
● online
Memaknai Tahun Baru Hijriah sebagai Momentum untuk Hijrah
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Sejarah penetapan kalender Hijriah dilakukan dengan proses musyawarah dan pemufakatan yang serius. Setidaknya ada empat hal yang menjadi bahan musyawarah Khalifah Umar bin Khattab Radiyallahu ‘Anhu beserta para sahabat dalam menetapkan awal Tahun Hijriah: waktu kelahiran (maulid); waktu pengangkatan kenabian-kerasulan; waktu hijrah ke Madinah; dan waktu wafat Nabi Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wasallam.
Para sahabat kemudian memberikan beberapa pendapat untuk mengerucut pada satu kesepakatan. Dari beberapa peristiwa sebagai pertimbangan penetapan awal tahun, waktu Hijrah lebih cocok karena waktunya lebih pasti dalam ingatan para sahabat. Sedangkan waktu (tahun) kelahiran dan pengangkatan kenabian-kerasulan Nabi Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wasallam cenderung diperselisihkan. Adapun seandainya menggunakan waktu wafat Nabi Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wasallam juga dihindari karena hanya akan memunculkan kesedihan. Akhirnya, pilihan penentuan Tahun Baru Islam jatuh pada peristiwa Hijrah.
Hijrah dalam konteks peristiwa tersebut adalah berpindahnya Nabi dan para sahabat dari satu tempat ke tempat yang lain, yakni dari Mekkah ke Madinah. Namun Hijrah juga dapat dimaknai dalam bentuk yang kedua, yakni hijrah secara rohani. Secara lebih luas hijrah secara rohani (baca: maknawi) ini mencakup perubahan dari kondisi yang buruk ke kondisi yang lebih baik, baik secara fisik maupun spiritual. Serta meninggalkan perbuatan buruk dan maksiat untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Makna hijrah inilah yang harus kita hadir dalam momentum pergantian Tahun Hijriah kali ini.
Pada Tahun Hijriah yang baru ini merupakan momentum bagi kita untuk berpindah dari perbuatan-perbuatan tercela di tahun yang sebelumnya menuju prilaku indah yang dihiasi dengan penuh tekad yang kuat untuk senantiasa istiqamah menjalankannya. Sebab, hijrah yang baik adalah hijrah yang tidak hanya dilakukan di awal atau hanya sekadar seremonial belaka.
Kesungguhan hijrah ini juga harus meliputi semua aspek kehidupan manusia. Sebab, manusia sendiri dilingkupi oleh berbagai hal yang mengitarinya─bukan hanya spiritual. Dimulai dari aspek sosial, budaya, norma, dan lain sebagainya yang saling bertaut. Pada aspek tertentu misalnya, seseorang terkadang memiliki keistiqamahaan dalam hal spiritual, tetapi dari aspek sosial diabaikan. Tentu untuk seperti itu─seimbang menyelaraskan hidup─perlu tekad maksimal dalam mencapai maqam insan kamil─mencapai kesempurnaan spiritual dan keselarasan dalam hubungannya dengan Allah maupun dengan sesama manusia.
Meskipun Hijrah fisik sudah tidak ada setelah penaklukan kota Mekkah, Hijrah fisik masih relevan secara filosofis. Makna hijrah ini mengisyaratkan bahwa jika umat Islam menginginkan suatu kebaikan dunia maupun akhirat, mestilah bergerak secara dinamis dan teorganisir. Kisah heroisme perjuangan para sahabat mesti di-tadabbur-kan di tengah penyakit pola pikir konsumeristik-individualisme-egoisme yang menjangkit manusia modern saat ini. Bukan dimaknai sebatas kepindahan dari Mekkah ke Madinah.
Selain meluaskan makna hijrah, baik fisik maupun rohani, hijrah juga mesti kembali pada makna yang membumi. Sebab, pada masa sekarang kata hijrah identik dengan sesuatu yang berat-menyusahkan. Padahal dalam konteks masa kini hijrah dapat dilakukan berdasarkan kemampuan dan disesuaikan dengan keadaan seseorang.
لَاهِجْرَةَ بَعْدَ فَتْحِ مَكَّةَ ، وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَةٌ ، وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوْا
Artinya: “Tidak ada kewajiban hijrah setelah penaklukan kota Mekkah, melainkan jihad dan niat. Apabila kalian diajak berperang (di jalan Allah), maka berangkatlah.” (HARI. Imam an-Nasai)
Jihad dalam Islam tidak boleh dipahami secara sempit hanya sebagai perang melawan kafir semata. Namun jihad masa kini hendaklah dipahami secara lebih luas dan kontekstual. Maka hijrah masa kini pun bukan sesuatu yang mesti berat dan menyusahkan. Tetapi hijrah masa kini adalah hijrahnya seorang pemimpin untuk kembali menegakkan keadilan, patuh terhadap konstisusi, amanah rakyat, dan sebagainya. Hijrah masa kini adalah pendidikan yang semula dijadikan sebagai pencipta lapangan pekerjaan hendaknya dihijrahkan kepada pendidikan yang kembali pada falsafah dan hakikatnya. Hijrah saat ini adalah mengubah gaya hidup yang konsumeristik kepada kesederhanaan yang mengutamakan kebermanfaatan dan keberfungsian. Serta banyak lagi lelaku hijrah yang relevan untuk dilakukan sebagai sebuah resolusi agar menjadi manusia yang lebih baik dari hari sebelumnya menuju hari berikutnya.
Pada Tahun Baru Hijriah ini, marilah songsong dengan penuh kesadaran, bahwa semakin tahun berganti maka usia kita pun semakin menipis. Maka mengingat hakikat daripada tugas manusia di bumi untuk ibadah dan akan menemui kematian adalah penting. Sebab dari kesadaran itu akan menjadikan fondasi berlelaku kita dalam setiap aspek kehidupan. Semoga di tahun yang baru ini kita semua diberikan kemudahan jalan untuk menunaikan esensi hijrah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amin.
Penulis: Idan Sahid
Tulisan website Pustaka Al-Bahjah merupakan platform bacaan yang ditulis oleh masyarakat umum sebagai media literasi. Submit tulisanmu dengan cara klik link ini.
Memaknai Tahun Baru Hijriah sebagai Momentum untuk Hijrah
Buku Aqidah 50 karya Buya Yahya secara tuntas membahas pokok-pokok fundamental Aqidah Islam sebagaimana yang dibakukan oleh Ahlusunnah Waljama’ah. Buku ini menjadi penegas mengenai identitas dalam beraqidah yang benar, selain dengan mengikuti ulama Ahlusunnah Waljama’ah juga harus mengikuti cara beraqidahnya Ulama Asy’ariah atau Al-Maturidiyah, mengikuti caranya Ahlu Tasawuf (Sufi atau Sufiyah) dan mengikuti salah satu… selengkapnya
Rp 49.000Buku “Hadist Jibril” karya Buya Yahya ini berisi penjabaran ringkas dari satu hadist Nabi Muhammad Saw yang masyhur dengan sebutan Hadist Jibril. Karena dalam hadist tersebut terjadi dialog antara Baginda Nabi Muhammad dengan Malaikat Jibril. Dalam dialog khusus tersebut Nabi Muhammad Saw telah mengajarkan kepada kita tentang tiga pilar agama yang jika ada salah satu… selengkapnya
Rp 56.000Ilmu nahwu adalah termasuk bagian dari sekian macam bidang ilmu dalam bahasa arab. Tanpanya sebuah susunan kalam tidak akan difahamai dengan benar sebagaimana yang dikatakan oleh al Imam al Imrithi: والنَّحْوُ أَولَى أَوَّلًا أَنْ يُعْلَمَا * إِذِ الكَلَامُ دُونَهُ لَنْ يُفْهَمَا “ilmu nahwu lebih utama untuk dipelajari terlebih dahulu Karena sebuah kalam bahasa arab tanpanya… selengkapnya
Rp 72.000 Rp 93.600Penerbit: Pustaka Al-Bahjah Penulis: Maulid Johansyah, M.Pd. Tebal buku: xi+138 Buku saku Kosa Kata (Almufrodat) Sehari-Hari ini merupakan pelengkap untuk buku Pengantar Belajar Bahasa Arab yang menjelaskan secara singkat tentang qoidah-qoidah dasar. Kosa kata (Almufrodat) disebutkan oleh para pakar bahasa sebagai salah satu unsur dalam belajar bahasa Arab selain qoidah. Tanpanya bagaimana mungkin seseorang dapat… selengkapnya
Rp 23.000 Rp 29.900Buku Indahnya Memahami Perbedaan Para Ulama (IMPPU) Karya Buya Yahya menjelaskan perbedaan keyakinan aqidah dan perbedaan pelaksanaan amalan ibadah-ibadah dalam Islam. Buku ini menghadirkan perbedaan tersebut berdasarkan sudut pandang para ulama secara komparatif. Sehingga segala bentuk perbedaan dan perdebatan yang kerap muncul di masyarakat dapat menjadi salah satu nuansa perbedaan yang harmonis, sehingga ekses negatif… selengkapnya
Rp 89.000Buku Fiqih Praktis Haid karya Buya Yahya memuat tiga bahasan utama, yaitu identifikasi dan ketentuan haid, nifas, dan istihadhoh yang dilengkapi dengan ketentuan mengenai cara serta waktu bersuci. Semuanya dipaparkan dalam buku ini dengan lebih praktis dan mudah dipahami. Karena permasalahan ini sangat erat hubungannya dengan bermacam-macam ibadah, seperti shalat, puasa, thawaf, dan lain-lain. Maka… selengkapnya
Rp 149.000Buku Buya Yahya yang berjudul Ramadhaniat secara rinci menjelaskan amalan-amalan yang dapat dilakukan oleh seorang muslim di bulan Ramadan. Buku ini memberikan panduan mudah bagi setiap muslim dalam merencanakan program amalan di bulan Ramadan. Dengan penjelasan yang sederhana dan praktis Buya Yahya mengupas tuntas kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia di bulan Ramadan dan bagaimana… selengkapnya
Rp 115.000Buku “Dzikir Harian” yang ditulis oleh Buya Yahya adalah dzikir-dzikir yang dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dzikir-dzikir yang dihadirkan merupakan dzikir yang dianjurkan dan diamalkan oleh Nabi Muhammad Saw serta para sahabatnya. Dimulai dari tasbih, tahmid, takbir, beserta doa-doanya. Dzikir sebagai upaya senantiasa mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah Swt, dzikir harus diamalkan secara konsisten… selengkapnya
Rp 25.000 Rp 27.000Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Buku “Oase Iman: Refleksi Problematika Umat” merupakan salah satu buku terbaru karya Buya Yahya. Tidak seperti... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Sya’ban adalah bulan kedelapan dalam kalender Hijriyah dan pintu gerbang memasuki bulan suci Ramadan. Bulan Sya’ban merupakan salah... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Baru-baru ini kita dihebohkan dengan berita perayaan Hallowen di Arab Saudi yang notabene merupakan negara Islam.... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Shalat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim apapun keadaannya. Siapapun yang... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Menghadapi perasaan ragu-ragu atau waswas saat melaksanakan shalat, terutama terkait najis seperti air kencing, sering kali menjadi... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Cinta merupakan fenomena yang lazim dialami oleh setiap manusia. Dan hawa nafsu merupakan sesuatu yang fitrahnya... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan keberkahan dan pengampunan. Pada bulan ini, umat Islam diberikan... selengkapnya
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Siapa di antara Sahabat Pustaka yang gemar menulis? Ada informasi menarik dari Pustaka Al-Bahjah Kami membuka kesempatan... selengkapnya
Sebuah Prestasi Gemilang, Muhammad Rahmatan Lil Alamiin atau yang akrab dipanggil Rahmat berhasil menorehkan prestasi tingkat nasional dalam ajang Kompetisi... selengkapnya
Seorang jamaah bertanya tentang jihad kepada Buya Yahya, “Bagaimana cara jihad untuk membela saudara kita yang terzalimi di Palestina? Sedangkan... selengkapnya
Saat ini belum tersedia komentar.