● online
Hati-Hati Menjadi Buzzer dalam Pemilu! Buya Yahya Mengingatkan Rambu-Rambu Ini
Pemilu semakin dekat. Kampanye semakin gencar di berbagai tempat dan media sosial. Kemudahan mengakses media sosial ini mewarnai prosesi kampanye politik menjadi liar. Sehingga orang-orang yang tidak bertanggungjawab menggunakan media sosial menjadi tidak bijak. Terutama kelompok-kelompok pendukung yang sering disebut dengan buzzer. Tidak jarang mereka menyampaikan dukungan dengan cara-cara yang berpotensi memecah belah umat.
Di sinilah kita perlu sekali mengutamakan adab dan tata krama dalam memberikan informasi ataupun dukungan terhadap orang yang kita dukung. Oleh karena itu, Buya Yahya memberikan rambu-rambu yang semestinya diperhatikan oleh para buzzer saat menyatakan dukungannya. Tidak hanya untuk para buzzer, sejatinya rambu-rambu ini sepatutnya dipegang teguh oleh siapa pun.
Mendukung Berdasarkan Kesadaran Akal, Bukan Nafsu
“Jangan mendukung orang kecuali atas kesadaran akal Anda, bukan karena hawa nafsu Anda! Jangan sampai Anda menjatuhkan pilihan kecuali atas dasar renungan!”
Demikian Buya Yahya menyampaikan pesan itu dengan tegas.
Kesadaran akal ini sesuai dengan kemampuan kita dalam memahami calon. Karena kita tidak tahu persis orang pilihan kita secara sempurna. Di sinilah kita perlu melakukan perenungan, yaitu dengan berijtihad sesuai kemampuan kita. Biarpun ijtihad kita salah, itu adalah urusan lain. Kita tidak akan dihukum karena ijtihad yang salah tersebut, karena kita sudah berusaha dengan sebaik mungkin. Yang penting kita sudah meneliti, bertanya, dan mencari tahu dengan renungan. Juga dibarengi dengan istikharah, tahajjud, dan lain sebagainya.
Jangan sampai kita memilih tanpa renungan terlebih dahulu, bukan sekadar ikut-ikutan memilih. Orang yang sekadar ikut-ikutan sama saja dengan memilih atas dasar hawa nafsu. Mereka akan mudah memberikan dukungan hanya karena diberi uang. Padahal, jika kita mendukung seseorang karena diberi uang, bisa jadi itu artinya kita hanya menginginkan keuntungan dari calon tertentu. Demikian juga saat kita bersedia direkrut menjadi tim suksesnya itu bukan atas dasar karena kita memahami calon tersebut, tetapi karena calon tersebut memberi kita uang.
Besikap Jujur untuk Menghilangkan Sifat Munafik
Perenungan atau ijtihad yang kita lakukan dalam menentukan calon pilihan itu bertujuan agar kita menghasilkan pilihan orang yang kita yakini layak untuk didukung. Oleh karena itu, di sini kita perlu sekali untuk bersikap jujur, tanpa menutup sebelah mata. Karena jika kita tidak jujur, itu menandakan diri kita munafik.
Buya Yahya menyampaikan,
“Jika kita ikut bergabung, mendukung, dan membesarkan calon, sementara sebenarnya kita tidak setuju, berarti kita munafik.”
Beliau juga menambahkan,
“Saat Anda ingin direkrut menjadi pendukung sesuatu (calon) tentu ia harus orang yang Anda yakini layak didukung.”
Pentingnya sikap jujur ini adalah untuk menjaga keselamatan hati. Hati yang munafik merupakan hati yang celaka. Buya berpesan,
“Kalau Anda jujur, biarpun Anda salah pilih, no problem. Karena hati Anda masih selamat.”
Menghargai Pilihan Orang Lain
Kemudian, Buya Yahya menyampaikan bahwa karena pilihan kita itu hanya sebatas ijtihad, kita harus bisa bijak dalam melihat perbedaan pilihan. Jika ada orang yang berbeda pilihan dengan kita, kita hendaknya mengedepankan adab dan tata krama, yaitu dengan menghargai pilihan orang lain.
Sebab pada dasarnya orang yang mempunyai pilihan lain juga sudah berijtihad. Mereka sudah berusaha mencari yang terbaik menurut mereka. Jika mereka berbohong, itu bukan urusan kita, mereka sendiri yang akan menanggung akibatnya. Kita tidak perlu berburuk sangka atas keputusan orang lain.
Perlu kita pahami juga bahwa informasi yang didapatkan tentang satu paslon oleh setiap orang bisa saja berbeda-beda. Karena hari ini informasi terbuka lebar. Dengan demikian, informasi yang masuk ke setiap kepala juga berbeda-beda. Imbasnya, bisa saja pasangan suami dan istri berbeda pilihan, demikian juga seorang kakak dan adik, dan lain sebagainya. Dan dari sini juga bisa menjadi salah satu penyebab perpecahan.
Maka kita perlu rambu-rambu agar perpecahan karena perbedaan pilihan itu tidak terjadi.
