Whatsapp

Ada yang ditanyakan?
Klik untuk chat dengan customer support kami

CS Pustaka
● online
CS Pustaka
● online
Halo, perkenalkan saya CS Pustaka
baru saja
Ada yang bisa saya bantu?
baru saja
Kontak Kami
Member Area
Rp
Keranjang Belanja

Oops, keranjang belanja Anda kosong!

Buka Setiap Hari pukul 08.00 s.d. pukul 16.00 Hari Besar Islam Tutup
Beranda » Blog » Hikmah Puasa: Medan Perjuangan yang Berbuah Kemenangan di Dunia dan Akhirat

Hikmah Puasa: Medan Perjuangan yang Berbuah Kemenangan di Dunia dan Akhirat

Diposting pada 11 Maret 2025 oleh Redaksi / Dilihat: 297 kali / Kategori:

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Orang yang berpuasa adalah orang yang sedang berjuang. Ia menahan diri dari makan dan minum dari waktu Subuh hingga matahari terbenam. Untuk bisa melakukannya bukanlah sesuatu yang mudah. Di luar bulan Ramadan, tubuh kita sudah terbiasa mengisi energi dengan makanan. Sedangkan saat berpuasa tubuh harus menyesuaikan agar kuat menahan lapar selama lebih kurang 13 sampai dengan 14 jam lamanya.

Di balik lelahnya fisik tersebut, ada sesuatu yang tidak kita bisa dapatkan saat tidak berpuasa, yaitu rasa kebahagiaan yang saat waktu buka puasa tiba. Kebahagiaan ini baru sebagian kecil yang didapatkan oleh orang yang berpuasa, lebih dari itu Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyiapkan ganjaran yang akan diberikan kelak di akhirat.

Demikianlah gambaran orang yang mendapatkan keberuntungan setelah lelah berjuang. Sama halnya dengan apa yang sedang kita diperjuangkan saat ini. Hasil akhir pasti akan berujung memuaskan, tentu rasa puas dan kebahagiaan yang tiada kira akan menyelimuti hati. Bagaikan orang yang kehilangan sesuatu dan kini telah menemukan kembali barangnya yang hilang. Alangkah bahagainya.

Hal yang perlu diingat adalah itu semua hasil dari apa yang kita perjuangkan, apa yang kita usahakan, apa yang kita cari-cari dengan kesungguhan. Yang tidak memperjuangkannya tidak mungkin menemukannya. Oleh karena itulah, berjuang adalah syarat mutlak dan paling dasar untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.

Sekali pun dalam perjalanannya tentu tidak akan luput dari tantangan dan rintangan yang menghalangi. Tapi itulah perjuangan di dunia yang disebut juga dengan darul ikhtiar, sebuah tempat yang kodratnya adalah untuk berusaha. Ini sudah menjadi kaidah umum, tidak mungkin mendapatkan hasil tanpa usaha. Maka yang berjuang di dunia harus sungguh-sungguh tahan banting terhadap segala tantangan dan rintangan agar sampai pada apa yang diinginkan.

Perjuangan Seorang Mukmin

Lantas bagaimana sebenarnya perjuangan seorang Muslim yang memiliki keimanan di dalam hatinya? Perjuangan seorang Muslim tak lepas dari tujuan yang diemban dalam hatinya. Tujuan paling mulia yang dituju oleh orang yang beriman adalah ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia memiliki pandangan yang panjang, tidak hanya ingin bahagia di dunia, melainkan ia juga ingin bahagia di akhirat kelak. Sebuah harapan agung yang menembus batas dunia yang fana.

Dengan tujuan yang benar ini, ia mendapatkan kebaikan dalam keadaan apa pun. Nabi Salallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda,

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang Mukmin. Sungguh, seluruh urusannya adalah kebaikan. Hal ini tidaklah didapati kecuali pada seorang Mukmin. Ketika mendapatkan kesenangan, ia bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya. Ketika ditimpa kesusahan, ia bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya.” (HR. Muslim)

Ketika mendapatkan kebahagiaan atau memperoleh apa yang diinginkannya di dunia, ia akan sangat beryukur. Namun, hal itu tidak menjadikannya lupa kepada yang memberinya kebahagiaan tersebut. Ia juga tidak berpuas diri akan apa yang ia capai di dunia ini, karena pada akhirnya yang paling ia harapkan adalah keselamatan dan kebahagiaan di akhirat yang kekal. Jika seandainya ia tidak mendapatkan apa yang ia perjuangan di dunia, itu tidak akan membuatnya sedih, kecewa, dan putus asa karena ia yakin perjuangannya tidak akan sia-sia di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Semua rasa lelah selama ia berjuang pasti Allah ganti, ia yakin akan mendapatkannya di akhirat yang lebih baik.

Isti’jal

Buya Yahya dalam salah satu kajian tafsir mengatakan, bahwa orang beriman itu jauh dari perilaku isti’jal ketika berjuang. Secara bahasa isti’jal artinya terburu-buru. Maksud isti’jal di sini ialah terburu-buru karena ingin tampak kegemilangan di dunia saja. Jika dinisbatkan kepada orang yang tidak beriman itu wajar karena ia tidak percaya adanya akhirat. Dan jika dinisbatkan kepada orang beriman maka hal ini menunjukkan kekeroposan iman di dalam hatinya. Dalam konteks perjuangan, seandainya hasil tidak segera tampak di depan mata setelah sekian lama berjuang maka ia akan mudah putus asa. Karena itulah putus asa lahir dari sifat isti’jal. Sedangkan orang beriman sangat dilarang keras berputus asa karena itu menandakan hilangnya harapan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sebaliknya, seorang Muslim akan terus berjuang meskipun menemukan kegagalan. Apa lagi jika kegagalan itu hanya sekali dan dua kali saja. Baginya tidak ada kegalan di dunia karena kegagalan itu pasti diganti oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ia akan menuai seusuai kadar perjuangannya.

Buya Yahya mengingatkan,

“Dalam berjuang tidak boleh kita mudah putus asa gara-gara belum tampak hasil di depan mata. Sementara hasilnya orang yang berjuang di jalan Allah itu ada yang (ditampakkan) saat ini di dunia dan ada yang nanti di akhirat. Jika tidak mendapatkan hasilnya di dunia yang sementara, ia akan mendapatkan keberhasilan yang luar biasa di akhirat nanti.”

Bagi orang yang beriman, saat menjalankan suatu kewajiban, tugas, dan perjuangan tidak harus tampak hasilnya saat itu juga sekalipun ia sudah berjuang dengan sekuat tenaga dan semaksimal mungkin. Bisa saja hasilnya akan tampak seminggu kemudian, sebulan kemudian, setahun kemudian, dan mungkin beberapa tahun kemudian. Yang terpenting ia sudah tulus berjuang. Bahkan ada hamba-hamba dekat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang memohon agar hasil dari perjuangannya tidak ditampakkan di dunia karena khawatir akan menjadikannya ‘ujub (merasa hasil yang didapatkan atas usahanya sendiri) dan sombong. Demikianlah salah satu tingkatan orang yang bertasawuf. Bagi kita sebagi manusia biasa, kita ingin melihat keberhasilan itu di dunia dan akhirat. Kita ingin keberhasilan juga tampak di dunia agar bisa terus meningkatkan keberhasilan tersebut hingga akhirnya sampai di akhirat.

Akibat Terburu-buru di Dunia

Selain menjadikan mudah putus asa, sifat terburu-buru ingin mendapatkan kegemilangan di dunia (isti’jal) juga sering kali mengakibatkan manusia mudah terjebak dalam masalah mental yang tidak sehat. Ia menjadi orang yang mudah minder, tidak percaya diri dalam segala hal, selalu berpikiran negatif terhadap keadaan di sekitarnya, bahkan bisa saja menyalah-nyalahkan takdir. Harapannya akan hasil yang diperoleh di dunia dengan segera sangat tinggi. Akibatnya, saat keadaan tidak sesuai dengan harapan pendeknya, ia menjadi tidak percaya diri di hadapan orang-orang yang lebih sukses, berprasangka buruk kepada dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya, dan menyalah-nyalah Allah karena telah menakdirkannya gagal saat itu. Bahkan bisa saja ia menghalalkan segala cara agar tampak berhasil di hadapan manusia. Sependek dan sedangkal itulah pemikirannya.

Seperti itulah keadaan orang yang terburu-buru di dunia, ia hanya mengandalkan apa yang tampak secara zahir yang biasanya juga otomatis melekat pada kesombongan. Ketika tampak secara zahir ia sudah berhasil dan besar maka saat itu ia akan merasa mulia dan merendahkan orang yang tak sebanding dengan dirinya. Ia tidak sadar bahwa terkagum-kagum dengan dunia menunjukkan ada sesuatu yang tidak beres dengan imannya. Buya Yahya mengingatkan dalam salah satu hikmahnya,

“Yang merasa kerdil dan terpuruk di depan manusia karena kemiskinan adalah yang akan sombong saat menjadi kaya.” (Mutiara Hikmah Buya Yahya ke-98)

