● online
Bolehkah Mengucapkan Selamat Natal? Buya Yahya Menjawab
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Perbedaan sudah menjadi identitas masyarakat Indonesia. Ia juga bukan merupakan sesuatu yang buruk dan mesti dijelek-jelekkan. Justru perbedaan itu membawa keberkahan untuk saling memahami, menghargai, dan bekerjasama dalam membangun keharmonisan.
Akan tetapi, perbedaan juga perlu dihadapi dengan kedewasaan. Terutama di saat ada pihak-pihak yang tidak bisa menerimanya atau salah dalam memahaminya.
“Umat ini perlu dewasa saat menghadapi perbedaan. Ada perbedaan yang memang tidak bisa disama-samakan tapi kita harus bisa tetap baik di saat menghadapi perbedaan yang tidak bisa disama-samakan itu,”
demikian pemaparan Buya Yahya saat mengawali penjelasannya tentang hukum mengucapkan selamat natal kepada saudara kita yang merayakannya.
“Alhamdulillah, para guru/ulama dari masa ke masa sudah mengajarkan makna perbedaan yang sesungguhnya,” lanjutnya.
Makna Sebuah Toleransi
Perbedaan dalam konteks ini sering dihubungkan dengan toleransi. Lalu sebenarnya apa makna toleransi? Buya menjelaskan,
“Toleransi itu jangan paksa orang lain untuk mengikuti kamu.”
Di dalam Islam sendiri, yang ada sebenarnya adalah kewajiban yang derajatnya lebih tinggi dari toleransi. Gambarannya ialah saat ada tetangga kita yang non-muslim sakit, maka kita sebagai umat Islam wajib menjenguknya. Demikian juga saat ada tetangga non-muslim kelaparan, kita wajib memberinya makan. Itu sudah menjadi kewajiban, bukan lagi dalam irama toleransi. Sedangkan toleransi sendiri gambarannya ialah seperti ketika ada orang asing yang sebenarnya tidak diperbolehkan masuk ke ruangan kantor kita, tetapi karena satu dan lain hal maka ia diperbolehkan masuk. Jadi ada alasannya, yaitu ‘satu dan lain hal’ itu.
Urusan agama, Buya menyampaikan bahwa hendaklah kita memahami makna “lakum dinukum waliyadin” karena di situlah terdapat makna keindahan. Apa maknanya? Maknanya yaitu ‘tidak memaksakan agama lain untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan agamanya demi kemaslahatan agama kita.’
Buya Yahya kemudian mencontohkan, kita umat Islam punya hari-hari besar, misalnya saat hari raya Idul Fitri. Jangan sampai kita memaksa orang-orang di luar Islam untuk mengucapkan ‘selamat hari raya Idul Fitri’. Bahkan kita tidak perlu menanyakan kepada mereka apakah mereka mengucapkannya atau tidak. Atau saat ada pembangunan masjid, mereka tidak harus memasang ucapan selamat di depan masjid.
Atau saat kita merayakan perayaan maulid Nabi Muhamaad Saw sementara agama lain tidak mempercayai Nabi Saw, kita tidak ribet karena kita tidak meminta agama lain untuk merayakannya. Ulama tidak pernah mengajari bahwa yang tidak mengucapkan selamat atas kelahiran Nabi Muhammad Saw berarti tidak toleran.
Sebaliknya, demikian juga saat ada pembangunan gereja, umat Islam tidak perlu mengucapkan selamat. Atau saat ada perayaan hari natal, kita tidak perlu mengucapkan selamat. Semua ini karena urusannya adalah agama dan keyakinan, tentunya dengan tanpa kita harus mencaci, mengolok, dan merendahkan agama lain.
Buah dari Kedewasaan dalam Perbedaan
Kedewasaan dalam memahami perbedaan ini adalah hal yang sangat penting. Bangsa ini benar-benar membutuhkannya karena mau bagaimana pun perbedaan akan selalu ada.
Apa yang akan bangsa ini peroleh dari kedewasaan dalam memahami perbedaan ini? Tentu yang paling utama adalah terciptanya ketenangan dan hilangnya masalah toleransi. Buya Yahya menyampaikan,
“Justru saat bangsa sudah bisa dewasa maka akan tercipta ketenangan. Di saat orang Nasrani gak mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri atau ikut maulidan gak ada masalah. Bahkan mereka gak perlu membuat karangan bunga dan lain sebagainya. Dan umat Nasrani pun tidak pernah tersinggung saat kita tidak mengucapkan selamat natal.”
Masalah terkadang malah datang dari kalangan umat Islam yang membuat kegaduhan. Muncullah pendapat yang mengatakan, “Orang Islam yang tidak mengucapkan selamat hari raya natal berarti tidak tolelir” atau “kalau kamu gak mengucapkan selamat natal kamu gak tolerir”. Hal-hal semacam ini mungkin saja membuat orang Nasrani juga tergugah sehingga menuntut toleransi dalam artian yang salah.
Padahal selagi itu urusannya berkaitan dengan akidah dan keyakinan, seharusnya semua umat saling memahami. Buya menyampaikan,
“Kita perlu mengajari umat ini dewasa, bahwasannya selagi ada urusannya dengan akidah, harus saling memahami.”
Buya menambahkan bahwa urusan natalan ini kaitannya dengan keyakinan umat Nasrani. Saat kita mangucapkan “Selamat natal” kepada Nasrani, maknanya ialah selamat atas kelahiran manusia yang kau anggap Tuhan. Sementara keyakinan kita tidak sama dengan mereka. Maka seharusnya sikap terbaik kita ialah membiarkan mereka dengan keyakinan mereka tanpa kita harus mencaci, mengolok, atau memaksa mereka.
Demikain juga saat kita merayakan maulid Nabi Saw, umat Nasrani tidak perlu ikut-ikutan karena itu bukan keyakinan mereka.
Umat Nasrani yang memahami makna ketuhanan menurut mereka dan makna ketuhanan umat Islam pastinya akan mengatakan, “Hai umat Islam, kamu tidak perlu ikut-ikutan mengucapkan selamat natal karena ini urusan kami, bukan urusan kalian.”
Terakhir, Buya Yahya memberikan pesan,
“Kita tidak diperkenankan mengucapkan selamat natal kepada orang Nasrani karena ini ada hubungannya dengan keyakinan mereka. Tapi ingat kita tidak boleh mencaci dan tidak boleh menghalangi orang Nasrani merayakan natal. Seperti halnya Anda pun tidak boleh melarang mereka masuk gereja. Nabi Muhammad Saw melarang kita mengganggu mereka.”
Sumber: Buya Yahya dan Al-Bahjah TV
Ditulis oleh: Iim Ainunnaim Muhammad
Bolehkah Mengucapkan Selamat Natal? Buya Yahya Menjawab
Buku Buya Yahya yang berjudul Ramadhaniat secara rinci menjelaskan amalan-amalan yang dapat dilakukan oleh seorang muslim di bulan Ramadan. Buku ini memberikan panduan mudah bagi setiap muslim dalam merencanakan program amalan di bulan Ramadan. Dengan penjelasan yang sederhana dan praktis Buya Yahya mengupas tuntas kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia di bulan Ramadan dan bagaimana… selengkapnya
Rp 115.000FIQIH PRAKTIS SHALAT BERJAMAAH KARYA BUYA YAHYA Buku ini membahas tentang pentingnya dan tata cara melaksanakan shalat berjamaah, yaitu shalat yang dilakukan bersama-sama oleh sekelompok Muslim. Dalam buku ini, Buya Yahya mengupas secara mendalam mengenai tatacara shalat berjamaah. Mulai dari persiapan hingga pelaksanaannya. Buya Yahya membahas tentang adab-adab dan tata tertib dalam shalat berjamaah, seperti… selengkapnya
Rp 65.000Buku ini berisikan terjemahan kosa kata bahasa arab beserta latihan-latihannya yang semoga bisa memudahkan para pelajar atau pecinta bahasa arab untuk mempelajari dasar-dasar bahasa arab sehingga mereka mampu mempraktekkan dalam percakapan sehari-hari. ukuran: 17 cm x 25 cm (B5) Kertas Isi: Bookpaper Hitam Putih Sampul: Soft Cover, Laminasi Dof, Spot UV Emboss Jilid: Lem Panas… selengkapnya
Rp 40.000 Rp 52.000Buku Aqidah 50 karya Buya Yahya secara tuntas membahas pokok-pokok fundamental Aqidah Islam sebagaimana yang dibakukan oleh Ahlusunnah Waljama’ah. Buku ini menjadi penegas mengenai identitas dalam beraqidah yang benar, selain dengan mengikuti ulama Ahlusunnah Waljama’ah juga harus mengikuti cara beraqidahnya Ulama Asy’ariah atau Al-Maturidiyah, mengikuti caranya Ahlu Tasawuf (Sufi atau Sufiyah) dan mengikuti salah satu… selengkapnya
Rp 49.000Maulid Ad Diba’ merupakan salah satu kitab maulid yang dibaca dalam rangka meneladani sîrah Rasulullah saw sekaligus bershalawat kepadanya. Salah satu bentuk penyebaran agama Islam adalah melalui peringatan hari lahir pembawa risalah Islam, Nabi Muhammad saw. Kitab Maulid Ad Diba’i menjadi kita yang dibaca pada peringatan hari lahir Nabi Muhammad Saw. Sebagai ungkapan syukur perayaan… selengkapnya
Rp 25.000Buku “Hadist Jibril” karya Buya Yahya ini berisi penjabaran ringkas dari satu hadist Nabi Muhammad Saw yang masyhur dengan sebutan Hadist Jibril. Karena dalam hadist tersebut terjadi dialog antara Baginda Nabi Muhammad dengan Malaikat Jibril. Dalam dialog khusus tersebut Nabi Muhammad Saw telah mengajarkan kepada kita tentang tiga pilar agama yang jika ada salah satu… selengkapnya
Rp 56.000Penerbit: Pustaka Al-Bahjah Penulis: Buya Yahya Tebal buku: xiii+124 Dakwah mempunyai makna mengajak diri dan orang lain kepada kebaikan, menjauhkan diri dan orang lain dari kemungkaran serta melestarikan semesta lalu menjaganya dari kerusakan. Semua dari kita yang merasa umat Rasulullah Saw harus bisa mengambil bagian dari tugas dakwah ini. Siapa pun kita, yang kaya, miskin,… selengkapnya
*Harga Hubungi CSBuku Fiqih Praktis Haid karya Buya Yahya memuat tiga bahasan utama, yaitu identifikasi dan ketentuan haid, nifas, dan istihadhoh yang dilengkapi dengan ketentuan mengenai cara serta waktu bersuci. Semuanya dipaparkan dalam buku ini dengan lebih praktis dan mudah dipahami. Karena permasalahan ini sangat erat hubungannya dengan bermacam-macam ibadah, seperti shalat, puasa, thawaf, dan lain-lain. Maka… selengkapnya
Rp 149.000Buku Pengantar Bahasa Arab Para ahli bahasa menyebutkan bahwa maharoh/kemampuan berbahasa ada empat, yaitu (istima’, kalam, qiroah, dan kitabah). Keempatnya harus dipelajari secara berurutan. Maharoh kalam adalah kemampuan berbicara (speaking) untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Buku ini adalah pengantar bagi yang ingin belajar maharom kalam dari tingkat dasar…. selengkapnya
Rp 29.000 Rp 38.000Buku “Oase Iman” memberikan pemahaman yang mendalam namun ringan sebagai siraman hati bagi siapa pun yang membacanya. Berisi catatan buah dari renungan singkat di sepanjang perjalanan penulis dalam menjalankan tugas dakwah di jalan Allah Swt. Dari pengalaman yang berharga tersebut kemudian menjadi hikmah yang bertebaran dan dikumpulkan, kemudian dihadirkan dengan harapan adanya kebaikan dan sesuatu… selengkapnya
Rp 87.000 Rp 93.000Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Pesantren adalah lembaga pendidikan yang menaungi para santri untuk belajar agama secara langsung kepada Kyainya. Dalam agama Islam... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Ketika kita asyik menikmati ifthar dengan hidangan berjejer di meja makan, nun jauh di sana saudara kita,... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Saat ini, banyak penyimpangan remaja yang disebabkan oleh tontonan anak muda yang semakin liar. Berkomunikasi dengan lawan... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Di bawah langit Madinah yang jernih, di tengah kehidupan yang sederhana namun penuh makna, tersembunyi sebuah kisah... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Jika jodoh tak kunjung datang padahal sudah dicari ke mana-mana, sampai diri mungkin sudah merasa lelah, jangan... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Kekerasan terhadap anak merupakan masalah yang sangat serius dan memerlukan perhatian mendalam dari berbagai pihak. Menurut data yang... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Mandi pada hari Jum’at memiliki kedudukan yang berbeda dengan mandi di hari-hari yang lain, jika dilihat dari... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Ketika kita menelusuri sejarah kejayaan Islam, salah satu fondasi utama yang menopang bangunan peradaban itu adalah akhlak. Rasulullah... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Menulis dipandang sebagai kegiatan formal, kaku, culun, polos, etc yang dilakukan hanya untuk mengisi kekosongan waktu semata.... selengkapnya
(Bagian terakhir dari dua tulisan) Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Dengan semakin gencarnya arus informasi di media sosial, Muslimah harus melek literasi. Pandai... selengkapnya


Saat ini belum tersedia komentar.