Gara-Gara Suami Istri Bertengkar di Depan Anak

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Rumah adalah tempat pertama untuk menumbuhkan akhlak, mental, dan kepribadian pada anak. Sebab di rumah anak belajar mencintai, menghargai, berkomunikasi, dan merasakan ketenangan. Ketika rumah dipenuhi dengan kelembutan, cinta, dan saling menghargai, maka anak akan tumbuh dengan hati yang sehat, mental yang kuat dan pikiran jernih. Sebaliknya, ketika rumah dipenuhi percekcokan antara suami istri, maka akan berdampak buruk kepada anak. Anak akan tumbuh dengan mental yang rapuh, prilaku yang keras, dan mudah marah.

Meskipun anak mendapatkan pendidikan yang bagus, baik di sekolah, pesantren atau di berbagai lembaga lainnya. Namun ketika anak pulang ke rumahnya yang penuh dengan keributan, percekcokan kedua orang tuanya, maka semua kebaikan yang didapatkan di sekolah pesantren itu akan rusak. Anak yang tampak cerdas di luar, padahal menyimpan luka batin dan mental yang keropos akibat suasana rumahnya yang kacau.

Allah berfirman:

﴿ وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ ٢١ ﴾ ( الرّوم/30: 21)

“Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum/30:21)

Ayat ini menegaskan bahwa rumah tangga harus menjadi tempat sakinah. Penuh dengan ketenangan, kasih, dan sayang. Ketika suami merendahkan istri di depan anak, maka dua-duanya akan jatuh di mata anak. Anak menjadi kehilangan figur teladan. Orang tua yang memberikan contoh buruk, maka anak pun akan menanamkan perbuatan buruk orang tuanya. Sebaliknya, penghargaan dan kelembutan antara suami dan istri akan membentuk karakter anak yang lembut dan hormat kepada orang tua. Nabi Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِنِسَائِهِمْ

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya, dan yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya.” (HR. Tirmidzi)

Sungguh tidak pantas jika seseorang meledak-ledakkan amarahnya di hadapan pasangan yang dicintainya. Jika amarah di antara salah satu pasangan naik, salah satunya harus lebih sabar. Komunikasi tetap harus dibangun agar rumah tangga tidak retak. Setiap pasangan wajib mengoreksi diri, bukan menyalahkan pasangan. Watak buruk dari seseorang bukan takdir abadi. Hal tersebut masih bisa diubah, asal ada kemauan. Dalam konteks ini, pasangan dapat saling melengkapi dan memahami kekurangan pasangannya agar tetap harmonis.

Rumah tangga yang indah adalah rumah yang penuh cinta, komunikasi, dan kelembutan. Jika menginginkan anak tumbuh dengan akhlak dan mental yang baik, rumah harus dibangun dengan saling menghargai, bukan saling menyakiti. Semoga Allah menjadikan rumah-rumah kita sebagai tempat turunnya ketenangan, cinta, dan kasih sayang.

Penulis: Solahudin Al Ayyubi, S.Sos.

Penyunting: Idan Sahid

Tulisan website Pustaka Al-Bahjah merupakan platform bacaan yang ditulis oleh masyarakat umum sebagai media literasi. Submit tulisanmu dengan cara klik link ini.