fbpx
Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

CS Pustaka
● online
CS Pustaka
● online
Halo, perkenalkan saya CS Pustaka
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Buka Setiap Hari pukul 08.00 s.d. pukul 16.00 Hari Besar Islam Tutup
Beranda » Blog » Perhiasan Termahal Seorang Wanita (Cerpen)

Perhiasan Termahal Seorang Wanita (Cerpen)

Diposting pada 28 Juli 2024 oleh Redaksi / Dilihat: 183 kali / Kategori:

Zahra Farhatul Mar’ah, ia gadis cantik di desanya, menjadi kembang desa yang tersohor namanya. Namun, kecantikannya ia tutupi dengan selembar kain, dan lekuk tubuhnya ia jaga dengan gamis abaya. Menurutnya ia tidak perlu mengumbar kecantikannya, malah yang ada hanya rasa takut. Takut menjadi sebesar-besarnya fitnah, karena tidak menjaga ifah.

Zahra hanyut di sepertiga malam yang buta, dengan bait-bait doa ia tenggelam dalam cinta-Nya, berzikir, bertasbih memuja Sang Pencipta, hingga pagi pun tiba. Ia bergegas menuju kampusnya, dengan pakaian yang tertutup lengkap dengan cadarnya. Tidak ber-tabaruj, karena hal itu dilarang agama, ia hanya tampil sederhana, berpakaian sopan dan menutup aurat dengan sempurna.

“Ra, kenapa kamu di cadar di tengah-tengah berkembangnya fashion mahasiswi zaman sekarang?”

“Apa kamu tidak gerah?”

“Lantas kenapa kamu memilih untuk mempertahankan selembar kain itu? Padahal kamu cantik, Ra. Kenapa ditutupi?”

“Apa kamu tidak takut dijauhi laki-laki, Ra? Karena dengan berpakaian seperti itu, maka lelaki akan takut padamu.”

Berbagai pertanyaan tertuju pada Zahra.

“Bolehkah aku menjawab pertanyaanmu lewat cerita hidupku, Aisyah?”

“Oh, tentu saja boleh, Ra.”

***

“Dulu ketika aku duduk di bangku Aliyah, banyak orang yang memujiku, konon mereka menyebutku sebagai kembang desa waktu itu. Terutama dari kalangan para pemuda mereka tak henti-hentinya merayu dan menggoda. Terus menggoda dengan berbagai macam cara, menggombal dengan sejuta manis kata, dan merayu dengan seenak jidatnya.”

“Aku takut, Aisyah. Bukannya aku bangga, malah yang ada aku risi dengan keberadaan mereka yang tak henti-hentinya menggoda. Pagi, siang, sore, bahkan malam hari ada seorang pemuda yang nekat untuk masuk menyelusup rumahku, aku takut Aisyah, bukannya aku senang dipuji, dikagumi, bahkan dikejar jutaan lelaki, aku tidak mau seperti itu, karena itu bukanlah sebuah kemuliaan, aku merasa menjadi wanita murahan yang gampang dipermainkan.”

“Aku ingin terjaga, makanya aku putuskan untuk menutup auratku dengan sempurna, karena dengan berpakaian seperti ini, aku tenang, nyaman, dan terhindar dari berbagai macam godaan.”

“Subhanalah, aku kagum, Ra. Akhirnya aku sekarang mengerti, terima kasih ya, Ra.”

***

Zahra kembali sibuk dengan aktivitas kampusnya, karena ia diangkat sebagai asisten dosen di satu mata kuliah. Selain berparas cantik, ia juga menjadi mahasiswi yang unik, IPK-nya selalu tinggi, tapi tak menjadikan ia sosok yang tinggi hati.

“Sekarang tes lisan, bapak harap semua wajib mengikuti sampai selesai, dan satu lagi buat Zahra saat pengetesan lisan, buka dulu ya cadarnya.”

Zahra pun menggeleng.

“Kenapa?”

Zahra lagi-lagi hanya menggeleng.

“Tidak mau dapat nilai?”

Zahra terdiam.

“Buka cadarnya, Zahra!”

“Maaf, tidak bisa, Pak,” ujar Zahra seraya kepalanya menunduk.

“Kenapa?”

Zahra terdiam.

“Kenapa Zahra?!”

“Kalau sebatas nilai dunia, untuk apa saya melepas kain yang diniatkan karena Sang Pencipta, bukan manusia. Kalau sebatas kebutuhan manusia untuk apa saya melepas kain yang diniatkan karena Allah Swt?”

Keteguhan hati seorang wanita yang bernama Zahra, kuat tak terombang-ambing. Imannya kokoh, mempertahankan sunah, dan mempunyai rasa malu yang indah merekah. Rasa malunya tinggi hingga ia bisa mempertahankan keistikamahan cadar berkali-kali.

Rasa malu itu menjadi perhiasan bagi wanita. Sehingga wanita yang tidak punya rasa malu, ia akan lebih rendah daripada segenggam debu.

“Masyaallah, sungguh indah akhlakmu Zahra. Ya sudah saya izinkan kamu untuk memakai cadar,” ucap Pak Dosen seraya tersenyum kagum.

“Alhamdulillah, terima kasih, Bapak. Maaf Zahra sudah lancang sebelumnya,” ujar Zahra lega.

“Iya tidak apa-apa, malah kamu bagus patut untuk dijadikan teladan bagi mahasiswi lainnya.”

Sebaik-baiknya teladan kaum hawa yaitu pemimpin wanita di surga, yakni Sayyidah Fatimah Az-Zahra, beliaulah  publik figur yang patut dicontoh. Akhlak yang mulia, dan rasa malu yang menjadikannya indah bak permata yang terjaga.

Zahra Farhatul Mar’ah, mencoba meneladani akhlak putri kesayangannya Baginda tersebut. Kehormatannya dijaga dengan menutup aurat dengan sempurna, dan wanita cantik ini begitu indah ditambah hati baiknya.

“Alhamdulillah,” ucap Zahra memuji Sang Pencipta.

Zahra bersyukur ia bisa diberikan keteguhan iman, dan Allah Swt. akan selalu memberikan jalan untuk hamba yang sedang melakukan perbaikan, dan Allah akan selalu mempermudah untuk hamba yang ingin hijrah menuju Ridha-Nya.

Jangan takut sendirian membela kebenaran, karena kamulah yang akan dibela oleh Tuhan. Tetaplah melangkah demi kebaikan, walau harus tertatih sendirian, karena menegakkan sunah di akhir zaman, seperti memegang bara api yang terasa menyakitkan.

 

Penulis: Nida Ankhofia

Tulisan website Pustaka Al-Bahjah merupakan platform bacaan yang ditulis oleh masyarakat umum sebagai media literasi. Submit tulisanmu dengan cara ini.

Tags: , , ,

Bagikan ke

Perhiasan Termahal Seorang Wanita (Cerpen)

Saat ini belum tersedia komentar.

Mohon maaf, form komentar dinonaktifkan pada halaman/artikel ini.

Perhiasan Termahal Seorang Wanita (Cerpen)

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: