● online
Salah Kaprah Berbuka Puasa dengan yang Manis-Manis

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Berbuka puasa bukan hanya prosesi melepas dahaga dan haus, tapi juga merupakan salah satu ibadah yang memiliki tata cara dan tatakrama sekaligus berbuah pahala. Oleh karena itu, sayang sekali jika kita mengabaikan tata caranya hingga kehilangan keutamaannya. Padahal kita berada di bulan paling mulia di mana segala amal kebaikan dibalas berlipat-lipat, yang sunah dibalas dengan ganjaran amalan wajib dan apa lagi yang wajib dibalas berkali-kali ganjaran yang wajib.
Setelah memahami pentingnya tata cara berbuka puasa, sekarang mari kita ulas ungkapan yang cukup populer, yakni, ‘Berbukalah dengan yang manis-manis’. Ungkapan seperti ini mungkin tidak asing di telinga kita. Sebenarnya, pernyataan ini tidaklah salah tapi bisa menjadi salah kaprah jika dipahami apa adanya.
Secara literal, ‘Berbuka dengan yang manis-manis’ artinya menu yang digunakan untuk mengawali berbuka itu berasal dari yang manis. Bisa saja berupa makanan dan minuman yang terbuat dari gula dan bahan yang mengandung gula. Seperti kue yang manis, kolak, es teh manis, es doger, es kelapa, dan olahan-olahan gula lainnya. Bisa juga berupa buah-buahan yang manis, seperti madu dan susu. Mencakup semua yang serba manis. Namun, yang dianjurkan dan diajarkan Nabi Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wassalam tidak seumum itu. Nabi Salallahu ‘Alaihi Wassalam mengajarkan, apa saja yang diprioritaskan masuk ke perut saat mengawali berbuka beserta urutannya. Oleh karena itu, ungkapan, ‘Berbukalah dengan yang manis-manis’ tidak serta merta yang penting manis.
Terlebih lagi, membiasakan memakan makanan olahan gula secara berlebihan juga tidak baik untuk kesehatan tubuh. Sedangkan puasa merupakan momen untuk menyehatkan tubuh. Maka mari kita mulai selektif dalam memilih menu takjil saat berbuka.
Menu Takjil yang Diajarkan Nabi Salallahu ‘Alaihi Wassalam
Pada dasarnya tidak ada larangan berbuka dengan menu takjil apa saja selagi itu halal. Apakah Anda mengawali berbuka dengan semangkuk kolak, segelas es campur, atau dengan secangkir kopi pun boleh-boleh saja. Tetapi mengejar kesempurnaan tidaklah cukup dengan sekadar halal dan boleh. Baginda Nabi Salallahu ‘Alaihi Wassalam mengajarkan apa yang sebaiknya diprioritaskan untuk pertama kali masuk ke dalam perut setelah menahan lapar dan dahaga sekian lamanya.
Sebuah hadis menerangkan anjuran Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wassalam ketika berbuka.
عن النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: إِذَا أَفْطَرَ أَحَدُكُمْ فَلْيُفْطِرْ عَلى تَمْرٍ، فَإِنْ لَمْ يَجدْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى مَاءٍ فَإِنَّه طَهُورٌ (روَاهُ أَبو دَاودَ والترمذي، وقالَ: حديثٌ حَسَنٌ صحيحٌ)
“Diriwayatkan dari Baginda Nabi Salallahu ‘Alaihi Wassalam beliau bersabda, ‘Jika salah satu dari kalian berbuka maka hendaknya berbuka dengan kurma, jika tidak menemukan kurma maka hendaknya berbuka dengan air karena sesungguhnya air adalah suci dan menyucikan.’”
Ada juga hadis lainnya yang menerangkan hal serupa.
كانَ رَسُولُ اللهِ ﷺ يُفْطِرُ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ عَلى رُطَبَاتٍ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَتُمَيراتٌ، فإِنْ لمْ تَكُنْ تُميراتٌ حَسَا حَسَواتٍ مِنْ ماءٍ (رواه أَبو داود والترمذي، وَقالَ: حديثٌ حسنٌ)
“Baginda Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wassalam berbuka sebelum melakukan shalat (Magrib) dengan kurma-kurma segar (ruthab), jika tidak menemukan maka dengan kurma, jika tidak menemukan kurma maka dengan air.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dan beliau berkata bahwa ini hadis hasan)
Dari hadis-hadis di atas kita bisa menyimpulkan, bahwa Baginda Nabi Salallahu ‘Alaihi Wassalam mendahulukan kurma ketika berbuka, baik itu kurma segar (ruthab) atau kurma kering biasa. Jika keduanya tidak ada, maka dengan air putih. Ruthab adalah kurma matang dan basah, sedangkan tamr adalah kurma kering biasa yang sering kita temui.
Dengan demikian urutan prioritas ketika membatalkan puasa sebagai berikut.
- Dengan kurma segar (ruthab), ini yang paling utama dan diutamakan
- Dengan kurma biasa, ini sangat utama setelah tidak ada ruthab.
- Dengan air putih, sangat utama setelah tidak ada kurma.
Ketika Tidak Ada Kurma dan Air Putih
Sekilas, mendahulukan kurma seolah sama dengan mendahulukan berbuka dengan yang manis-manis. Kurma memang manis dan mengandung kalori yang mampu mengisi ulang energi orang yang sudah berpuasa, layaknya gula. Akan tetapi, yang ditekankan adalah nilai kesunahannya.
Ketika tidak ada kurma dan air putih, sebagian ulama tetap mengajarkan urutan yang sebaiknya diprioritaskan agar tidak ketinggalan keutamaan berbuka puasa. Sebagian ulama menambahkan urutan berbuka puasa ketika tidak ada kurma dan air sebagai berikut.
- Kurma segar (ruthab), disebutkan juga bahwa air zamzam setara dengan ruthab untuk berbuka.
- Kurma kering (tamr)
- Kurma muda yang belum matang
- Air putih
- Makanan dan minuman manis yang tidak diolah dengan api
- Makanan dan minuman manis yang diolah dengan api
Makanan dan minuman manis yang tidak dimasak dengan api itu seperti madu, susu, anggur, mangga, dan buah-buahan manis lainnya. Jika tidak ada juga, baru dengan makanan dan minuman manis yang dimasak dengan api.
Tetap Perhatikan Etika Makan dan Minum Saat Berbuka!
Ingat, berbuka puasa tetaplah makan dan minum yang etikanya diajarkan oleh Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wassalam. Sebisa mungkin jangan sampai kita melalaikannya hanya karena terburu-buru ketika berbuka puasa. Kesunahan dan etika saat makan dan minum di antaranya: membaca basmalah, mencuci tangan terlebih dahulu, dengan tangan kanan, sambil duduk, tidak berlebih-lebihan, tidak makan dan minum sambil berdiri, tidak bernapas dalam wadah ketika minum, menutup mulut ketika mengunyah, tidak mengambil makanan yang jauh dari jangkauan, mengambil makanan dari pinggir (bukan dari tengah), dan mengakhiri dengan doa dan hamdalah.
Khusus untuk minum, cara yang dicontohkan Nabi Salallahu ‘Alaihi Wassalam ialah dengan dijeda sebanyak tiga kali. Setelah membaca basmalah, minum air sebanyak dua atau tiga tegukan tanpa mengambil dan mengeluarkan napas, lalu lepaskan gelas dari mulut sebagai jeda. Lakukan ini berulang sampai tiga kali dan akhiri dengan hamdalah.
Jadi, apakah perlu, ‘Berbuka dengan yang manis-manis’? Jawabannya adalah tetap perlu, tapi sesuatu yang manis tersebut diutamakan adalah kurma. Bukan sembarang makanan dan minuman yang manis. Ini semua demi keutamaan berbuka puasa yang diajarkan Baginda Nabi Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wassalam. Semoga kita semua termasuk bagian dari orang yang diberi kabar gembira oleh Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wassalam sebagai orang berpuasa orang berpuasa, yaitu mendapatkan kebahagiaan saat berbuka dan kebahagiaan saat bertemu dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amin.
Referensi: Ceramah Buya Yahya dan sumber lainnya
Penulis: Iim Ainunnaim Muhammad
Penyunting: Idan Sahid
Tulisan website Pustaka Al-Bahjah merupakan platform bacaan yang ditulis oleh masyarakat umum sebagai media literasi. Submit tulisanmu dengan cara klik link ini.
Tags: buka puasa, Puasa, Ramadan
Salah Kaprah Berbuka Puasa dengan yang Manis-Manis
Buku “Sam’iyyat” karya Buya Yahya penting untuk kita memiliki sebagai buku pegangan dalam memiliki keyakinan yang benar. Dengan keyakinan yang benar maka kualitas keimanan seseorang akan semakin kuat. Mengimani sesuatu yang ghaib berdasarkan yang kita dengar tanpa melibatkan akal di dalamnya memerlukan upaya yang pelik. Namun dengan bahasa yang lugas, sederhana, dan dilengkapi dengan cara… selengkapnya
Rp 59.000 Rp 69.000Buku Buya Yahya yang berjudul Ramadhaniat secara rinci menjelaskan amalan-amalan yang dapat dilakukan oleh seorang muslim di bulan Ramadan. Buku ini memberikan panduan mudah bagi setiap muslim dalam merencanakan program amalan di bulan Ramadan. Dengan penjelasan yang sederhana dan praktis Buya Yahya mengupas tuntas kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia di bulan Ramadan dan bagaimana… selengkapnya
Rp 115.000Buku Fiqih Jenazah karya Buya Yahya adalah sebuah karya yang membahas secara komprehensif tentang tata cara dan hukum-hukum yang berkaitan dengan jenazah dalam agama Islam. Buku ini memberikan pemahaman mendalam, termasuk tuntutan sebelum seseorang meninggal, hingga pada proses pengurusan jenazah, memandikan jenazah, mengkafani jenazah, pelaksanaan shalat jenazah, penguburan jenazah sampai takziah. Buya Yahya juga menjelaskan… selengkapnya
Rp 58.000Buku ini berisikan terjemahan kosa kata bahasa arab beserta latihan-latihannya yang semoga bisa memudahkan para pelajar atau pecinta bahasa arab untuk mempelajari dasar-dasar bahasa arab sehingga mereka mampu mempraktekkan dalam percakapan sehari-hari. ukuran: 17 cm x 25 cm (B5) Kertas Isi: Bookpaper Hitam Putih Sampul: Soft Cover, Laminasi Dof, Spot UV Emboss Jilid: Lem Panas… selengkapnya
Rp 40.000 Rp 52.000Buku Aqidah 50 karya Buya Yahya secara tuntas membahas pokok-pokok fundamental Aqidah Islam sebagaimana yang dibakukan oleh Ahlusunnah Waljama’ah. Buku ini menjadi penegas mengenai identitas dalam beraqidah yang benar, selain dengan mengikuti ulama Ahlusunnah Waljama’ah juga harus mengikuti cara beraqidahnya Ulama Asy’ariah atau Al-Maturidiyah, mengikuti caranya Ahlu Tasawuf (Sufi atau Sufiyah) dan mengikuti salah satu… selengkapnya
Rp 49.000Buku Fiqih Praktis Haid karya Buya Yahya memuat tiga bahasan utama, yaitu identifikasi dan ketentuan haid, nifas, dan istihadhoh yang dilengkapi dengan ketentuan mengenai cara serta waktu bersuci. Semuanya dipaparkan dalam buku ini dengan lebih praktis dan mudah dipahami. Karena permasalahan ini sangat erat hubungannya dengan bermacam-macam ibadah, seperti shalat, puasa, thawaf, dan lain-lain. Maka… selengkapnya
Rp 149.000Buku Fiqih Thaharah (Bersuci) karya Buya Yahya ini disusun berdasarkan berbagai kitab-kitab yang terpercaya dengan tetap memperhatikan sumber utamanya, yakni al-Qur’an dan Hadits. Buku ini sangat cocok dibaca bagi setiap pemula yang tahu dan belajar lebih banyak ilmu fiqih khususnya tentang thaharah. Sebab, risalah karya Buya Yahya ini sengaja dihadirkan dengan susunan seringkas-ringkasnya. Buku Fiqih… selengkapnya
Rp 60.000Buku Fiqih Bepergian karya Buya Yahya menghadirkan masalah umum yang sering dihadapi oleh kaum muslim dalam menjaga kualitas dan waktu shalat saat sedang bepergian. Buya Yahya memberikan penjelasan tentang kondisi-kondisi tertentu yang dapat mempengaruhi pelaksanaan shalat, seperti perbedaan zona waktu, keterbatasan ruang, susahnya mencari tempat wudhu, dan lain sebagainya. Buku ini memberikan solusi-solusi praktis yang… selengkapnya
Rp 23.000 Rp 43.000Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Ketika mendengar kata ibadah, hal yang pertama kali terlintas dalam pikiran orang awam mungkin adalah suatu amalan... selengkapnya
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Dengan rahmat dan ridha Allah Swt, mari bergabung dalam silaturahmi istimewa di Al-Bahjah Blitar.... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Sesekali, kita secara tidak sengaja bisa melihat layar handphone orang lain yang tergeletak atau layar smartphone-nya yang... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Mengadakan perayaan dengan suara keras yang dihasilkan dari sepiker berdaya tinggi seakan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Isra Miraj merupakan sebuah peristiwa agung yang dialami oleh Baginda Nabi Muhammad Saw. Dalam peristiwa ini... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Sahabat Pustaka, mandi junub merupakan kewajiban seorang muslim ketika ia memiliki berhadas besar seperti, keluar mani,... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Pada era digitalisasi informasi seperti sekarang ini, secara sadar atau tidak pernah mengalami bullying atau yang lebih kita... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Sering kali muncul pertanyaan mengenai prioritas kepatuhan seorang istri dalam sebuah rumah tangga; apakah harus mendahulukan suami... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Pada tahun-tahun tertentu, kita menemukan hari raya bertepatan dengan hari Jumat. Bersamaan dengan itu, muncul pertanyaan apakah melaksanakan... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Hati memiliki dua pintu utama, yaitu mata dan telinga. Segala informasi yang diterima hati melalui mata dan telinga... selengkapnya

Saat ini belum tersedia komentar.