Keadaan kita boleh saja fakir tapi kita tidak boleh menjadi lemah karena kefakiran. Melainkan kita harus merasa mulia dengan keislaman kita. Boleh saja kulit kita hitam, badan kita kecil dan pendek, dan tidak menawan, tapi akhlak kita harus mulia. Jangan hanya mengandalkan fisik dan tidak peduli terhadap keadaan batin. Andalan kita bukanlah materi dan fisik yang terlihat, tapi andalan kita adalah hati yang senantiasa diliihat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi Salallahu ‘Alaihi Wassalam pernah bersabda,

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

“Abu Hurairah r.a. meriwayatkan, Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda: ‘Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta benda kalian, tetapi Allah melihat hati dan amal perbuatan kalian.’” (HR. Muslim)

Semoga di bulan Ramadan yang mulia ini puasa kita diterima dan segala perjuangan yang kita lakukan membuahkan hasil kebaikan-kebaikan di dunia dan akhirat. Amin.

Referensi: Youtube Al-Bahjah TV

Penulis: Iim Ainunnaim Muhammad

Penyunting: Idan Sahid

 

Tulisan website Pustaka Al-Bahjah merupakan platform bacaan yang ditulis oleh masyarakat umum sebagai media literasi. Submit tulisanmu dengan cara ini.

Tags: , , , ,

Bagikan ke

Hikmah Puasa: Medan Perjuangan yang Berbuah Kemenangan di Dunia dan Akhirat

Saat ini belum tersedia komentar.

Mohon maaf, form komentar dinonaktifkan pada halaman/artikel ini.
Kekuatan Mukjizat Al-Qur’an: Kalam Ilahi yang Tidak Tertandingi
4 Mei 2024

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Mukjizat dalam tradisi agama Islam telah diwakili dengan penuh keagungan oleh Al-Qur’an Al-Karim. Al-Qur’an tidak hanya dipandang... selengkapnya

Memaknai Khalifah Fil Ardh dalam Gaya Hidup Zero Waste
17 Juli 2024

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Aktivitas manusia dalam mempertahankan kelangsungan hidup tentu tidak lepas dengan makan dan minum. Makanan dan minuman yang... selengkapnya

PELUANG BERKHIDMAH DALAM DAKWAH BERSAMA PUSTAKA AL-BAHJAH
17 Juli 2023

PELUANG BERKHIDMAH DALAM DAKWAH BERSAMA PUSTAKA AL-BAHJAH Assalamu’alaikum Bagi kalian yang memiliki kemampuan dalam bidang Public Relations atau Editor Bahasa... selengkapnya

Asal-Usul Jin dalam Perspektif Islam
10 Juli 2024

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Dalam Al-Qur’an surat Ar-Rahman ayat 15 dan surat Al-Hijr ayat 27 diterangkan, bahwa jin merupakan makhluk yang... selengkapnya

Mengakhiri Derita Jomblo; Insan yang Hidupnya dalam Kesendirian di Setiap Keheningan Malam
13 November 2024

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Fase menuju pernikahan menjadi momok mengerikan bagi para pemuda yang khawatir akan masa depannya. Akhir dari masa... selengkapnya

Merasa Air Kencing Menetes Saat Shalat, Bagaimana Hukumnya? Begini Penjelasan Buya Yahya
4 Februari 2025

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Menghadapi perasaan ragu-ragu atau waswas saat melaksanakan shalat, terutama terkait najis seperti air kencing, sering kali menjadi... selengkapnya

Kasih Sayang kepada Pembantu, Mulia Dengannya
23 September 2024

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Satu kebaikan yang dilakukan oleh seseorang berarti ia tengah meneladani satu akhlak Nabi. Sebab, kebaikan dengan segala... selengkapnya

Suami Sudah Tidak Mampu Mencari Nafkah? Istri Cerdas Wajib Paham
20 Oktober 2022

Dalam kehidupan rumah tangga, seorang suami memiliki kewajiban untuk memberi nafkah kepada istri dan keluarganya. Maksud dari kewajiban ini adalah... selengkapnya

Teknik Menulis bagi Pemula: Lupakan EYD dan Tanda Baca (Freewriting)
20 Januari 2024

Pustaka Al-Bahjah, Cirebon –Pernahkan Anda memiliki keinginan untuk menulis tetapi terhambat dengan pengetahuan Anda yang terbatas? Ya, hambatan tersebut salah... selengkapnya

Hikmah Puasa: Medan Perjuangan yang Berbuah Kemenangan di Dunia dan Akhirat

Produk yang sangat tepat, pilihan bagus..!

Berhasil ditambahkan ke keranjang belanja
Lanjut Belanja
Checkout
Produk Quick Order

Pemesanan dapat langsung menghubungi kontak dibawah: