fbpx
Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

CS Pustaka
● online
CS Pustaka
● online
Halo, perkenalkan saya CS Pustaka
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Buka Setiap Hari pukul 08.00 s.d. pukul 16.00 Hari Besar Islam Tutup
Beranda » Blog » Hikmah di Balik Pemilihan Jazirah Arab sebagai Tempat Turunnya Dakwah Islam

Hikmah di Balik Pemilihan Jazirah Arab sebagai Tempat Turunnya Dakwah Islam

Diposting pada 11 Mei 2024 oleh Redaksi / Dilihat: 255 kali / Kategori:

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Akal sehat yang dianugerahkan Allah Swt kepada manusia merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk menuntun manusia kepada pemahaman yang benar mengenai hakikat ketuhanan dan penghambaan. Akal juga yang membedakan manusia dengan ciptaan lain, sehingga manusia dikenakan taklif beban huhum syariat. Oleh karenanya, secara eksplisit Al-Qur’an menyeru manusia untuk bisa berpikir dengan baik, sehingga bisa menarik kesimpulan dan hikmah di balik setiap peristiwa yang terjadi. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Q. S. Al-Baqarah ayat 269: “Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat”.

Berkaitan dengan pemilihan Jazirah Arab sebagai tempat turunnya dakwah Islam, tentu terdapat hikmah dan pelajaran yang bisa diperoleh jika diamati lebih saksama. Agar bisa mengungkap hikmah tersebut, kiranya perlu menghadirkan perbandingan antara Jazirah Arab dengan wilayah lain yang ada sebelum datangnya Islam. Syekh Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi dalam Fiqhu As-Sirah menyebutkan:

كان يتصدر العالم إذ ذاك دولتان اثنتان تتقاسمان العالم المتمدن هما فارس والروم ويأتي من ورائهما اليونان والهند

Artinya:

Ketika itu (sebelum datangnya Islam), dunia dipengaruhi oleh dua negeri adidaya, yaitu Persia dan Romawi yang diikuti dengan Yunani dan Hindustan.

Di Persia, ketika itu dipenuhi dengan ajaran-ajaran sesat dan filosofi-filosofi kehidupan yang menyimpang. Di sana ketika itu ada satu kelompok yang disebut Zoroaster, salah satu ajarannya adalah seorang anak diperbolehkan menikahi ibunya dan seorang laki-laki menikahi saudara perempuannya. Selain itu, ada juga kelompok Mazdakiyah sebagaimana yang disebutkan oleh As-Syahrostani dalam Al-Milal Wa An-Nihal, bahwa kelompok ini mempunyai pemahaman mengenai sebab terjadinya perseteruan, permusuhan, dan peperangan adalah dikarenakan kaum wanita dan harta benda. Oleh karena itu, mereka menghalalkan wanita dan harta benda serta menganggap masing-masing dari mereka sama-sama berserikat dan mempunyai hak akan kedua hal tersebut dari saudaranya yang lain.

Adapun di Romawi, sebagaimana yang dipaparkan oleh Ramadhan Al-Buthi, ketika itu diselimuti dengan semangat kolonialisme yang sangat kuat. Berbeda dengan peradaban di Yunani yang dipenuhi dengan takhayul-takhayul. Adapun peradaban Hindustan, mengalami kemunduran baik dari sisi moral, sosial, dan keagamaan, terhitung sejak abad ke-6 Masehi.

Berbeda dengan peradaban di negeri yang telah disebutkan, Jazirah Arab di masa itu jauh dari hiruk-pikuk dunia politik dan kekacauan peradaban. Mereka tidak memiliki kemewahan dan peradaban ala Persia yang memungkinkan mereka melakukan kebejatan dan menyebarkan ajaran yang membolehkan mereka melakukan apa pun yang diinginkan. Akibat kemajuan dan kemewahan peradaban, bangsa besar seperti Persia dan Romawi tenggelam dalam budaya hedonis yang merusak akhlak dan mengabaikan agama. Bangsa Arab juga tidak memiliki kekuatan militer seperti Romawi yang mendorong mereka menindas dan memperbudak bangsa lain. Mereka juga tidak seperti Yunani yang terjerumus dalam takhayul dan filsafat yang salah.

Secara geografis, Jazirah Arab berada di titik tengah di antara bangsa-bangsa yang relatif lebih maju dari segi peradaban. Orang yang memperhatikan Jazirah Arab pada zaman sekarang, pasti akan mendapati bahwa kawasan ini terletak tepat di tengah-tengah dua peradaban yang sedang melebarkan sayapnya, yaitu peradaban materialis Barat dan peradaban spiritualis Timur seperti Hindustan, Cina, dan sekitarnya.

Masyarakat di Jazirah Arab adalah kaum yang tidak bisa membaca dan menulis, sehingga tidak mempunyai aturan dan perundang-undangan secara pasti selain ketetapan dari pemuka kaum masing-masing. Dalam hal keyakinan, masyarakat Arab ketika itu banyak yang menyembah berhala. Kendati demikian, mereka tetap meyakini dan mengimani akan ke-Esaan Allah Swt. Karena bagi mereka menyembah berhala adalah bentuk dari mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Mata pencaharian masyarakat Arab ketika itu juga beragam. Masyarakat yang bertempat tinggal di dekat pegunungan atau yang acap kali disebut suku Baduy. Mata pencaharian mereka adalah pengembala hewan ternak. Adapun masyarakat yang bertempat tinggal di Madinah pekerjaannya ialah bercocok tanam. Sedangkat masyarakat Makkah sumber penghasilannya adalah dengan mengandalkan sektor perniagaan.

Berdasarkan pemaparan yang telah disebutkan, kiranya bisa ditarik kesimpulan bahwa hikmah dipilihnya Jazirah Arab sebagai tempat turunnya dakwah Islam adalah sebagai berikut:

  1. Letak geografis Jazirah Arab sangat strategis, yaitu berada di antara dua peradaban materialis Barat dan spiritualis Timur. Hal ini akan lebih mempermudah penyebaran dakwah Islam di masa-masa setelahnya.
  2. Keterbelakangan bangsa Arab dalam sektor pendidikan seakan menunjukkan orisinilitas ajaran Islam. Di mana tidak mungkin ajaran seindah Islam muncul di tengah penduduk yang bahkan tidak bisa membaca dan menulis terkecuali ajaran tersebut memang bersumber dari Tuhan semesta alam.
  3. Adanya perbedaan yang signifikan antara Jazirah Arab dan negeri yang ada di sekitarnya, seperti Persia, Romawi, Yunani, dan Hindustan seakan menjadi sebuah isyarat bahwa ajaran Islam tidak dibangun berlandaskan logika filsafat, takhayul, dan hawa nafsu manusia, karena masyarakat Arab ketika itu sama sekali tidak terpengaruh dengan apa yang ada di negeri-negeri tersebut.
  4. Jauhnya bangsa Arab dari hiruk-pikuk dunia perpolitikan dan kekacauan peradaban Persia dan Romawi merupakan bukti nyata yang dapat dijadikan argumen untuk membantah klaim sebagian orientalis yang menganggap bahwa ajaran Islam bersumber dari perundang-undangan yang ada di Romawi.
  5. Bahasa Arab adalah bahasa yang telah Allah Swt tetapkan sebagai bahasa kaum muslimin, mengingat jika kita menelisik lebih dalam akan ditemukan keutamaan bahasa Arab yang tidak didapati di bahasa-bahasa yang lain.

Demikian, pemaparan yang penulis berusaha hadirkan. Tentu pemaparan di atas tidak bisa mencakup seluruh kebaikan yang ada. Hanya saja penulis berpegang pada sebuah prinsip apa yang tidak bisa dipenuhi semuanya, maka jangan sampai tidak dilaksanakan sama sekali.

Wallahu a’lam bisshawab.

 

Penulis: Gifari Anta Kusuma (Mahasiswa Al-Azhar Cairo Mesir)

 

Tulisan website Pustaka Al-Bahjah merupakan platform bacaan yang ditulis oleh masyarakat umum sebagai media literasi. Submit tulisanmu dengan cara ini.

Tags: , , ,

Bagikan ke

Hikmah di Balik Pemilihan Jazirah Arab sebagai Tempat Turunnya Dakwah Islam

Saat ini belum tersedia komentar.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Hikmah di Balik Pemilihan Jazirah Arab sebagai Tempat Turunnya Dakwah Islam

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: