fbpx
Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

CS Pustaka
● online
CS Pustaka
● online
Halo, perkenalkan saya CS Pustaka
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Buka Setiap Hari pukul 08.00 s.d. pukul 16.00 Hari Besar Islam Tutup
Beranda » Blog » Bijak dalam Bertindak (Utamakan Klarifikasi, Kesampingkan Emosi)

Bijak dalam Bertindak (Utamakan Klarifikasi, Kesampingkan Emosi)

Diposting pada 14 September 2021 oleh Dzikri Imaddudin / Dilihat: 2.807 kali

Bijak dalam Bertindak

(Utamakan Klarifikasi, Kesampingkan Emosi)

Oleh: Admin 2

Disadur dari ceramah Buya Yahya (Pengasuh LPD Al-Bahjah Cirebon)

PUSTAKA AL-BAHJAH-ARTIKEL-Luka lama bersemi kembali, mungkin itu sebuah frasa yang pas ditujukan untuk kasus yang menghebohkan jagat dunia maya, bahkan dunia nyata saat ini. Lagi-lagi dan lagi-lagi, isu penistaan agama Islam oleh oknum segelintir orang di luar Islam kembali mencuat. Hanya berselang hampir 4 tahun lebih yang terasa singkat dari awal berita yang lalu mencuat. Kini, ada pemberitaan baru yang tak kalah hebat.

Ingatan kita tidak akan dilupakan dengan kejadian pada Jumat (31/3) 2017 silam, terekam tamu kelab itu asyik berjoget diiringi ”lagu azan” yang diramu Dax J. Meski temponya dipercepat oleh disjoki, namun lafal azan tetap kentara. Suara.com.

Berita yang kami lansir dari CNBC Indonesia,  kehebohan datang dari Korea Selatan (Korsel). Warganet geger dengan adanya backsound yang dituding suara azan di salah satu acara kompetisi “Street Woman Fighter”, Selasa (7/9/2021).

Dalam menanggapi hal tersebut di atas, bagaimanakah sikap kita sebagai seorang muslim?

Buya Yahya, (Pengasuh LPD Al-Bahjah Cirebon) dalam chanel Youtube Al-Bahjah TV, Minggu (12/02/2021) menyatakan bahwa, “Kalau kita melihat sebuah kesalahan menurut kaca mata kita di satu kaum, jangan terburu-buru kita marah. Karena bisa saja kaum tersebut tidak bertujuan untuk melakukan kesalahan. Ini dulu, jangan buru-buru. Supaya kita itu meletakan marah pada tempatnya.”

Dalam video tersebut, Buya Yahya menyatakan bahwa sebelum menilai sikap suatu kaum, harus dilihat dari sisi tujuan penggunaan adzan tersebut untuk apa. Apakah tujuannya untuk merendahkan atau tidak.

“Kita tidak tahu, mungkin harus ada klarifikasi ke sana. Artinya, ini secara umum. Jika ada misalnya stasiun televisi menggunakan adzan, tujuannya apa? Apakah memang tujuannya merendahkan atau tidak?” tegas Buya.

1. Tujuannya untuk tidak menghinakan atau merendahkan

Buya melanjutkan, “Kalau memang mereka itu tujuannya tidak untuk menghinakan, tinggal kita ingatkan saja dengan cara yang baik. Maka, dengan cara yang baik,  bisa saja menjadi sebab mereka terpesona dengan Islam.”

Menurut Buya, jika memang  tujuan adzan yang diremix tersebut  tidak untuk menghinakan, tujuannya baik, biarpun menurut pandangan kita salah. Akan tetapi, karena menurutnya adalah baik, maka kita harus dengan cara baik-baik. Karena mungkin yang meremix adzan tersebut tertarik dengan suara adzan yang merdu. Dan mungkin sudah ada ketukan-ketukan iman sehingga ia terpesona dengan suara adzan yang menurutnya manis sekali dan indah sekali.  Kemuidan, ia merasa cocok kalau dimasukan ke salah satu lagu latar tersebut, tanpa ada maksud untuk merendahkan.

Kemudian menurut Buya, kita beri penjelasan kepada  produser acara tersebut, bahwa adzan di dalam Islam sangat diagungkan sehingga  tidak bisa ditempatkan di setiap tempat.

“Mungkin dia akan terkagum dengan akhlak kita. Bukan mencaci, mengolok, dan sebagainya. Kita belum tahu sebabnya, langsung mencaci mengolok, ya kita salah. Islam tidak mengajarkan semacam itu.” Tutur Buya.

Kalaupun salah, tinggal kita benarkan dengan cara yang baik. Apalagi mereka tidak bertujuan, justru barangkali kalau kita mudah mencaci dan mengolok, kita akan memperbanyak musuh. Orang yang semula  terpesona, menjadi tidak terpesona.

2. Tujuannya untuk menghinakan atau merendahkan

“Kalau tujuannya merendahkan Islam, kita harus marah. Jika memang chanel itu kerjaannya mengejek, merendahlan Islam, lain cerita itu. Harus segera kita angkat suara supaya mereka berhenti untuk merendahklan Islam.” Ujar Buya.

Buya mengungkapkan bahwa, dakwah itu luas sekali dan caranya banyak. Jadi, yang namanya cemburu pada Islam sendiri harus ada rambu-rambunya. Kita marah harus pada tempatnya. Kalau marah tidak pada tempatnya namanya ngawur.  Akan tetapi, kalau marah pada tempatnya akan menjadi satu sifat dalam peperangan namanya sajaah untuk bisa berjihad di jalan Allah.

Diakhir video Buya juga berpesan, “Mohon semuanya lihat dulu, saya kasih dua jawaban itu , kalau memang mereka merendahkan, ya benar orang-orang marah, tapi kalau kita tidak tahu mereka merendahkan, bentar dulu dong, kalau perlu ada yang  menembus ke sana. Bahkan, bisa kita bantu ada sesuatu yang lebih bagus adalah kalimat-kalimat perkataan Imam Ghozali, atau mungkin seni Islam yang indah, di berikan ke sana, kalau memang itu pentas seni, mengenalkan Islam, bisa saja begitu, yuk kita terbuka.”

Sungguh bijak apa yang disampaikan oleh Buya Yahya. Semoga kita akan senantiasa terjauh dari sikap terlalu cepat untuk menilai sebuah kesalahan suatu kaum. Dan bisa menjauhi sikap  marah, mencaci, dan mencomooh tanpa jelas duduk perkaranya. Aamiin.

Wallahualam bissawab.

Ditulis oleh: Admin 2

Disadur dari ceramah Buya Yahya (Pengasuh LPD Al-Bahjah Cirebon)

Referensi:

 

Bagikan ke

Bijak dalam Bertindak (Utamakan Klarifikasi, Kesampingkan Emosi)

Saat ini belum tersedia komentar.

Silahkan tulis komentar Anda

Alamat email Anda tidak akan kami publikasikan. Kolom bertanda bintang (*) wajib diisi.

*

*

Bijak dalam Bertindak (Utamakan Klarifikasi, Kesampingkan Emosi)

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: