Artinya:
“Dan kami berikan dia kabar gembira dengan lahirnya seorang anak yang sangat penyabar”. (As-Saffat; 101).
Sayyiduna Ismail tumbuh dalam didikan sang ayahanda Nabi Ibrahim yang selalu mengenalkannya kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala dan mengajarkan pendidikan akhlak yang terpuji sehingga Sayyiduna Ismail tumbuh menjadi remaja yang berbakti kepada orang tua serta patuh dengan segala perintah Allah Subhanallahu wa Ta’ala.
Setelah sang putra memasuki usia remaja, Allah berikan ujian berikutnya kepada Nabi Ibrahim. Melalui mimpi ─dan mimpinya seorang Nabi adalah benar dan merupakan wahyu─ Allah perintahkan beliau untuk menyembelih Sayyiduna Ismail putra semata wayang yang padahal sudah lama dinantikan kehadirannya. Sebuah perintah yang secara dhohir sangat bertentangan dengan nurani seorang ayah, bagaimana mungkin dia harus menyembelih putra tercintanya. Akan tetapi beliau dengan penuh keimanan yakin bahwa perintah dari Allah Subhanallahu wa Ta’ala tidak akan membawa keburukan kepada hamba-Nya. Dengan penuh keyakinan beliau siap akan melaksanakan perintah tersebut walaupun beliau harus kehilangan nyawa putra yang sangat dicintainya. Beliau panggil Sayyiduna Ismail untuk diajak berdialog.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ
Artinya:
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’”
Berkat pendidikan sang ayah yang telah sukses mendidik beliau menjadi pemuda patuh dan taat, dengan kemantapan hati Sayyiduna Ismail menjawab:
قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya:
“Ia menjawab: ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insyaallah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’”
Tatkala kedua hamba saleh tersebut siap melaksanakan perintah Allah Subhanallahu wa Ta’ala, terbukti keyakinan Nabi Ibrahim bahwa sesungguhnya Allah tidak akan pernah membuat celaka hamba yang dicintai-Nya.
فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ 103 وَنَادَيْنٰهُ اَنْ يّٰٓاِبْرٰهِيْمُۙ 104 قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَاۚ اِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ 105 اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰۤؤُا الْمُبِيْنُ 106 وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ 107 وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى الْاٰخِرِيْنَۖ 108
Artinya:
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim”. sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian”.
Figur Bunda Teladan
Tak ketinggalan juga kisah teladan mulia dari sang istri yang hebat dan juga ibunda Sayyiduna Ismail, beliau adalah Sayyidah Hajar, semoga salam sejahtera selalu terlimpahkan untuknya.
Dikisahkan di dalam Al-Qur’an bahwa saat Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah Subhanallahu wa Ta’ala sehingga harus meninggalkan anak dan istrinya di sebuah tempat yang sangat tandus dan gersang.
رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ …
Artinya:
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat”. (QS. Ibrahim: 37)
Sebelum Nabi Ibrahim pergi meninggalkan mereka, Sayyidah Hajar sempat bertanya kepadanya, “Wahai suamiku, apakah yang engkau lakukan ini adalah perintah dari Allah? Nabi Ibrahim pun menjawab: “Iya, ini adalah perintah dari-Nya”. Dengan mantap Sayyidah Hajar mengatakan: “Jika begitu, Allah pasti tidak akan menelantarkan kita”. Sebuah keyakinan kuat dan rasa tawakal serta berpasrah diri kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala yang membuat beliau kuat untuk melewati semua ujian tersebut.
Dapat dibayangkan bagaimana kesulitan yang harus dihadapi oleh Sayyidah Hajar yang hanya tinggal bersama bayinya di sebuah tempat yang tandus dan tidak berpenghuni. Bekal makanan semakin habis dan air susunya pun mulai mengering sehingga bayi mungil Ismail menangis karena kehausan sedangkan di sana tidak ada seorang pun untuk dimintakan pertolongan.
Ketawakalan Sayyidah Hajar adalah dengan tidak banyak berkeluh-kesah dan justru menjadikan beliau berusaha mencari air dengan berlari-lari kecil di antara bukit Shofa dan Marwah dengan jarak yang cukup jauh dan di tengah terik matahari yang menyengat. Hingga terbukti apa yang menjadi prasangka baiknya, Allah Subhanallahu wa Ta’ala menampakkan kebesaran-Nya. Terpancar sebuah mata air segar yang sangat deras dari bawah hentakkan kaki mungil Sayyiduna Ismail. Mata air tersebut pun masih terpancar deras dan diambil oleh jutaan umat Islam sampai hari ini yang kita kenal dengan air zam-zam. Kisah berlari-larinya Sayyidah Hajar pun diabadikan menjadi salah satu rukun ibadah haji dan umroh yaitu ibadah sa’i.
Pelajaran dan Renungan
Pertama, jika sebuah keluarga dihiasi dengan rasa iman dan takwa serta berpasrah diri menyerahkan semua urusan kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala maka segala ujian seberat apa pun akan terasa ringan. Setiap dari hamba yang beriman pun pasti akan mendapatkan ujian sebagai bukti kesungguhannya dalam beriman kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala.
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ. وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
Artinya:
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”.
Ujian yang Allah Subhanallahu wa Ta’ala berikan adalah untuk mengangkat derajat seorang hamba atau untuk menghapuskan dosa-dosanya atau untuk tabungan pahala untuknya kelak di hari kiamat. Akan tetapi, jika iman dan takwa tidak pernah hadir di sebuah keluarga maka masalah kecil pun akan menjadi besar, menjadi percekcokan dan pertengkaran bahkan menjadi sebab perceraian dan broken home.
Kedua, pentingnya peran orang tua dalam pendidikan untuk menghantarkan anak menjadi anak yang berbakti. Nabi Ibrahim tidak hanya berdoa memohon kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala saja tetapi dibarengi dengan usaha untuk mendidik Sayyiduna Ismail sehingga tumbuh menjadi pemuda yang hebat.
Semoga kisah teladan tersebut menjadi inspirasi bagi kita dan para orang tua agar sukses dalam membina keluarga yang harmonis yang penuh dengan keindahan dengan anak-anak yang saleh-salehah dan berbakti kepada orang tuanya.
Oleh: Ust. Maulid Johansyah, M.Pd.
Tags: ibrahim, idul adha, Iduladha, ismail, Kisahteladan, Kurban, nabi
Kisah Iduladha: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim a.s.
Buku Indahnya Memahami Perbedaan Para Ulama (IMPPU) Karya Buya Yahya menjelaskan perbedaan keyakinan aqidah dan perbedaan pelaksanaan amalan ibadah-ibadah dalam Islam. Buku ini menghadirkan perbedaan tersebut berdasarkan sudut pandang para ulama secara komparatif. Sehingga segala bentuk perbedaan dan perdebatan yang kerap muncul di masyarakat dapat menjadi salah satu nuansa perbedaan yang harmonis, sehingga ekses negatif… selengkapnya
Rp 89.000Buku Fiqih Bepergian karya Buya Yahya menghadirkan masalah umum yang sering dihadapi oleh kaum muslim dalam menjaga kualitas dan waktu shalat saat sedang bepergian. Buya Yahya memberikan penjelasan tentang kondisi-kondisi tertentu yang dapat mempengaruhi pelaksanaan shalat, seperti perbedaan zona waktu, keterbatasan ruang, susahnya mencari tempat wudhu, dan lain sebagainya. Buku ini memberikan solusi-solusi praktis yang… selengkapnya
Rp 23.000 Rp 43.000Buku “Hadist Jibril” karya Buya Yahya ini berisi penjabaran ringkas dari satu hadist Nabi Muhammad Saw yang masyhur dengan sebutan Hadist Jibril. Karena dalam hadist tersebut terjadi dialog antara Baginda Nabi Muhammad dengan Malaikat Jibril. Dalam dialog khusus tersebut Nabi Muhammad Saw telah mengajarkan kepada kita tentang tiga pilar agama yang jika ada salah satu… selengkapnya
Rp 56.000Buku Fiqih Shalat karya Buya Yahya ini berisi pedoman lengkap mengenai hukum fiqih dan tata cara dalam menjalankan ibadah shalat. Sehingga dengan membaca buku ini kita akan mendapatkan pemahaman yang benar mengenai shalat sesuai dengan ajaran Rasulillah Saw. Buya Yahya menghadirkan risalah ini dengan susunan seringkas-ringkasnya. Hal ini dilakukan demi kemudahan para pembaca untuk belajar… selengkapnya
Rp 59.000FIQIH PRAKTIS SHALAT BERJAMAAH KARYA BUYA YAHYA Buku ini membahas tentang pentingnya dan tata cara melaksanakan shalat berjamaah, yaitu shalat yang dilakukan bersama-sama oleh sekelompok Muslim. Dalam buku ini, Buya Yahya mengupas secara mendalam mengenai tatacara shalat berjamaah. Mulai dari persiapan hingga pelaksanaannya. Buya Yahya membahas tentang adab-adab dan tata tertib dalam shalat berjamaah, seperti… selengkapnya
Rp 65.000Buku Aqidah 50 karya Buya Yahya secara tuntas membahas pokok-pokok fundamental Aqidah Islam sebagaimana yang dibakukan oleh Ahlusunnah Waljama’ah. Buku ini menjadi penegas mengenai identitas dalam beraqidah yang benar, selain dengan mengikuti ulama Ahlusunnah Waljama’ah juga harus mengikuti cara beraqidahnya Ulama Asy’ariah atau Al-Maturidiyah, mengikuti caranya Ahlu Tasawuf (Sufi atau Sufiyah) dan mengikuti salah satu… selengkapnya
Rp 49.000Buku “Dzikir Harian” yang ditulis oleh Buya Yahya adalah dzikir-dzikir yang dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dzikir-dzikir yang dihadirkan merupakan dzikir yang dianjurkan dan diamalkan oleh Nabi Muhammad Saw serta para sahabatnya. Dimulai dari tasbih, tahmid, takbir, beserta doa-doanya. Dzikir sebagai upaya senantiasa mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah Swt, dzikir harus diamalkan secara konsisten… selengkapnya
Rp 25.000 Rp 27.000Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Orang yang sudah mengikrarkan dirinya beriman secara otomatis akan mudah untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Ia juga akan secara... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Bulan Sya’ban adalah bulan kedelapan dalam kalender Hijriyah dan pintu gerbang memasuki bulan suci Ramadan. Bulan Sya’ban merupakan... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Bencana banjir yang melanda kota dan Kabupaten Cirebon pada 17 Januari 2025 kembali menyoroti krisis tata kelola... selengkapnya
Sebentar lagi umat islam di Indonesia melaksanakan ibadah Qurban. Tapi sayang masih banyak hewan qurban yg di potong tidak sesuai... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Menjelang lebaran, aktivitas penukaran uang lama dengan uang baru menjadi fenomena umum di masyarakat. Banyak orang yang... selengkapnya
Asmaraloka Malam ini aku tuangkan puisi rinduku dalam sepucuk surat Kutitipkan ia kepada angin malam agar senantiasa mengecup... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Mendekati akhir bulan Desember, banyak orang yang sibuk mempersiapkan perayaan Tahun Baru Masehi. Banyak diantaranya ada... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Sudah menjadi rahasia umum bahwa Allah Swt. menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman utama bagi umat manusia dalam menjalani... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Saat Hari Raya Iduladha, kita pasti akan teringat tentang kisah keteladanan dari sebuah keluarga yang hidup dalam... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Sebelumnya, kita telah membahas kisah Nabi Zakariya dan bagaimana rumus agar doa terkabul, jika Anda belum... selengkapnya
Saat ini belum tersedia komentar.