Rambu-Rambu Saat Menjadi Buzzer
Kemudian, jika kita sudah memutuskan untuk menjadi pendukung seseorang, terutama dalam suasana pemilu, kita perlu memperhatikan rambu-rambu agar tidak membuat gaduh dan perpecahan di kalangan masyarakat. Berikut ini rambu-rambu yang Buya Yahya sampaikan:
1. Jangan Munafik
Buya Yahya berpesan,
“Anda jangan munafik. jika Anda ingin menyebarkan informasi kebaikan orang yang (sebenarnya) tidak Anda setujui berarti Anda munafik. Anda gak jujur dong. Anda hanya mendapatkan uang saja. Naudzubillah.”
Jujur dan tidak munafik ini sangat penting sekali demi persatuan dan kemajuan bangsa dan negara. Buya melanjutkan pesannya,
“Kalau negara hanya dikuasai oleh orang-orang yang hanya mementingkan keuntungan pribadinya, maka hancurlah dunia ini, hancurlah negara ini. Mereka bukan orang yang jujur.”
2. Sanjung Calonmu Tanpa Mencaci Calon Lain
Rambu-rambu kedua ini adalah rambu-rambu yang penting sekali. Buya Yahya menyampaikannya dalam rumus yang sederhana:
“Sanjung calon pilihanmu sesuka hatimu. Jangan caci calon pilihan orang lain!”
Sanjunglah pilihan kita sesuka hati kita dengan penuh kesadaran dan kejujuran, sesuai dengan pengetahuan kita. Tanpa dilebih-lebihkan.
Kalimat rumus terakhir adalah yang paling penting: “jangan caci calon pilihan orang lain!” Karena mencaci orang hanya akan mendatangkan cacian lainnya. (Sebagaimana kami sampaikan dalam artikel lainnya)
Orang yang keluar dari rumus ini (suka mencaci orang lain) dapat dipastikan ia cenderung selalu membuat masalah. Ia akan membuat kegelisahan dan permusuhan di kalangan umat. Buya menambahkan,
“(Orang) yang biasa mencaci maki, gampang mengolok calon pilihan orang lain, maka ketahuilah, bisa jadi memang dia di rumahnya suka ribut.”
Dari penjelasan di atas kita dapat memahami bahwa mendukung calon tertentu adalah sah-sah saja selama dilakukan setelah perenungan, penuh kejujuran, bijak dalam memuji, dan tidak menghina pilihan orang lain.
“Saat Anda ingin menyebarkan dan mempromosikan calon pilihan Anda, sah. Karena (itu) berdasarkan dugaan Anda dan keyakinan Anda. Ijtihad Anda. Yang repot (itu) yang tidak berijtihad. Langsung maen pilih (saja),” tutur Buya.
Saat kita berhasil menciptakan suasana pemilu yang jujur dan tidak ada caci maki, buah yang bangsa ini akan dapatkan adalah perdamaian, keindahan, ketenteraman, dan pemilihan yang sehat. Untuk itu, mari kita menjadi juru damai di negeri ini dengan berpegang teguh pada rambu-rambu di atas.
Sebuah Renungan
Terkahir, Buya Yahya menyampaikan pesan mulia yang patut kita renungkan bersama. Beliau berpesan,
“Kita perlu bersih hati wahai hamba Allah. Ini sodara kita satu bangsa dan satu tanah air. Bahkan berbeda-beda agama. Seharusnya perbedaan ini tidak menimbulkan pertengkaran. Berbeda keyakinan tentang Tuhan pun (kita) gak boleh berantem. Tuhan yang diyakini orang lain tidak boleh kita caci. Apalagi berbeda pilihan calon presiden.”
Beliau juga berpesan,
“Negeri ini terbiasa dengan berantem. Ada anak kecil sedang bermain, pastinya mereka gembira. Misalnya main bola, mereka senang. Tapi sekarang, orang main bola, meraka berantem. Mereka berdarah-darah. Mana (ada) permainan yang pengen seneng kok berdarah! Kenapa bisa begitu? Karena kita dididik untuk berantem, tidak dididik untuk memaafkan orang. Apakah Anda ingin rumah Anda berantem, saudara bermusuhan karena sudah terlatih seperti itu? Ingatlah akhlak Baginda Nabi Saw.”
Demikian pesan hikmah Buya Yahya tentang rambu-rambu dalam mendukung calon pilihan dalam pemilu. Semoga kita semua dapat menjadi juru damai di negeri ini. Aamiin. Wallahu a’lam bisshawab.
Sumber: Kajian Buya Yahya
Tags: Buya Yahya, Buzzer, Pemilu
Hati-Hati Menjadi Buzzer dalam Pemilu! Buya Yahya Mengingatkan Rambu-Rambu Ini
Buku ini berisikan terjemahan kosa kata bahasa arab beserta latihan-latihannya yang semoga bisa memudahkan para pelajar atau pecinta bahasa arab untuk mempelajari dasar-dasar bahasa arab sehingga mereka mampu mempraktekkan dalam percakapan sehari-hari. ukuran: 17 cm x 25 cm (B5) Kertas Isi: Bookpaper Hitam Putih Sampul: Soft Cover, Laminasi Dof, Spot UV Emboss Jilid: Lem Panas… selengkapnya
Rp 52.000Terkadang seorang pelajar bahasa arab akan mendapati sedikit kesulitan dalam mempelajari qoidah ‘adad ma’dud karena pembahasan tersebut tidak terlalu detail ketika disebutkan di sebagian kitab-kitab nahwu khususnya kitab nahwu klasik. Maka kami kumpulkan catatan kecil ini dengan harapan dapat memudahkan para pelajar pemula yang ingin menguasai dasar-dasar qoidah ‘adad ma’dud. Ukuran: 16 cm x 24… selengkapnya
Rp 37.700Maulid Ad Diba’ merupakan salah satu kitab maulid yang dibaca dalam rangka meneladani sîrah Rasulullah saw sekaligus bershalawat kepadanya. Salah satu bentuk penyebaran agama Islam adalah melalui peringatan hari lahir pembawa risalah Islam, Nabi Muhammad saw. Kitab Maulid Ad Diba’i menjadi kita yang dibaca pada peringatan hari lahir Nabi Muhammad Saw. Sebagai ungkapan syukur perayaan… selengkapnya
Rp 25.000Buku “Oase Iman” memberikan pemahaman yang mendalam namun ringan sebagai siraman hati bagi siapa pun yang membacanya. Berisi catatan buah dari renungan singkat di sepanjang perjalanan penulis dalam menjalankan tugas dakwah di jalan Allah Swt. Dari pengalaman yang berharga tersebut kemudian menjadi hikmah yang bertebaran dan dikumpulkan, kemudian dihadirkan dengan harapan adanya kebaikan dan sesuatu… selengkapnya
Rp 93.000Ilmu nahwu adalah termasuk bagian dari sekian macam bidang ilmu dalam bahasa arab. Tanpanya sebuah susunan kalam tidak akan difahamai dengan benar sebagaimana yang dikatakan oleh al Imam al Imrithi: والنَّحْوُ أَولَى أَوَّلًا أَنْ يُعْلَمَا * إِذِ الكَلَامُ دُونَهُ لَنْ يُفْهَمَا “ilmu nahwu lebih utama untuk dipelajari terlebih dahulu Karena sebuah kalam bahasa arab tanpanya… selengkapnya
Rp 93.600Buku Aqidah 50 karya Buya Yahya secara tuntas membahas pokok-pokok fundamental Aqidah Islam sebagaimana yang dibakukan oleh Ahlusunnah Waljama’ah. Buku ini menjadi penegas mengenai identitas dalam beraqidah yang benar, selain dengan mengikuti ulama Ahlusunnah Waljama’ah juga harus mengikuti cara beraqidahnya Ulama Asy’ariah atau Al-Maturidiyah, mengikuti caranya Ahlu Tasawuf (Sufi atau Sufiyah) dan mengikuti salah satu… selengkapnya
Rp 79.000Hakikat Kesuksesan Pustaka Al-Bahjah, Cirebon-Setiap orang menginginkan kesuksesan dalam kehidupannya. Hal itu merupakan bagian dari fitrah manusia. Adapun kesuksesan ini... selengkapnya
Hari ini, Ahad (22/10) bertepatan dengan perayaan Hari Santri Nasional 2023. Pada momentum berharga ini, kita perlu mengetahui makna dari... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Allah Swt telah menciptakan hamba-Nya dengan berpasang-pasangan, laki-laki berpasangan dengan perempuan dalam sebuah ikatan halal pernikahan.... selengkapnya
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Sahabat Infaq Center Al-Bahjah ☺ Semoga Bapak/Ibu/Saudara/Saudari selalu dalam keadaan sehat walafiat dan selalu dalam lindungan Allah SWT,... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Cacian dan makian seringkali kita dapati dalam berbagai keadaan. Namun sejatinya, apakah hal itu layak untuk... selengkapnya
Pustaka Al-Bahjah, Cirebon – Mesin cuci merupakan salah satu alat yang saat ini banyak digunakan oleh masyarakat untuk membersihkan pakaian.... selengkapnya
Tak pernah terbayangkan namamu sejak awal diingatanku, Tak pernah sedikit pun terbesit sosokmu di dalam pikiranku, Karena nama dan... selengkapnya
Sinergi Dakwah untuk Umat antara Pustaka Al-Bahjah dan Dar Al-Kutub Islamiah PUSTAKA AL-BAHJAH-NEWS-Dalam rangka meningkatkan kualitas, mutu, dan memperluas jejaring... selengkapnya
Ketertiban dan Keamanan “Kecil di mata kita, tapi kalau sudah dinisbatkan kepada Nabi Muhammad akan menjadi besar” PUSTAKA AL-BAHJAH-SEKILAS INFO... selengkapnya
Terdapat banyak cara untuk memupuk rasa rindu kita kepada Nabi Muhammad Saw, utamanya dengan selalu teguh memegang segala ajarannya. Al-Habib... selengkapnya
Saat ini belum tersedia komentar.