
● online
- Motivasi Dakwah "Membawa kepada Kemuliaan dengan H
- BUKU FIQIH HAID - Cerdas Memahami Darah Wanita
- INDAHNYA MEMAHAMI PERBEDAAN PARA ULAMA KARYA BUYA
- BUKU THAHARAH - BERSUCI - KARYA BUYA YAHYA
- Oase Iman - Refleksi Problematika Umat
- BUKU PENGANTAR BAHASA ARAB
- FIQIH SHOLAT KARYA BUYA YAHYA
- المعين المبين
Kontroversi Amalan di Hari ‘Asyura
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Kita dianjurkan bersyukur atas nikmat yang Allah berikan di sebagian waktu dengan melakukan amalan kebaikan di waktu tersebut. Itulah yang dilakukan kaum Yahudi saat ditanya oleh Nabi kenapa mereka melaksanakan puasa di tanggal 10 bulan Muharram (hari ‘Asyura). Mereka menjawab bahwa hari tersebut adalah hari baik. Pada hari tersebut dahulu Allah menyelamatkan Nabi mereka, yakni Nabi Musa ‘Alahi Salam. Bagi mereka hari tersebut adalah hari anugerah dan hari baik. Begitu pun bagi kita umat Rasulullah bahwa hari tersebut juga adalah hari mulia karena dengan tegas Nabi mengatakan:
أنا أحق بموسى منكم (رواه أحمد)
“Aku lebih berhak dengan Musa daripada kalian (Yahudi).” (HR. Ahmad)
Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasalam pun sudah melegitimasi hari ‘Asyura, bahwa Nabi beserta umatnya lebih berhak dengan hari tersebut sehingga beliau memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa di hari ‘Asyura. Agar berbeda dengan kaum Yahudi dan sebagai bentuk menghidupkan hari mulia tersebut, Nabi pun memerintahkan berpuasa sehari sebelum atau setelahnya (hari ‘Asyura) juga.
Menghidupan Hari Mulia dengan Melakukan Kebaikan
Pada prinsipnya kita dianjurkan menghidupkan hari-hari baik lainnya juga dengan kebaikan apa pun. Berharap agar Allah memberikan pahala dan ganjaran yang lebih banyak. Begitu pun bagi yang merusak kehormatan hari mulia maka baginya mendapatkan dosa yang double. Pertama dosa atas perbuatan maksiatnya dan kedua dosa karena sudah merusak kemuliaan hari yang mulia.
Di dalam Islam sejatinya semua hari adalah baik, tidak ada hari sial atau hari apes. Akan tetapi Allah menjadikan sebagian waktu atau hari lebih utama dari yang lainnya sebagai bentuk kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya
إن لربكم عز وجل في أيام دهركم نفحات فتعرضوا لها، لعل أحدكم أن تصيبه منها نفحة لا يشقى بعدها أبدا (رواه الطبراني)
“Sesungguhnya Tuhan kalian Allah ‘Azza wa Jalla mempunyai embusan–embusan rahmat di sepanjang hari–hari kalian. Maka sambutlah (carilah dan manfaatkanlah) embusan–embusan itu, semoga salah satu dari kalian mendapatkannya sehingga tidak akan celaka selamanya.” (HR. at Tabhrani)
12 Amalan Hari ‘Asyura Menurut Sebagian Ulama
Ada beberapa keterangan tentang amalan-amalan yang dianjurkan untuk dilakukan di hari ‘Asyura. Di antaranya yang disebutkan di kumpulan beit–beit sya’ir berikut:
في يوم عاشوراء عشر تتصل * * بها اثنتان ولها فضل نقل
صم، صل، صل، زر عالما، عد، واكتحل * * رأس اليتيم امسح، تصدق واغتسل
وسع على العيال، قلم ظفرا * * وسورة الإخلاص قل ألفا تصل
Keterangan tersebut juga disebutkan di dalam kitab I’anah at Thalibin karya Asy Syeikh Abu Bakar bin Muhammad Syatho─salah satu kitab andalan para santri dan pelajar ilmu fiqih. Perincian dari beit–beit tersebut adalah terdapat 12 amalan yang dianjurkan di hari ‘Asyura yaitu:
- Berpuasa
- Melakukan shalat
- Menyambung silaturahmi
- Mengunjungi orang alim
- Menjenguk orang sakit
- Memakai celak
- Mengusap kepala anak yatim
- Bersedekah
- Mandi sunnah
- Melebihkan nafkah keluarga
- Memotong kuku
- Membaca surat Al-Ikhlas 1000x
Penjelasan Para Ulama tentang Amalan di Hari ‘Asyura
Hal yang perlu dicermati adalah agar kita tidak menisbatkan sesuatu kepada Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasalam jika belum ada keterangan riwayat yang jelas, dikhawatirkan akan masuk ke dalam golongan yang celaka sebagaimana sabda Nabi:
من كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النار (رواه البخاري)
“Barang siapa yang dengan sengaja berdusta atas namaku maka hendaknya dia bersiap–siap untuk menempati tempatnya di neraka.” (HR. Al-Bukhari)
Keterangan 12 amalan sebelumnya yang disebutkan oleh Asy Syeikh Abu Bakar bin Muhammad Syatho perlu kita baca kembali secara keseluruhan dan tidak hanya berfokus kepada beit-beit sya’ir itu saja. Pertanyaannya apakah 12 amalan tersebut sudah disepakati oleh para mayoritas ulama mazhab? Sebelum menjelaskan 12 amalan di atas, Asy Syeikh Abu Bakar bin Muhammad Syatho juga menyebutkan kutipan dari perkataan al Imam al Ajhuri:
قال : وحاصله أن ما ورد من فعل عشر خصال يوم عاشوراء لم يصح فيها إلا حديث الصيام والتوسعة على العيال، وأما باقي الخصال الثمانية: فمنها ما هو ضعيف، ومنها ما هو منكر موضوع. (إعانة الطالبين الجزء : 2 صحفة : 301)
“Berkata al Imam al Ajhuri: ‘Kesimpulannya adalah bahwa keterangan tentang 10 amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan di hari ‘Asyura tidak ada riwayat hadits yang benar, kecuali hadits tentang puasa sunnah ‘Asyura dan anjuran untuk melebihkan nafkah keluarga. Adapun amalan yang lainnya di antaranya ada dari riwayat hadits dho’if (lemah), munkar (dho’if) bahkan ada yang maudhu’ (palsu).’” (I’anah at Thalibin. Juz: 2 hal: 301)
Maka disimpulkan bahwa riwayat yang benar tentang amalan hari ‘Asyura hanya riwayat kesunnahan puasa dan melebihkan nafkah keluarga saja. Adapun hadits yang menjelaskannya adalah sebagai berikut:
Anjuran puasa sunnah ‘Asyura ada banyak riwayat di antaranya:
وصيام يوم عاشوراء أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله (رواه مسلم)
“Dan puasa di hari ‘Asyura aku berharap dengannya Allah akan mengampuni dosa-dosa di tahun lalu.” (HR. Muslim)
Anjuran meluaskan nafkah kepada keluarga:
من وسع على عياله يوم عاشوراء لم يزل في سعة سائر سنته (رواه الطبراني في المعجم الكبير والبيهقي في شعب الإيمان)
“Barang siapa yang meluaskan nafkah kepada keluarganya di hari ‘Asyura maka dia akan selalu dalam keluasan rezeki sepanjang tahunnya.” (HR. al Thabrani di dalam kitab al Mu’jam al Kabir dan al Baihaqi di dalam kitab Syu’ab al Iman)
Hadits ini─melebihkan nafkah di hari ‘Asyura─memang diperselisihkan oleh sebagian ulama. Sebagian menganggap hadits ini sampai derajat munkar (hadits dho’if). Akan tetapi Al Imam as Suyuthi mengatakan di dalam kitab Ad Durar Al Muntatsirah:
كلا، بل هو ثابت صحيح، أخرجه البيهقي في الشعب من حديث أبي سعيد الخذري وأبي هريرة وابن مسعود وجابر، وقال : أسانيده كلها ضعيفة ولكن إذا ضم بعضها إلى بعض أفاده قوة. (الدرر المنتثرة الجزء : 1 صفحة : 186)
“Tidak, tetapi hadits tersebut adalah benar. Hadits tersebut disebutkan oleh al Imam al Baihaqi di dalam kitabnya Syu’ab al Iman dari riwayat hadits Abi Sa’id al Khudzri, Abu Hurairah, Ibnu Mas’ud dan Jabir, al Imam al Baihaqi mengatakan: ‘Semua sanadnya adalah dho’if/lemah. Akan tetapi jika dikumpulkan semua riwayat-riwayat tersebut maka hadits itu akan menjadi kuat.” (Ad Durar Al Muntatsirah karya al Imam as Suyuthi. Juz: 1 hal: 186)
Amalan Baik Bisa Dilakukan Kapan pun, Termasuk di Hari ‘Asyura
Adapun selain dari 2 amalan tersebut─berpuasa dan melebihkan nafkah kepada keluarga─sebagian ada yang dho’if bahkan ada juga riwayat yang palsu. Akan tetapi bukan berarti kita langsung menyalahkan apalagi membid’ahkan amalan-amalan tersebut. Sebab, semuanya adalah amalan-amalan kebaikan yang secara dalil umum itu boleh untuk dikerjakan kapan pun, tidak hanya terikat di sebagian waktu saja.
Sekali lagi yang dilarang adalah menisbatkan sesuatu kepada Rasulullah tanpa riwayat yang benar atau berdusta atas nama beliau. Sebagaimana yang dikatakan oleh al ‘Allamah as Sayyid Abdullah bin Ibrahim asy Syinqithi di dalam kitab Thal’atul Anwar:
ولا يقول مسلم قال النبي * بلا رواية لخوف الكذب
“Dan tidak boleh seorang Muslim mengatakan ‘Nabi bersabda’ tanpa riwayat yang benar, khawatir itu adalah dusta.”
Adapun melakukan sebuah amalan-amalan yang biasa dilakukan di hari ‘Asyura seperti menjenguk orang sakit, menyantuni anak yatim sambil mengusap kepalanya, berkunjung ke orang alim, dan yang lainnya selama masih adanya dalil umum dan tidak bertentangan dengan syari’at maka itu bukan hal yang dilarang dan tidak boleh kita mengatakan bahwa amalan tersebut adalah bid’ah yang tercela yang harus dihindari.
Tidak perlu kami hadirkan dalil-dalil umum tentang amalan-amalan tersebut karena sudah sangat jelas dan sering dijumpai di dalam kitab-kitab hadits atau kitab lainnya. Al Imam Ibnu Hajar al ‘Asqollani di dalam kitab Fathul Bari mengatakan:
والتحقيق أنها إن كانت مما تندرج تحت مستحسن في الشرع فهي حسنة ، وإن كانت مما تندرج تحت مستقبح في الشرع فهي مستقبحة ، وإلا فهي من قسم المباح وقد تنقسم إلى الأحكام الخمسة (فتح الباري الجزء : 4 صفحة : 253)
“Dan yang benar adalah bahwa bid’ah jika berada di bawah (kategori) dalil yang baik dalam syari’at maka itu adalah bid’ah yang baik, dan jika di bawah (kategori) dalil yang jelek maka dalam syari’at maka itu adalah bid’ah yang jelek, dan jika tidak ada di bawah (kategori) 2 dalil tersebut maka dia termasuk bid’ah yang mubah, terkadang bid’ah juga terbagi menjadi 5 hukum.” (Fathul Bari. Juz: 4 hal: 253).
Al Imam al Ghozali juga menyebutkan di dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin:
فليس كل ما أبدع منهيا بل المنهي بدعة تضاد سنة ثابتة وترفع أمرا من الشرع مع بقاء علته بل الإبداع قد يجب في بعض الأحوال إذا تغيرت الأسباب (إحياء علوم الدين الجزء : 2 صحفة : 3)
“Tidak semua hal baru (bid’ah) adalah dilarang, tetapi yang dilarang adalah bid’ah yang bertentang dengan syari’at dan menghapus suatu ketentuan syari’at padahal sebabnya masih ada. Bahkan terkadang bid’ah bisa menjadi wajib di sebagian keadaan jika sebab-sebabnya telah berubah.” (Ihya ‘Ulumuddin. Juz: 2 hal: 3)
Al Imam asy Syatibi di dalam kitab al I’tisham menjelaskan dengan penjelasan yang sangat gamblang bagi yang ingin membacanya agar tidak salah dalam memahami tentang bid’ah. (Madza Fi Sya’ban karya Abuya as Sayyid Muhammad al Maliki, hal: 84)
Kesimpulan
Hari ‘Asyura adalah hari mulia. Kemuliaannya bukan hanya bagi umat Nabi Muhammad Salallahu ‘Alaihi Wasalam saja, tetapi bagi umat-umat terdahulu karena terdapat banyak kejadian-kejadian penting yang terjadi di hari tersebut sepanjang sejarah para Nabi sebelum Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasalam.
Sudah seharusnya kesempatan hari-hari mulia kita hidupkan dengan ibadah apa pun itu selama ibadah tersebut tidak bertentangan dengan syari’at walaupun itu datangnya bukan dari Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasalam seperti diriwayatkan dari sebagian ulama, para auliya atau kaum sholihin.
Hal yang tidak boleh bahkan diancam oleh Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasalam adalah menisbatkan sesuatu kepada beliau tanpa riwayat yang benar. Mari kita insaf dan tidak gampang mencaci satu sama lain karena setiap Muslim adalah bersaudara dengan Muslim yang lain. Semoga Allah senantiasa memberikan kepada kita keberkahan hari ‘Asyura. Amiiin.
Wallahu a’lam bi Showab
Penulis: Ust. Maulid Johansyah, M.Pd.
Penyunting: Idan Sahid
Tulisan website Pustaka Al-Bahjah merupakan platform bacaan yang ditulis oleh masyarakat umum sebagai media literasi. Submit tulisanmu dengan cara klik link ini.
Kontroversi Amalan di Hari ‘Asyura
Buku Aqidah 50 karya Buya Yahya secara tuntas membahas pokok-pokok fundamental Aqidah Islam sebagaimana yang dibakukan oleh Ahlusunnah Waljama’ah. Buku ini menjadi penegas mengenai identitas dalam beraqidah yang benar, selain dengan mengikuti ulama Ahlusunnah Waljama’ah juga harus mengikuti cara beraqidahnya Ulama Asy’ariah atau Al-Maturidiyah, mengikuti caranya Ahlu Tasawuf (Sufi atau Sufiyah) dan mengikuti salah satu… selengkapnya
Rp 49.000Buku “Silsilah Fiqih Praktis Qurban” karya Buya Yahya merupakan sebuah panduan praktis yang memberikan pemahaman mengenai hukum dan tata cara pelaksanaan ibadah qurban. Dalam buku ini, Buya Yahya menjelaskan berbagai aspek yang terkait dengan qurban, mulai dari pengertian dan tujuan qurban, hukum-hukum yang terkait dengan hewan qurban, serta tata cara penyembelihan, pembagian, dan distribusi daging… selengkapnya
Rp 57.000Buku “Oase Iman” memberikan pemahaman yang mendalam namun ringan sebagai siraman hati bagi siapa pun yang membacanya. Berisi catatan buah dari renungan singkat di sepanjang perjalanan penulis dalam menjalankan tugas dakwah di jalan Allah Swt. Dari pengalaman yang berharga tersebut kemudian menjadi hikmah yang bertebaran dan dikumpulkan, kemudian dihadirkan dengan harapan adanya kebaikan dan sesuatu… selengkapnya
Rp 87.000 Rp 93.000Penerbit: Pustaka Al-Bahjah Penulis: Maulid Johansyah, M.Pd. Tebal buku: xi+138 Buku saku Kosa Kata (Almufrodat) Sehari-Hari ini merupakan pelengkap untuk buku Pengantar Belajar Bahasa Arab yang menjelaskan secara singkat tentang qoidah-qoidah dasar. Kosa kata (Almufrodat) disebutkan oleh para pakar bahasa sebagai salah satu unsur dalam belajar bahasa Arab selain qoidah. Tanpanya bagaimana mungkin seseorang dapat… selengkapnya
Rp 23.000 Rp 29.900Penerbit: Pustaka Al-Bahjah Penulis: Buya Yahya Tebal buku: xiii+124 Dakwah mempunyai makna mengajak diri dan orang lain kepada kebaikan, menjauhkan diri dan orang lain dari kemungkaran serta melestarikan semesta lalu menjaganya dari kerusakan. Semua dari kita yang merasa umat Rasulullah Saw harus bisa mengambil bagian dari tugas dakwah ini. Siapa pun kita, yang kaya, miskin,… selengkapnya
*Harga Hubungi CSTerkadang seorang pelajar bahasa arab akan mendapati sedikit kesulitan dalam mempelajari qoidah ‘adad ma’dud karena pembahasan tersebut tidak terlalu detail ketika disebutkan di sebagian kitab-kitab nahwu khususnya kitab nahwu klasik. Maka kami kumpulkan catatan kecil ini dengan harapan dapat memudahkan para pelajar pemula yang ingin menguasai dasar-dasar qoidah ‘adad ma’dud. Ukuran: 16 cm x 24… selengkapnya
Rp 29.000 Rp 37.700Buku “Dzikir Harian” yang ditulis oleh Buya Yahya adalah dzikir-dzikir yang dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dzikir-dzikir yang dihadirkan merupakan dzikir yang dianjurkan dan diamalkan oleh Nabi Muhammad Saw serta para sahabatnya. Dimulai dari tasbih, tahmid, takbir, beserta doa-doanya. Dzikir sebagai upaya senantiasa mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah Swt, dzikir harus diamalkan secara konsisten… selengkapnya
Rp 25.000 Rp 27.000Buku Fiqih Shalat karya Buya Yahya ini berisi pedoman lengkap mengenai hukum fiqih dan tata cara dalam menjalankan ibadah shalat. Sehingga dengan membaca buku ini kita akan mendapatkan pemahaman yang benar mengenai shalat sesuai dengan ajaran Rasulillah Saw. Buya Yahya menghadirkan risalah ini dengan susunan seringkas-ringkasnya. Hal ini dilakukan demi kemudahan para pembaca untuk belajar… selengkapnya
Rp 59.000FIQIH PRAKTIS SHALAT BERJAMAAH KARYA BUYA YAHYA Buku ini membahas tentang pentingnya dan tata cara melaksanakan shalat berjamaah, yaitu shalat yang dilakukan bersama-sama oleh sekelompok Muslim. Dalam buku ini, Buya Yahya mengupas secara mendalam mengenai tatacara shalat berjamaah. Mulai dari persiapan hingga pelaksanaannya. Buya Yahya membahas tentang adab-adab dan tata tertib dalam shalat berjamaah, seperti… selengkapnya
Rp 65.000Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Sudah menjadi rahasia umum bahwa Allah Swt. menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman utama bagi umat manusia dalam menjalani... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Agama Islam merupakan ajaran yang menjunjung tinggi kedudukan nilai keadilan, kemanusiaan, kemulian, dan kesetaraan. Sejak datangnya Islam... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Dua pekan terakhir ini, publik kembali dihebohkan dengan adanya dua kasus perundungan yang terjadi di lingkungan lembaga... selengkapnya
Pemilu semakin dekat. Kampanye semakin gencar di berbagai tempat dan media sosial. Kemudahan mengakses media sosial ini mewarnai prosesi kampanye... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Bulan suci Ramadan akan segera tiba. Bulan mulia yang membawa banyak keberkahan, rahmat, pengampunan, dan kebaikan yang... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Baru-baru ini aktivitas “cek khodam” ramai di media sosial, khususnya di live TikTok dan Instagram. Pengguna media... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Menjaga silaturahmi merupakan salah satu hal yang penting yang tidak boleh kita abaikan begitu saja. Melalui Nabi Muhammad... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah Cirebon – Sebagai bentuk sarana mempererat tali silaturahmi ‘temu kangen’ keluarga besar Al-Bahjah dan para alumni, Ahad 17... selengkapnya
DO’A AKHIR TAHUN HIJRIAH & DO’A AWAL TAHUN HIJRIAH Semoga di tahun yang baru ini, kita semua selalu diberikan keberkahan... selengkapnya
Saat ini belum tersedia komentar.