● online
Benarkah Wanita Haid Dilarang Membaca Al-Qur’an?

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Membaca Al-Qur’an adalah salah satu ibadah yang bisa dilakukan kapan pun oleh kaum muslimin. Selain mendapatkan pahala, membaca Al-Qur’an juga dapat menenangkan hati dan pikiran. Sebagian besar dari kita membaca Al-Qur’an setelah menunaikan shalat fardu, bahkan meningkat saat di bulan Ramadan. Alhasil kita mendapatkan tiga manfaat besar dari Al-Qur’an, pertama, manfaat batin, kedua manfaat zahir, dan ketiga manfaat keimanan. Sayangnya, kesempatan luar biasa itu tidak dapat dirasakan oleh wanita yang sedang haid. Lantas adakah solusi bagi wanita haid yang ingin membaca Al-Qur’an?
Untuk menjawab persoalan tersebut, kita harus mengetahui dulu pandangan para ulama tentang wanita haid yang ingin membaca Al-Qur’an. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh guru kita Buya Yahya, pertama-tama kita harus membedakan antara wanita haid dengan laki-laki dan/atau wanita junub. Di dalam syariat Islam orang junub dilarang membaca Al-Qur’an karena dirinya bisa langsung bersuci saat itu juga dengan cara mandi besar. Walaupun dia tidak menemukan air untuk mandi besar, dirinya masih bisa menggunakan debu untuk bertayamun. Berbeda dengan wanita haid yang harus menunggu datangnya waktu suci atau selesainya masa haid.
Sebelum membahas apakah wanita haid diperbolehkan membaca Al-Qur’an, kita harus mengetahui hukum antara menyentuh dan membaca Al-Qur’an. Orang junub tidak diperbolehkan menyentuh dan membaca Al-Qur’an karena dirinya bisa langsung bersuci. Sedangkan wanita haid menurut kesepakatan para ulama tidak diperbolehkan menyentuh Al-Qur’an bahkan selembar ayat.
Adapun membaca Al-Qur’an bagi wanita haid menurut pendapat mazhab Syafi’i, Hanafi, dan Hambali tidak diperbolehkan, baik untuk belajar maupun untuk kegiatan ibadah sehari-hari. Di dalam mazhab Syafi’i (mazhab mayoritas umat Islam di Indonesia) wanita haid hanya diperbolehkan membaca Al-Qur’an dengan cara menggerakan mulut tanpa mengeluarkan suara. Di satu sisi wanita haid masih diperbolehkan membaca ayat Al-Qur’an sambil mengeluarkan suara kalau digunakan untuk berzikir, berdoa, dan menjaga diri.
Adapun mazhab Maliki masih memperbolehkan wanita haid membaca Al-Qur’an sambil mengeluarkan suara yang tujuannya untuk belajar, mengajar, menghafal, dan mengulang hafalan. Sebagai catatan besar, wanita haid tetap tidak diperbolehkan menyentuh Al-Qur’an dan tidak boleh khatam dalam satu kali duduk.
Perbedaan pendapat antara mazhab Maliki dengan mazhab Syafi’i ada pada kedudukan orang junub dan wanita haid. Mazhab Syafi’i tidak membedakan orang junub dengan wanita haid, sedangkan mazhab Maliki membedakan antara orang junub dan wanita haid. Mazhab Maliki berpendapat orang junub bisa langsung mandi untuk bersuci saat itu juga, sedangkan wanita haid harus menunggu datangnya waktu suci.
Walaupun terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama, kalau kita perhatikan dan pahami lebih dalam, semua itu adalah kemudahan bagi wanita haid. Apabila wanita haid ingin membaca Al-Qur’an maka dapat dilakukan dengan mengikuti pendapat mazhab Maliki. Bahkan hal ini dapat diterapkan bagi wanita haid yang sedang belajar membaca Al-Qur’an dan menjaga hafalan Al-Qur’an. Lebih dari itu, diperbolehkannya wanita haid membaca Al-Qur’an dengan syarat tidak menyentuhnya bisa dihadirkan sebagai solusi untuk mencegah teralihnya kebiasaan membaca Al-Qur’an ke penggunaan media sosial yang berlebihan. Bahkan wanita haid diperkenankan menghafal dan mengajarkan Al-Qur’an dengan catatan tidak langsung mengkhatamkan Al-Qur’an dalam sekali membaca.
Sering kali sebagian remaja wanita menjadikan haid sebagai alasan untuk tidak membaca Al-Qur’an. Untuk menghindari hal tersebut sekaligus menjaga keterikatan hati mereka dengan Al-Qur’an, kita dapat menggunakan pendapat mazhab Maliki. Namun di lain sisi, ulama yang berpendapat bahwa wanita haid dilarang membaca Al-Qur’an adalah pendapat yang benar karena mengambil pendapat mazhab Syafi’i. Pendapat mazhab Maliki dihadirkan untuk menghindari terputusnya keterhubungan antara wanita haid dengan Al-Qur’an. Seperti dalam rangka belajar dan mengajarkan Al-Qur’an, berzikir, atau berdoa menggunakan lafad Al-Qur’an.
Pembahasan selanjutnya seputar fiqih haid dapat dibaca di buku Cerdas Atasi Waswas karya Buya Yahya
Penulis: Fahmi Sidik Marunduri
Penyunting: Idan Sahid
Tulisan website Pustaka Al-Bahjah merupakan platform bacaan yang ditulis oleh masyarakat umum sebagai media literasi. Submit tulisanmu dengan cara klik link ini.
Benarkah Wanita Haid Dilarang Membaca Al-Qur’an?
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Sejak kecil, kita telah diperingatkan untuk selalu menghabiskan makanan yang kita santap dan tidak menyisakannya barang sebutir... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Dalam rangka memaksimalkan penyelenggaraan maulid akbar Nabi Muhammad Saw yang akan diselenggarakan pada Ahad, 6 Rabiul... selengkapnya
Kunci Hidup Bahagia Berbicara tentang kehidupan yang damai tidak bisa terlepas dari hati. Semua kedamaian yang kita peroleh ternyata sangat... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Haji menurut bahasa haji adalah bermaksud. Adapun menurut istilah fiqih haji adalah bermaksud (dengan sengaja) menuju Baitulharam (Ka’bah)... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Hari Raya Iduladha adalah hari kegembiraan bagi umat Baginda Nabi Muhammad Saw dan sebentar lagi... selengkapnya
Mengutamakan Kepatuhan di atas Penghormatan Oleh: Admin 2 Disadur dari ceramah Buya Yahya (Pengasuh LPD Al-Bahjah Cirebon) PUSTAKA AL-BAHJAH-ARTIKEL-Adakalanya orang... selengkapnya
“Perempuan tidak perlu menuntut ilmu terlalu tinggi. Kalau ujung-ujungnya hanya mengurusi sumur, dapur, dan kasur.” Anggapan seperti itu harus diluruskan.... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Manusia adalah tempatnya salah dan dosa, tiada seorangpun manusia di dunia ini yang luput dari kesalahan... selengkapnya
Sering kali kita mendengar anjuran untuk membaca surah Al-Waqi’ah setelah Asar. Sebenarnya, apakah ini diperbolehkan dalam Islam? Mari simak penjelasannya... selengkapnya
PELUANG BERKHIDMAH DALAM DAKWAH BERSAMA PUSTAKA AL-BAHJAH Assalamu’alaikum Bagi kalian yang memiliki kemampuan dalam bidang Public Relations atau Editor Bahasa... selengkapnya
Terkadang seorang pelajar bahasa arab akan mendapati sedikit kesulitan dalam mempelajari qoidah ‘adad ma’dud karena pembahasan tersebut tidak terlalu detail… selengkapnya
Rp 29.000 Rp 37.700Penerbit: Pustaka Al-Bahjah Penulis: Buya Yahya Tebal buku: xiii+124 Dakwah mempunyai makna mengajak diri dan orang lain kepada kebaikan, menjauhkan… selengkapnya
*Harga Hubungi CSBuku “Sam’iyyat” karya Buya Yahya penting untuk kita memiliki sebagai buku pegangan dalam memiliki keyakinan yang benar. Dengan keyakinan yang… selengkapnya
Rp 59.000 Rp 69.000Buku Fiqih Jenazah karya Buya Yahya adalah sebuah karya yang membahas secara komprehensif tentang tata cara dan hukum-hukum yang berkaitan… selengkapnya
Rp 58.000Buku Fiqih Bepergian karya Buya Yahya menghadirkan masalah umum yang sering dihadapi oleh kaum muslim dalam menjaga kualitas dan waktu… selengkapnya
Rp 23.000 Rp 43.000Buku Fiqih Thaharah (Bersuci) karya Buya Yahya ini disusun berdasarkan berbagai kitab-kitab yang terpercaya dengan tetap memperhatikan sumber utamanya, yakni… selengkapnya
Rp 60.000Buku Fiqih Shalat karya Buya Yahya ini berisi pedoman lengkap mengenai hukum fiqih dan tata cara dalam menjalankan ibadah shalat…. selengkapnya
Rp 59.000Ilmu nahwu adalah termasuk bagian dari sekian macam bidang ilmu dalam bahasa arab. Tanpanya sebuah susunan kalam tidak akan difahamai… selengkapnya
Rp 72.000 Rp 93.600Buku “Hadist Jibril” karya Buya Yahya ini berisi penjabaran ringkas dari satu hadist Nabi Muhammad Saw yang masyhur dengan sebutan… selengkapnya
Rp 56.000
Saat ini belum tersedia komentar.