● online
Mengukur Derajat Sabar dan Syukur, Mana yang Lebih Luhur?
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Sabar dan syukur merupakan dua kata yang umum diucapkan, namun pada hakikatnya sangat sulit untuk dipraktikkan. Lisan seseorang akan ringan, jika mengucapkannya kepada para sahabat, tetangga, atau orang lain yang sedang memperoleh cobaan maupun saat mendapatkan kebahagiaan. Namun, jika yang menerima cobaan tersebut ialah diri sendiri, acap kali kita sulit untuk mengimplementasikannya. Begitu banyak nikmat Allah Swt yang diberikan kepada manusia hingga Allah firmankan dalam kitab-Nya, dan manusia sungguh tak akan sanggup menghitungnya. Mulai dari nikmat bernapas, melihat, mendengar, berjalan hingga nikmatnya merasakan kelezatan makan, minum, dan tidur. Sungguh manusia tak akan sanggup membayarnya apabila ingin membelinya satu per satu meski memiliki kekayaan berlimpah ruah sekalipun.
Nabi Sulaiman a.s. yang dinobatkan oleh Allah Swt sebagai Nabi sekaligus manusia paling kaya se-multiverse saja tak sanggup ketika mencoba untuk memberi makan seluruh ikan yang ada di lautan. Padahal manusia, hewan, tumbuhan bahkan kerajaan jin berada dalam genggaman kekuasaannya. Jadi, apabila hari ini masih ada yang menganggap dirinya dan keluarganya kaya raya layaknya seorang raja dengan dinastinya, bila dibandingkan dengan kekayaannya Fir’aun, Namrud, Haman apa lagi Nabi Sulaiman a.s. maka tidak ada bandingannya. Dan di atas itu semua masih ada Allah Swt yang Maha Kaya.
Oleh karenanya, sudah selayaknya kita mesti bersyukur dan sabar dalam mengarungi kehidupan ini. Ashabul as-shabr beranggapan sabar lebih tinggi nilainya karena ujian yang didapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam hati dan penderitaan berkepanjangan dalam hidup. Sebaliknya ashabul as-syukur beranggapan syukur lebih baik derajatnya dikarenakan berapa banyak orang yang lulus saat diuji dengan musibah lalu ia bersabar namun gagal ketika diberikan banyak kenikmatan hidup dan lalai setelahnya. Dinamika tersebut adalah wajar karena semua memiliki perspektifnya masing-masing.
Menyikapi hal ini, lantas bagaimana pandangan Al-Qur’an dan hadis?
Sabar dan Syukur dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-Hadis
Kata sabar dan derivasinya dalam Al-Qur’an menurut para ulama berjumlah 70-100 lebih kata, sedangkan syukur berjumlah sekitar 75 kata yang bersanding dengan kata bala dengan jumlah yang sama pula. Apa yang membuat sabar dan syukur begitu spesial dalam Al-Qur’an?
Firman Allah dalam Al-Qur’an:
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang yang sabar dan bersyukur”. (QS. Luqman: 31).
Sabar dan syukur merupakan bagian dari iman yang tak terpisahkan. Jika salah satu hilang, maka hilanglah sebagian imannya. Dalam ayat ini disebutkan bahwa sifat sabar bersanding dengan sifat syukur. Sahabat Ibnu Mas’ud bahkan menyebut iman itu terdiri dari setengah sabar dan setengahnya lagi adalah syukur.
Banyak ayat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan urgensi syukur dan pelakunya yang sangat sedikit. Ya, sebab hanya sedikit hamba Allah Swt yang mau bersyukur. Dalam surat Ibrahim ayat 7 juga diterangkan barang siapa yang enggan bersyukur maka balasannya adalah azab yang pedih.
Bagaimana dengan sabar? Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)
Sabar merupakan salah satu akhlaknya para Nabi dan rasul. Begitu besarnya pahala bersabar sampai-sampai Allah Swt sebut pahala bersabar sungguh tak terhitung. Namun bagaimana mengetahui derajat sabar dan syukur? Al-Qur’an menceritakan tentang kisahnya Nabi Sulaiman a.s. dan Nabi Dawud a.s. dalam ayat berikut:
وَوَهَبْنَا لِدَاوٗدَ سُلَيْمٰنَۗ نِعْمَ الْعَبْدُ ۗاِنَّهٗٓ اَوَّابٌۗ
“Dan kepada Dawud Kami karuniakan (anak bernama) Sulaiman; dia adalah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).” (QS. Shad: 30)
Dalam ayat ke-44 disebutkan:
وَخُذْ بِيَدِكَ ضِغْثًا فَاضْرِبْ بِّهٖ وَلَا تَحْنَثْ ۗاِنَّا وَجَدْنٰهُ صَابِرًا ۗنِعْمَ الْعَبْدُ ۗاِنَّهٗٓ اَوَّابٌ
“Dan ambillah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).” (QS. Shad: 44)
Dalam kedua ayat tersebut disebutkan kata awwab yang berarti taat atau patuh kepada seluruh perintah Allah Swt. Selain itu awwab juga memiliki makna kembali dan bertobat kepada Allah Swt, baik saat ia melakukan dosa atau pun saat ia tidak berbuat dosa.
Perbedaannya terletak pada konteks ayat. Pada ayat ke-30 konteksnya berisi nikmat yang anugerahkan kepada Nabi Dawud a.s. berupa lahirnya Nabi Sulaiman a.s. Lain halnya pada ayat 44 konteksnya menjelaskan tentang kesabaran Nabi Ayyub a.s. ketika menerima ujian sakit yang ia lalui selama puluhan tahun. Dapat dilihat dari ayat di atas bahwa orang yang sabar dan orang yang bersyukur memiliki ciri-ciri yang sama yaitu awwab alias patuh pada perintah Allah Swt.
Hal ini senada dengan hadis Rasulullah Saw yang menyebutkan:
عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ
“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin itu. Sesungguhnya seluruh perkaranya adalah baik baginya, dan hal itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh seorang mukmin. Jika dia mendapatkan kegembiraan, dia bersyukur, maka hal itu baik baginya. Apabila dia ditimpa suatu kesulitan, dia bersikap sabar, maka hal itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)
Orang mukmin yang memperoleh nikmat dan cobaan maka hakikatnya tak berbeda respon ketika menyikapinya, yaitu ia berprasangka baik kepada Allah Swt. Ketika ia menerima nikmat lantas bersyukur dan saat mendapatkan cobaan maka ia bersabar, maka itu semua hal yang baik baginya. Artinya dalam hadis di atas tak ada perbedaan antara sabar dan syukur.
Lantas, Mana yang Lebih Luhur?
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas mulai dari Al-Qur’an, hadis hingga pendapat Ibnu Mas’ud jelaslah sudah bagaimana derajat sabar dan syukur. Ya, derajat sabar dan syukur keduanya adalah sama alias setara.
Sabar dan syukur merupakan akhlaknya para rasul, sahabat, dan ulama salafussalih yang harus kita jadikan pedoman dalam kehidupan. Sabar dan syukur ciri-cirinya para penghuni surga dan orang yang beriman dengan sungguh-sungguh. Tak ada perbedaan mengenai mana yang lebih luhur, semuanya sama-sama luhur nilainya dihadapan Allah Ta’ala. Sabar dan syukur sama-sama memiliki derajat yang tinggi dan luhur. Semoga kita semua dijaga dan senantiasa diberikan kemampuan oleh Allah Swt untuk bisa melaksanakan sabar dan syukur. Amin.
Wallahu A’lam Bish Showab
Penulis: Muhammad Adib
Tulisan website Pustaka Al-Bahjah merupakan platform bacaan yang ditulis oleh masyarakat umum sebagai media literasi. Submit tulisanmu dengan cara ini.
Mengukur Derajat Sabar dan Syukur, Mana yang Lebih Luhur?
Ilmu nahwu adalah termasuk bagian dari sekian macam bidang ilmu dalam bahasa arab. Tanpanya sebuah susunan kalam tidak akan difahamai dengan benar sebagaimana yang dikatakan oleh al Imam al Imrithi: والنَّحْوُ أَولَى أَوَّلًا أَنْ يُعْلَمَا * إِذِ الكَلَامُ دُونَهُ لَنْ يُفْهَمَا “ilmu nahwu lebih utama untuk dipelajari terlebih dahulu Karena sebuah kalam bahasa arab tanpanya… selengkapnya
Rp 72.000 Rp 93.600Buku yang menguraikan lengkap nan ilmiah tentang berbagai amaliah masyarakat Ahlussunnah walJamaah yang di dalamnya terjadi perbedaan pendapat di kalangan Ulama, dibahas dengan detail beserta dalil-dalilnya dan solusi atas perbedaan yang terjadi. Spesifikasi: = Total Jumlah Halaman : 228. = Warna Isi : Hitam Putih = Sampul : Full Colour, Soft Cover, Doff Spot UV… selengkapnya
Rp 79.000 Rp 89.000Buku “Sam’iyyat” karya Buya Yahya penting untuk kita memiliki sebagai buku pegangan dalam memiliki keyakinan yang benar. Dengan keyakinan yang benar maka kualitas keimanan seseorang akan semakin kuat. Mengimani sesuatu yang ghaib berdasarkan yang kita dengar tanpa melibatkan akal di dalamnya memerlukan upaya yang pelik. Namun dengan bahasa yang lugas, sederhana, dan dilengkapi dengan cara… selengkapnya
Rp 59.000 Rp 69.000Buku Fiqih Bepergian karya Buya Yahya menghadirkan masalah umum yang sering dihadapi oleh kaum muslim dalam menjaga kualitas dan waktu shalat saat sedang bepergian. Buya Yahya memberikan penjelasan tentang kondisi-kondisi tertentu yang dapat mempengaruhi pelaksanaan shalat, seperti perbedaan zona waktu, keterbatasan ruang, susahnya mencari tempat wudhu, dan lain sebagainya. Buku ini memberikan solusi-solusi praktis yang… selengkapnya
Rp 23.000 Rp 43.000Buku Aqidah 50 karya Buya Yahya secara tuntas membahas pokok-pokok fundamental Aqidah Islam sebagaimana yang dibakukan oleh Ahlusunnah Waljama’ah. Buku ini menjadi penegas mengenai identitas dalam beraqidah yang benar, selain dengan mengikuti ulama Ahlusunnah Waljama’ah juga harus mengikuti cara beraqidahnya Ulama Asy’ariah atau Al-Maturidiyah, mengikuti caranya Ahlu Tasawuf (Sufi atau Sufiyah) dan mengikuti salah satu… selengkapnya
Rp 49.000Buku Fiqih Thaharah (Bersuci) karya Buya Yahya ini disusun berdasarkan berbagai kitab-kitab yang terpercaya dengan tetap memperhatikan sumber utamanya, yakni al-Qur’an dan Hadits. Buku ini sangat cocok dibaca bagi setiap pemula yang tahu dan belajar lebih banyak ilmu fiqih khususnya tentang thaharah. Sebab, risalah karya Buya Yahya ini sengaja dihadirkan dengan susunan seringkas-ringkasnya. Buku Fiqih… selengkapnya
Rp 45.000 Rp 60.000Buku “Dzikir Harian” yang ditulis oleh Buya Yahya adalah dzikir-dzikir yang dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dzikir-dzikir yang dihadirkan merupakan dzikir yang dianjurkan dan diamalkan oleh Nabi Muhammad Saw serta para sahabatnya. Dimulai dari tasbih, tahmid, takbir, beserta doa-doanya. Dzikir sebagai upaya senantiasa mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah Swt, dzikir harus diamalkan secara konsisten… selengkapnya
Rp 25.000 Rp 27.000Shalat berjamaah sudah menjadi pelaksaan rutin yang dilaksanakan oleh kaum muslimin. Maka sungguh disayangkan jika tidak mendapatkan pahala yang sempurna. Oleh karena itu, menurut Buya Yahya target kita bukanlah sekadar bisa dan sah dalam melaksanakan shalat berjamaah saja. Akan tetapi, bagaimana agar kita dapat melaksanakan shalat berjamaah dengan benar dan sempurna untuk mendapatkan pahala yang… selengkapnya
Rp 55.000Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Siapa pun dapat menulis, tetapi tidak semua orang dapat menghasilkan tulisan yang baik. Sebab, menulis merupakan wujud... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Sejak 7 Oktober 2023, perang Palestina-Israel kian memanas. Hingga Jum’at (27/10), serangan Israel terhadap Palestina telah... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – LPD Al-Bahjah menggelar buka puasa Arafah bersama pada hari Kamis 9 Dzulhijjah 1444 H , 28... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Nabi Muhammad Saw pernah menyebut bahwa wanita adalah sebaik-baiknya perhiasan dunia. Wanita disebut sebagai perhiasan dunia karena... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Satu kebaikan yang dilakukan oleh seseorang berarti ia tengah meneladani satu akhlak Nabi. Sebab, kebaikan dengan segala... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Takwa merupakan inti dari perintah Allah Swt kepada hamba-Nya. Di dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa ‘yang paling... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Mukjizat dalam tradisi agama Islam telah diwakili dengan penuh keagungan oleh Al-Qur’an Al-Karim. Al-Qur’an tidak hanya dipandang... selengkapnya
Pendahuluan Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Bulan Dzulhijjah adalah salah satu bulan istimewa dalam Islam, di mana terdapat dua ibadah utama yang... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Hari Raya Iduladha adalah hari kegembiraan bagi umat Baginda Nabi Muhammad Saw dan sebentar lagi... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Bulan Syawal adalah bulan yang identik dengan pernikahan. Banyak diantara umat Islam yang melangsungkan pernikahan pada... selengkapnya
Saat ini belum tersedia komentar.